TARBIYYAH RAMADHAN
Oleh karena itu, manakala ibadah
Ramadhan ini dapat kita tunaikan dengan sebaik-baiknya, maka masyarakat dan
negara kita yang mayoritas penduduknya muslim ini akan sampai pada suatu
keadaan yang bersih jiwanya sehingga melahirkan masyarakat dan bangsa yang
bersih dari sifat dan prilaku yang buruk.
1. Membersihkan Jiwa.
Keadaan
jiwa seseorang menjadi penentu utama bagi diri dalam bersikap dan berprilaku.
Sikap dan prilaku yang baik atau buruk sangat ditentukan oleh apakah jiwanya
bersih atau tidak. Puasa mentarbiyyah kita untuk menjadi manusia yang memiliki
jiwa yang bersih. Indikasi jiwa yang bersih adalah senang melaksanakan apa yang
diperintah Allah, menjauhi apa yang dilarang-Nya serta selalu berupaya untuk
menyempurnakan pengabdiannya kepada Allah Swt.
Jiwa yang bersih akan membuat seseorang, pertama, senang
pada kejujuran dan puasa memang mendidik seorang muslim untuk bersikap dan
berprilaku jujur, meskipun tidak ada orang lain yang mengetahui kalau dia
melakukan pelanggaran. Kedua, takut kepada Allah dan selalu merasa
diawasi olehnya yang membuat tumbuh dalam jiwanya rasa dekat kepada Allah
Swt sehingga dia tidak mau melanggar
ketentuan-ketentuan Allah Swt, meskipun pelanggaran yang dilakukannya termasuk
pelanggaran yang kecil dan tidak diketahui oleh orang lain. Ketiga,
orang yang mendambakan kebersihan jiwa, manakala telah diselimuti dengan dosa,
maka dia ingin membersihkan dosa-dosanya itu, dan puasa merupakan salah satu
upaya untuk membersihkan jiwa dari dosa-dosa. Keempat, jiwa yang bersih juga
diindikasikan dalam bentuk disiplin dalam menjalan ketentuan-ketentuan Allah
Swt dan puasa memang melatih kita untuk menjadi orang yang disiplin dalam
menjalani kehidupan sebagaimana yang telah digariskan Allah Swt dan dicontohkan
oleh Rasul-Nya. Makan, minum, melakukan hubungan seksual dan sebagainya ada
ketentuan waktu yang harus ditaati oleh seorang muslim selama menunaikan ibadah
puasa, ini berarti puasa harus menghasilkan jiwa disiplin dalam ketaatan kepada
Allah Swt.Dan kedisiplinan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam dunia
apapun, apalagi dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim.
2. Memantapkan Keinginan Baik.
Keinginan
(iradah) merupakan sesuatu yang mesti ada, tumbuh dan berkembang dalam diri
seorang muslim dalam rangka melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah
Swt.Puasa mendidik kita untuk menumbuhkan dan mengembangkan iradah untuk
melaksanakan yang baik dan iradah untuk menjauhi segala bentuk keburukan.
Pahala
atau imbalan besar yang disediakan Allah Swt terhadap orang yang berpuasa
dengan baik membuat tumbuh pada dirinya keinginan untuk melaksanakan segala
bentuk kebaikan dan menjauhi segala bentuk keburukan. Misalnya saja di bulan
Ramadhan kita dibina untuk menolong orang lain dengan cara memberi makan atau
minum kepada orang yang berbuka dengan pahala yang besar, Rasulullah Saw
bersabda:
Barangsiapa
memberi jamuan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapat pahala
seperti pahalanya (orang yang berpuasa) itu, yaitu tidak dikurang sedikitpun
pahala orang yang berpuasa itu (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu
Hibban).
Dengan
imbalan yang besar itu, seorang sahabat meskipun miskin masih tetap
berkeinginan untuk bisa memberi makan atau minum kepada orang yang berbuka
puasa, tapi dia bertanya kepada Rasul tentang apa yang bisa diberikannya karena
miskinnya itu, maka Rasulpun tidak menutup kemungkinan seseorang untuk
menginginkan suatu amal yang baik, maka beliaupun menyatakan: “meskipun engkau
hanya bisa memberi sebiji korma atau seteguk air”.
3. Mengendalikan Nafsu Seksual.
Secara khusus, ibadah puasa juga mendidik kita untuk melakukan
pengendalian terhadap nafsu seksual, tapi bukan membunuh nafsu seksual sehingga
kita tidak memilikinya lagi. Nafsu seksual merupakan salah satu pintu yang
digunakan oleh syaitan dalam menggoda manusia menuju jalan yang sesat. Karena
itu, tidaklah aneh kalau kita menemukan begitu banyak manusia yang akhirnya
jatuh ke lembah yang nista karena tidak mampu mengendalikan nafsu seksualnya.
Berapa banyak orang kaya yang jatuh miskin karena masalah seksual, berapa
banyak pejabat yang jatuh dari kursi kekuasaannya karena nafsu seksual dan
berapa banyak terjadi kasus-kasus kerusakan akhlak lainnya karena berpangkal
dari persoalan seksual.
Karena itu, tidak aneh juga kalau ada psikolog menganggap seks
sebagai faktor utama penggerak
aktivitas manusia, karena memang begitulah yang banyak terjadi di berbagai
belahan dunia, khususnya di dunia barat. Wabah kerusakan moral dan berbagai
penyakit telah bermunculan karena bermula dari ketidakmampuan manusia
mengendalikan nafsu seksualnya.
Oleh karena itu, bagi seorang muslim, masalah seksual merupakan
karunia Allah Swt yang pelampiasannya boleh dilakukan pada batas-batas yang
telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka ibadah puasa melatih kita untuk
mengendalikan keinginan seksual itu, jangankan kepada wanita lain atau kepada
lelaki lain, kepada isteri atau suami saja harus dikendalikan dengan
sebaik-baiknyapada saat sedang berpuasa, Allah berfirman yang artinya: Dihalalkan
bagi kamu pada malam hari puasa
bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak bisa
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah
untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar (QS 2:187).
4. Mengokohkan Jiwa Kemasyarakatan.
Sebagai manusia, kita menyadari bahwa hidup ini tidak mungkin
bisa kita jalani dengan baik tanpa kebersamaan dengan manusia lainnya. Karena
itu interaksi kita antara yang satu dengan yang lain merupakan suatu kebutuhan
dan secara ekonomi, yang kaya harus membantu yang miskin, sementara yang
miskinpun masih bisa bersyukur kepada Allah Swt karena bisa jadi masih banyak
orang yang lebih miskin darinya.
Ibadah puasa mendidik kita untuk mengokohkan jiwa
kemasyarakatan itu, sehingga sebagai orang yang memiliki kemampuan secara
materi kita siap memberikan bantuan kepada yang tidak mampu karena kita sudah
merasakan tidak enaknya lapar dan haus, padahal itu hanya berlangsung beberapa
jam, sementara masih begitu banyak anggota masyarakat kita yang memerlukan
bantuan, apalagi dalam krisis ekonomi di negara kita sekarang ini yang telah
melahirkan penduduk miskin baru dalam jumlah yang amat banyak. Menumbuhkan jiwa
kemasyarakatan itu nantinya disimbolkan dalam bentuk menunaikan zakat fitrah
yang memang harus diberikan kepada mereka yang miskin.
TARGET PENINGKATAN TAQWA
Bila kita hendak simpulkan tentang apa
sesungguhnya target ibadah puasa secara khusus dan ibadah Ramadhan lainnya
secara umum, maka target yang hendak kita capai adalah terwujudnya peningkatan
taqwa kepada Allah Swt dalam arti yang sesungguhnya sebagaimana firman Allah
dalam QS 2:183 di atas.
Oleh karena itu, dari Ramadhan ke
Ramadhan, dari satu peribadatan ke peribadatan berikutnya semestinya membuat
taqwa kita kepada Allah Swt semakin berkualitas, ibarat orang menaiki tangga,
maka diasudah berada pada pijakan tangga yang lebih tinggi sesuai dengan
frekuensi peribadatannya. Manakala dari tahun ke tahun ibadah Ramadhan kita
tunaikan, tapi ternyata tidak ada peningkatan taqwa kepada Allah yang kita
tunjukkan, maka kita khawatir kalau puasa kita itu tergolong yang hanya
merasakan lapar dan haus saja, Rasulullah Saw bersabda yang artinya: Betapa
banyak orang yang berpuasa, tapi tidak mendapatkan pahalanya, melainkan hanya
lapar dan haus saja (HR. Ahmad dan Hakim dari Abu Hurairah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar