Selasa, 22 Januari 2013

Muslim Peradaban

Menuju peradaban Islam yang gemilang
Demi Masa, Sesungguhnya Manusia dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran. ( QS. al-asr )
Imam Syafi’I Rohimahullah berkata : “seandainya Allah Subhanahu wata’ala hanya menurunkan Ayat ini saja kepada umat manusia, niscaya itu sudah cukup”

Tidak dipungkiri bahwa tujuan Allah ta’ala menurunkan Agama Islam ke muka bumi adalah “rohmatan lila’lamin”. termasuk di dalamnya diturunkannya Al-Qur’an dan diutusnya para Nabi dan Rosul. Bila kita berbicara berkaitan tentang Muslim Peradaban yang memiliki karakteristik qur’ani atau Muslim Abad 21 maka ayat ini sangatlah menarik untuk dijadikan titik tolak pembahasan, dimana Allah ta’ala telah menyatakan juga dalam Al-Qur’an bahwa “kuntum khoiro ummah, ukrijat linnas” yang dimaksudkan kalian ( umat islam ) adalah ummat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia. Kalimat ukhrijat mempunyai makna bahwa umat islam diperuntukkan untuk memberikan manfaat kepada umat-umat lain sehingga diberi gelar oleh Allah Subhanahu wata’ala “ khoirol ummah” ( sebaik-baik ummat).

Karakteristik Muslim Peradaban ( Abad 21 )
Membangun umat, tentulah harus dimulai dari personalianya terlebih dahulu. Mustahil, bahwa kita menginginkan peradaban Islam tanpa dimulai dari pembentukkan personal muslimnya yang memiliki kepribadian qur’ani. Dan dalam  firman Allah yang telah disebutkan diatas bahwa dapat disimpulkan karakteristik manusia muslim itu sebagai berikut :
1.    Beriman
2.     bermal soleh
3.    dakwah
4.     ribat; sabar; spesialisasi

Pertama : Karakter Beriman
dalam bahasa Arab  kata Iman memiliki dua unsur ; ilmu dan keyakinan.unsur pertama ilmu;  Itulah kenapa Allah menurunkan Ayat “iqro’ yang artinya bacalah. Maknanya adalah bahwa seorang muslim harus memiliki ilmu ( tauhid )  dimulai dari dirinya secara personal. Kalaulah dimaksudkan Allah adalah ilmu itu dimiliki oleh kelompok atau sekumpulan manusia terlebih dahulu maka kata yang dipakai adalah “iqroauu” ; bacalah ( kalian ). Hal tersebut pula dilakukan oleh Rosulullah SAW dimana ia membangun Peradaban Islam dimulai dari pribadi jahiliyah ke pribadi Arab, dari pribadi Arab ke Pribadi islam, dari pribadi islam menuju masyarakat Islam kemudian peradaban Islam. Unsur kedua ; keyakinan. Periode makkah adalah bukti dimana rosulullah SAW membina satu demi satu kepribadian Sahabat, bukan lah satu atau dua tahun namun tiga belas tahun. Itu artinya karakteristik qur’ani yang beriman tidak lah diwujudkan dengan waktu semalam namun membutuhkan proses yang panjang dan pengorbanan yang tidak sedikit. Dan Rosullah adalah orang tersukses yang melahirkan generasi-generasi emas dimana dunia telah mencatatnya dalam sejarah umat manusia dengan tinta emas. Benih –benih kesolehan pribadi tumbuh subur berbunga menjadi masyarakat Islam yang memiliki peradaban cemerlang. Tak heran ketika Allah memberikan gelar “sebaik-baik ummat” atau dalam bahasa rosulullah “khoirul qurun” sebaik-baik masa. 

Kedua : Beramal Sholeh
Islam yang kebanyakan diyakini umat Islam pada umumnya kadangkala hanya merupakan doktrin – doktrin yang dipahami karena hasil keturunan. Dan Tidaklah dibangun dengan pemahaman yang kokoh Bahwa Islam itu Syamil wa Mutasyamil.  Oleh karena itu kadang kala, mereka “muallaf” lebih merasakan indahnya dan keagungan Islam ketika mereka baru memeluk Islam, sehingga berefek kepada kontribusi efektif dan nyata kepada Islam. Diantaranya dalam hal ibadah, mua’malat dan aqidah.
Maka seorang muslim haruslah memiliki pribadi atau karakter “ amal sholeh” karena disana ada pembuktian doktrin secara nyata. Bukan hanya islam dalam batin namun juga Islam dapat dilihat secara zhohir.
Itulah kenapa jumhur ulama tauhid : berpendapat bahwa Iman itu adalah keyakinan yang menancap dalam hati, diikrarkan dengan lidah dan dipraktekkan dengan amalan-amalan. Amal sholeh adalan bukti kongkrit dalam keislaman seseorang setelah ia memiliki keyakinan yang tinggi. Dalam kehidupan sekarang; amal sholeh tidaklah hanyalah dipahami hanya berwujud “ibadah” namun haruslah ditafsirkan dan dimaknani secara luas dan komperhensif ( syumuliyyatul Islam ). Seperti Kontribusi kepada Negara, memberantas korupsi merupakan bagian amal sholeh. Termasuk kontribusi yang kita berikan sesuai dengan status, pekerjaan kita masing-masing.

Ketiga : dakwah
Islam adalah agama yang memperhatikan kepribadian tiap personal pemelukkan sehingga menjadi Sholeh untuk dirinya dan juga memperhatikkan masalah sosial atau hubungan antar manusia. Atau dalam Al-Qur’an “ Hablumminallah ( hubungan dengan Allah ) wa hablumminannas ( hubungan antar manusia ).  Kesholehan pribadi memang harus ada dalam jiwa-jiwa setiap muslim namun tak kalah jauh lebih penting adalah “ kesholehan sosial”.
Termasuk ‘dakwah” merupakan bentuk kesholehan sosial. Kepribadian yang dipuji oleh rosulullah adalah mereka yang memiliki kecerdasan sosial yang tingga. “khoirunnas anfa’uhum linnas” sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Setelah memiliki visi peradaban ( rohmatan lila’lamin ) maka seorang muslim tentulah memiliki kepedulian sosial. Dakwah bagian dari hal tersebut. Mengapa harus ( dakwah )? Karena dakwah memiliki agenda penting dalam menyampaikan visi misi peradaban. Ialah komponen penting dalam mewujudkan cita-cita ummat islam.

Ketiga : Ribat; Sabar; Spesialisasi
Dalam ayat ini allah menggunakan kata-kata “tawashou bil haq”  dan “ tawashou bis shobr”. Dalam tatabahasa arab kata tawashau bermakna saling menasehati. Artinya disini ada sua pelaku yang saling terlibat. Bila ada dua orang yang saling terlibat artinya ada komunikasi, kalau ada komunikasi arinya haruslah ada sistem yang mengatur keduanya. Artiya nantinya haruslah ada sistem yang mengatur kehidupan muslim. Sehingga agenda-agenda serta usaha-usaha yang dilakukan dapat menghasilkan capaian yang signifikan.
“tawashau bil haq” saling menasehati dalam kebenaran adalah keniscayaan dalam kehidupan bersosial, bernegara. Karena umat terdahulu yang dihancurkan, disebabkan karena mereka meninggalkan amaliyah ini. Atau dalam kata lain “amar ma’ruf dan nahyu an munkar”. Tanpa unsure ini suatu bangsa kalaulah tidak dihancurkan makan akan binasa dengan sendirinya karena tidak adanya unsur ini. sebagus dan secanggih apapun sistem yang dipakai tidak berguna dengan tanpa adanya “saling menasehati”.

Ketika kondisi umat islam terpecah belah seperti sekarang ini, tentulah konsep “amal ma’ruf dan nahyu munkar” adalah solusi tepat dalm mengatasi problematika umat. Ribat : hubungan ukhuwah juga tak kalah penting. Innamal mukminuna ikhwah. Kita semua muslim adalah saudara. Watawashao bisshobr. Saling menasehati dalam kesabaran juga harus dimiliki seorang muslim yang berperadaban. Karena dalam menjalankan Konsep-konsep peradaban akan mendapatkan tantangan zaman yang tak sedikit. Akan ada gesekan-gesekan sosial, sehingga diperlukan kesabaran dan saling memberikan nasehat kesabaran agar tetap konsisten dalam visi misi peradaban.

    Dalam membangun peradaban juga diperlukan spealisasi bidang tertentu ( ahli sains, ahli tata Negara, ahli ekonomi dan lain-lain ). kita tidak bisa melakukan semuanya. Kalupun ada orang yang bisa semuanya nya maka orang ini ibaratkan sebuah lilin yang menerangin yang lain namun dirinya akan binasa.  Spesialisasi sangatlah diperlukan sehingga dalam tahapan pembentukkan peradaban. Mereka-mereka yang memiliki spesialisai bidang akan membantu proses terjadi peradaban. Artinya seorang muslim ideal adalah dia memiliki spesialis di bidang yang ia tekuni.

    “jikalau aku diberikan jatah do’a yang paling mustajab maka aku akan berdo’a agar Allah memberiku pemuda-pemuda seperti Ubaidah”  bin jarrah. ( umar bin khattab )

    Yang dibutuhkan umat ini adalah “rijal ummah” para tokoh yang mampu menjelma sebagai “qur’an berjalan” dimana orang –orang bisa melihat bentuk nyata dari keagungan Islam. Artinya bagaimana Muslim abad 21 bukan hanya konsep tapi ia adalah bentuk nyata dari setiap pribadi umat Islam dimasa depan. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Pertama : mengenal konsep Model Muslim Abad 21, kedua; memahami visi misi peradaban ketiga; mulai dari sekarang, mulai dari kecil, keempat ; konsistenlah atau istiqomahlah ( istaqim kama umirta )!. apa yang ditulis oleh penulis hanyalah bagian kecil dari konsep-konsep pribadi muslim masa depan. Semoga tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua tuk menggapai peradaban Islam yang kita cita-citakan.


Wallahua’lam bisshowab.
Derysmono
Mahasiswa Pascasarjana PTIQ  Jakarta dan S1 LIPIA
Pengajar SMP Quran Al-Ihsan.

Tidak ada komentar: