HADIST MUDHTHORIB
oleh Derysmono ( Mahasiswa S2 PTIQ Jakarta )
I. PENDAHULUAN
Alhamdulillah segala puja dan syukur hanya untuk Allah Subhanahu Wata’ala dan Shalawat dan Salam kepada baginda Muhammad Shalallahu A’laihi Wasallam kepada keluarga, Sahabat dan orang-orang yang bertaqwa.
Tidak lengkap rasanya jika membahasa Ulumul hadist jika tidak mengetahui sedikit banyaknya tetang Hadist Mudhthorib, karena dalam pembahasan ini kita dapat mengetahui apakah hadist itu bisa dijadikan pedoman atau tidak dalam istinbat hukum-hukum Islam. Walau pembahasan tetang tema ini, hakikatnya tidaklah banyak kita temui dalam kitab Ulum hadist, sedikit contoh yang kami kutip dari perkataan Imam As-Suyuti;
Imam As-Suyuti rahimahullah berkata :
المضطرب
ما اختلفت وجوهه حيث ورد ... من واحد أو فوق: متنا أو سند
ولا مرجح: هو المضطرب ... وهو لتضعيف الحديث موجب
إلاإذا مااختلفوا في اسم أو اب ... لثقة فهو، صحيح مضطرب
الزركشي: القلب والشذوذ عن ... والاضطراب في الصحيح والحسن
وليس منه حيث بعضها رجح ... بل نكر ضد أو شذوذه وضح
Terjadinya perbedaan pada sisinya dimanapun ia ada... dari satu sisi maupun dari sisi atasnya : matan atau sanad
Tidak bisa dijadikan murojjih ; ialah Al-Mudhtharib ... dikarenakan ada sebab sebuah hadist menjadi dhoif ( lemah )
Kecuali, jika perbedaannya pada nama atau ayah... dengan alasan tsiqoh ( kepercayaan ), maka ia menjadi shahih mudhtharib
Az-Zarkasyi : tema ini berkaitan dengan Al-Qolbu ( terbolak-balik ) dan Syuzuz ... dan al-Idthirob terdapat juga terjadi pada Hadist yang Shahih maupun Hasan
Dan tidaklah sebagian hadist Mudhtharib dapat ditarjihkan... akan tetapi ia termasuk hadist munkar dan syaz.
Sebenarnya banyak lagi pendapat para ulama yang berkaitan dengan tema ini, akan tetapi diulas dengan singkat. Semoga tulisan ini bermanfaat.
II. PEMBAHASAN
A) Defenisi ‘المضطرب ‘
Secara bahasa : berasal dari ism faa’il (kata kerja) ‘idhthoroba’-‘yadhthoribu-mudhthorib’ yang artinya yang bergelombang, bergoncang, bergerak. ‘Idhthoroba al amr’ ; ikhtalla artinya rusak, kacau balau. ‘idhthoroba wa tadharoba al-qoum’ artinya saling menghantam, memukul. ‘idhthoroba di umurihi’ : irtabak’ artinya ragu-ragu, bimbang, bingung. ‘idhthoroba min kaza : dhojiro’ artinya gelisah.
Secara Istilah :
يقول ابن الصلاح: ( المضطرب من الحديث؛ هو الذي تختلف الرواية فيه، فيرويه بعضهم على وجه، وبعضهم على وجه آخر مخالف له، وإنما نسميه مضطربا إذا تساوت الروايتان )
Ibnu As-Sholah mengatakan yang dimaksud hadist Al-Muddhorib minal Hadsit adalah hadist yang terdapat perbedaan periwayatan yaitu, sebagian mereka berada pada salah satu sisi periwayatan, akan tetapi sebagian lainnya meriwayatkan berbeda dengan yang pertama.
قال أبو داود السجستاني: ( الاختلاف عندنا، ما تفرد قوم على شيء، وقوم على شيء )
وقال شيخ الحافظ [ابن حجر العسقلاني]، وهو الحافظ العراقي: ( إن الحديث المضطرب، إنما تتساقط الروايات، إذا تساوت وجوه الاضطراب )
المضطرب: المروي بألفاظ مختلفة في متنه أو سنده من راو أو أكثر متقاومة لم تصح. فإن أمكن الجمع كرجل ومحمد، أو تعددت الرواية استمر، أو اتحدت وهما ثقتان: فعند الفقهاء والأصوليين أو أحدها: ضعف على تقدير من ثلاثة، أو تفاوت: فالراجح، وإلا فهو ضعيف لعدم الضبط.
Definisi Hadist Mudhtharib yang dikutip oleh pemakalah dari http://www.startimes.com ditulis oleh aziz wajdi :
ما اختلف الرواة في سنده، أو متنه، وتعذر الجمع في ذلك والترجيح.
ومعنى تساوي وجوه اضطراب الروايات عند المحدثين، هو أن تتعارض الوجوه المقتضية للترجيح
Dan makna “adanya persamaan derajat riwayat hadist yang bergoncang” adalah terjadinya pertentangan antara derajat hadist yang mengharuskan adanya tarjih.
PENJELASAN TENTANG DEFINISI DI ATAS :
والترجيح هو: تقوية إحدى الروايتين على الأخرى، بمرجح معتمد.
ويكون الترجيح في الروايات التي تتعارض ولا يمكن الجمع بينها
Dan yang dimaksud tarjih adalah menguatkan salah satu riwayat atas yang lainnya dengan riwayat yang dapat menjadi sandaran. Dan tarjih hanya dapat dilakukan pada riwayat –riwayat yang saling bertentangan dan tidak bisa digabungkan.
ويزول الاختلاف بين الروايات بالجمع بينها، من خلال إيجاد رابط يزيل الاختلاف، لأن الترجيح يلجأ إليه عند تعذر الجمع بين الروايات المختلفة، براوي ثقة ثابتة، يكون رابط مشترك بين الروايات ..
وعند المحدثين الجمع أولى إذا أمكن.
Perbedaan – perbedaan yang terjadi antara riwayaat dapat hilang dengan “jam’u bainahuma” yaitu mengabungkan makna-makna riwayat tersebut, dengan cara mencari titik hubung antara riwayat tersebut yang dapat menghilangkan perbedaan makna, karena ‘tarjih’ baru dapat dilakukan kepada riwayat-riwayat yang bertentangan dan tidak bisa dikompromikan, titik penghubungnya adalah riwayat yang tsiqoh ( terpercaya ) kuat. Dan menurut ulama hadist bahwa cara “mengkompromikan” itu lebih baik, jika hal itu memungkinkan.
لأن الجمع برابط مشترك في الروايات يزيل الاختلاف، ويستعاض به عن الترجيح، أما إن كان هناك صعوبة أو استحالة للجمع بين الروايات أصولا، فيبقى الخيار بالترجيح، عندها يعمل بالرواية المرجحة، وإلا فيغلب على الحديث الضعف، فيكون مضطرب؛اهـ
Karena cara mengkompromikan dengan titik hubung yang saling berkaitan pada riwayat-riwayat akan dapat menghilangkan pertentangan yang ada, dan akan terhidar dari cara “tarjih”, adapun jika ada kesulitan ataupun tidak mungkin untuk dikompromikan secara total, maka dipilihlah cara ‘tarjih’, pada cara ini yang dipakai adalah riwayat yang paling diunggulkan, jika tidak ada riwayat yang kuat, maka dilihat hadist doif yang paling banyak makanya disebut ‘mudhthorib’.
A. MACAM-MACAM HADIST MUDHTHORIB
1. MUDHTHORIB PADA SANAD HADIST ( bisa terjadi pada satu perawi maupun banyak )
2. MUDHTHORIB PADA MATAN HADIST
B. CONTOH HADIST MUDHTHORIB
C.1 - MUDHTHORIB PADA SANAD HADIST
a. CONTOH MUDHTHARIB DHAIF PADA HADIST TENTANG MEMBUAT GARIS ( KHAT ) DI DEPAN ORANG SHALAT DENGAN MAKSUD SEBAGAI PENGAHALANG ( SATR ).
لفظه : إذا لم يجد عصا ينصبها بين يديه ، فليخط خطا
"jika seseorang itu tidak mendapatkan tongkat sebaai pembatas dihadapannya maka hendaknya ia membuar sebuah garis” pada hadist ini banyak riwayat yang dhaif yang saling bertentangan, riwayat-riwayat tersebut antara lain :
1) إسماعيل بن أمية ; فإنه قيل : عنه ، عن أبي عمرو بن محمد بن حريث ، عن جده حريث ، عن أبي هريرة .
2) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن حريث ، عن أبيه ، عن أبي هريرة .
3) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن محمد بن عمرو بن حريث ، عن جده حريث بن سليم ، عن أبي هريرة .
4) وقيل : عنه ، عن أبي محمد بن عمرو بن حريث ، عن جده حريث رجل من بني عذرة ، عن أبي هريرة .
5) وقيل : عنه ، عن أبي محمد بن عمرو بن حزم ، عن أبيه عن جده ، عن أبي هريرة
6) وقيل : عنه ، عن محمد بن عمرو بن حريث ، عن أبي سلمة ، عن أبي هريرة .
7) وقيل : عنه ، عن حريث بن عمار ، عن أبي هريرة .
8) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن محمد ، عن جده حريث بن سليمان ، عن أبي هريرة .
9) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن حريث ، عن جده حريث ، عن أبي هريرة . وقيل غير ذلك.
PENJELASAN TERJADINYA PERIWAYATAN BERBEDA TERSEBUT :
oleh karena itu, hadist ini banyak dikomentari oleh para ulama, diantaranya An-Nawawi dalam Kitabnya Al-Khulasoh,ibnu Abdul haadi, termasuk pada ulama mutaakhirin yang menyatakan bahwa sanad hadist ini mudhtharib...
Ad-DaruQutni mengatakan : tidak mantap, At-Thohawi : tidak dijadikan dalil hadist seperti ini. As-Syafi'i lebih memilih untuk tawaqquf pada pendapat terbarunya padahal beliau dipendapat lamanya belau menjadikan hadist ini sebgai dalil, itu dikarenakan hadist ini memiliki sanad yang tidak tetap,
ibnu u'yainah beranggapan bahwasannya belum ada pandangan lain, melainkan hanya ini, dan belum ada sesuatu yang membuatnya bisa dijadikan dalil.
akan tetapi telah dishahihkan oleh ibnul madini, ahmad, dan jama'ah sebagian dari mereka : ibnu hibban, Al-Haakim, ibnul Munzir, dan demikian juga ibnu Khuzaimah, lalu kemudian ditarjih, yang merojihkan ( lebih memilih ) pendapat pertama dari berbagai macam perbedaan pendapat ini,
dan juga apa yang diceritakan oleh ibnu abi hatim dari abi zar'ah, : mereka tidaklah menafikan pendapat kedua ; karena dimungkinkan nasab seorang periwayat itu tersambung kepada kakeknya, dan dinamakan 'Abu' dilihat dari bentuk kallimat/katanya, demikian pula hal ini tidak menafikan sanad ketiga,
ke sembilan, kedelapan, kecuali pada sulaiman dengan saliim, seakan-akan keduanya telah melakukan tashoffah, atau terjauh dari kesalahan laqob, sebagaimana juga tidak menafikan yang keempat kecuali dengan membalikkannya..
Bahkan, guru kami berkata : sesungguhnya jalan sanad-sanad ini semua dapat ditarjih oleh satu dengan yang lain, dan yang paling raajih dari sanad-sanad dapat dicocokan dengan sanad-sanad yang lain, maka pada saai itu istilah hadist Mudhtharib pada Hadist ini telah hilang, oleh karena itu As-Syafi’i menjadikan hadist ini dalil dalam kitab mabsut karya Al-Muzani, ...maka dalam masalah ini masih perlu dilihat lagi. .
Al-Baihaqi berkata : tidak apa-apa dengan hadist ini pada contoh hukum ini insyaAllah.
kesimpulan: bahwa pada riwayat hadist ini dapat dilakukan tarjih.
B. CONTOH KEDUA MUDHTHARIB SAHIH PADA SANAD HADIST TENTANG DO’A MASUK TOILET
حديث زبد بن الأرقم رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، أنه قال: ( إن هذه الحشوش محتضرة، فإذا أتى أحدكم الخلاء فليقل: اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث )
اختلف في إسناده، والذي أسنده ثقة، وخلاصة حكمه: [مضطرب الصحة، يرجح قبوله بالصحاح] ..
(Adapun riwayat-riwayatnya ditampilkan pada footnote)
جرحه وأعله ابن حبان في "المجروحين"، وابن عدي في "الكامل"، وابن القيسراني في "التذكرة"، وأجمعوا على أن أحمد بن العباس الهاشمي، لا يحل الاحتجاج به أو بروايته .
Ditarjih dan ta’lil oleh ibnu hibban dalam kitabnya “Marjuhaini”, dan ibnu A’di dalam kitabnya “Al-kamil’ , dan al-qisarani dalam kitabnya “At-tazkirah” mereka sepakat bahwa ibnul Abbas Al-hasyimi, tidak boleh dijadikan sandaran dalil begitu pula riwayatnya.
ثم عاد ابن حبان ورجحه في "الثقات" بوجه رواية أخرى، قام بذلك أيضا ابن خزيمة في "التوحيد"، والحاكم في "المستدرك"، والسيوطي "الجامع"، والألباني في صحاحه المذكورة في سياق التخريج المرفقة بالحديث أعلاه
Kemudian ibnu hibban kembali mentarjih dalam kitabnya “At-Tsiqoot” dengan derajat riwayat yang lain, hal yang sama dilakukan oleh ibnu khuzaimah dalam kitabnya :At-Tauhid”, dan Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrok” dan “as-Syayuti dalam Kitabnya Al-Jami’” dan Albani dalam kitab Shihahnya dalam bentuk takhrij yang dibarengi dengan hadist yang ada di atasnya.
والوجه الثاني لاضطراب هذا السند: أنه اختلف فيه التسلسل والتفرع الوارد عن قتادة فقد رواه شعبة عن قتادة ورواه معمر عن قتادة، ورواه سعيد بن أبي عروبة عنه أيضا، فكلهم رواه عن قتادة عن النضر عن أبيه عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم، ورواه سعيد بن أبي عروبة عن قتادة عن القاسم بن عوف الشيباني عن زيد بن الأرقم عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم، فهذا الاختلاف بالسند يشعر بعدم الضبط، فاقتضى الحكم بالاضطراب والضعف .
Adapun derajat kedua yang menjadikan hadist ini mudhtarib ( bergoncang) sanadnya : bahwasannya terjadi di dalamnya “tasalsul” dan perbedaan yang ada dari qotadah yang telah diriwayatkan oleh syu’bah dari qotadah dan diriwayatkan oleh muammar dari qotadah, dan diriwayatkan dari sa’iid bin abi u’rubah dari qotadah juga, merka semua meriwayatkan dari qotadah dan an-nadr dari bapaknya dari nabi Shalallahua’laihi wasallam, dan diriwayatkan hadist ini dari Saiid bin abi U’rubah dari Qotadah dari Al-Qoosim bin A’uf As-Syaibani dari Zaid bin Arqom dari nabi Shalallhu A’laihi wasallam , dan inilah perbedaan riwayat itu yang dirasa adanya ketidak mantapan dalam hafalan, maka hukumnya menjadi mudhtarib ( bergoncang ) dan dha’if.
c. contoh hadist Mudhtharib sanad yang diriwayatkan oleh Sahabat tentang hadist hewan buruan
عَنْ عَمْرٍو بن أبي عمرو [صدوق يهم]، عَنْ الْمُطَّلِبِ [صدوق كثير التدليس والإرسال]، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنه، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ، يَقُولُ: ( صَيْدُ الْبَرِّ لَكُمْ حَلَالٌ مَا لَمْ تَصِيدُوهُ أَوْ يُصَدْ لَكُمْ )
وخلاصة حكمه: [مضطرب السند]..
ورغم أن الإمام الشافعي رجح العمل به كفقيه من ناحية الصحة المتن، حيث قال رحمه الله تعالى في "شرح العمدة" [ج2/ص: 162]: (أحسن حديث في هذا الباب وأقيس)؛اهـ
meskipun Imam As-Syafi’i lebih menguatkan pengamalan terhadap hadist ini sebagaimana beliau adalah ahli fiqh jika ditinjau dari aspek keshahihan matan hadist, dimana beliau rahimahullah ta’ala mengatakan dalam kitab syarh umdah : ( sebaik-baik hadist adalah di bab ini dan lebih terukur )
إلا أنه عند المحدثين مضطرب السند، لأن عمرو بن أبي عمرو المدني، رواه فاضطرب فيه، فرواه مرة عن المطلب عن جابر، وأخرى عن المطلب عن أبي موسى الأشعري مرفوعا، وفق تخريج الطحاوي في "المعاني" [ج2/ص: 171]، ومرة رواه عن رجل من بني سلمة عن جابر مرفوعا، وفق تخريج الإمام الشافعي في "الأم" [ج5/ص: 398/ر:6759] ..
وقد أعله باضطراب السند من الحفاظ المحققين كل من الغماري في "الهداية" [ج5/ص: 323]، وابن التركماني في "الجواهر" [ج5/ص: 191] ..
C.2 - CONTOH HADIST MUDHTHORIB PADA MATAN
A. CONTOH HADIST MUDHTHARIB PADA MATAN HADIST PEMBACAAN AL-BASMALAH
حديث البسملة الذي أخرجه مسلم في صحيحه من رواية الوليد بن مسلم قال : حدثنا الأوزاعي عن قتادة أنه كتب إليه يخبره عن أنس بن مالك أنه حدثه قال : صليت خلف النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان فكانوا يستفتحون بالحمد لله رب العالمين لا يذكرون بسم الله الرحمن الرحيم في أول قراءة ولا آخرها .
وقد علق على هذا الحديث الدكتور صبحي الصالح في مؤلفه ( علوم الحديث ) بما يلي : " فهذه الرواية الأخيرة التي ينص فيها الراوي على نفي قراءة البسملة هي المتن المضطرب في هذا الحديث ؛ لأن مسلما والبخاري اتفقا على إخراج رواية أخرى في الموضوع نفسه ، لا يتعرض فيها لذكر البسملة بنفي أو إثبات ، وإنما يكتفي الراوي بقوله : " فكانوا يستفتحون القراءة بالحمد لله رب العالمين " . يقصد أن الفاتحة هي السورة التي كانوا يستفتحون بها ، ولو وقف الأمر عند هذا الحد لأمكن ترجيح الحديث المتفق عليه ، فلم نصف الحديث الأول بالاضطراب ، ولكن رواية ثالثة عن أنس تفيد أنه سئل عن الافتتاح بالتسمية فأجاب : أنه لا يحفظ في ذلك شيئا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وتردد مثله في هذه المسألة يحسب له حسابه ، فأصبح عسيرا أو متعذرا ترجيح ما يتعلق بالبسملة إثباتا أو نفيا ، وتعذر الترجيح كان السبب المباشر في وصفنا لمتن الحديث الأول بالاضطراب " .
أما حكم الحديث المضطرب بصورة عامة فهو الرد إلى أن يظهر مرجح يرجح إحدى الروايتين على الأخرى .
B. CONTOH MUDHTHARIB PADA MATAN HADIST FATIMAH BINTI QOIS
ما ورد في حديث فاطمة بنت قيس رضي الله عنها أنها قالت: سئل النبي صلى الله عليه وآله وسلم عن الزكاة، فقال: ( إن في المال لحقا سوى الزكاة ..) ..
والرواية الأخرى : (إن في المال حق سوى الزكاة ..)
فهذا الاختلاف الظاهر في المتن أورد ضعفا في الحديث واضطرابا لا يحتمل التأويل ..
C. CONTOH MUDHTHARIB PADA MATAN HADIST TENTANG HAJI
حَدَّثَنَا ا بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، عن ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ أَشْعَثَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ بن عبد الله رضي الله عنه، قَالَ : ( حَجَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَنَا النِّسَاءُ وَالصِّبْيَانُ، فَلَبَّيْنَا عَنِ الصِّبْيَانِ وَرَمَيْنَا عَنْهُمْ )
[مضطرب المتن وضعيف[
C. HUKUM MENGGUNAKAN HADIST MUDHTHORIB
ضعيف لا يحتج به، لأن اضطرابه يدل على عدم ضبط رواته، إلا إذا كان الاضطراب لا يرجع إلى أصل الحديث، فإنه لا يضر.
Hadist Mudhtharib merupakan Hadist yang Dhaif, tidak bisa dijadikan hujjah ( dalil ) , dikarenakan hadist ini menunjukkan bahwa para perowinya tidak dhobit ( ingatan lemah ) kecuali jika idhthhirobnya tidak kembali kepada asal Hadist tersebut, maka itu tidaklah membahayakan.
مثاله: اختلاف الروايات في حديث فضالة بن عبيد رضي الله عنه- أنه اشترى قلادة يوم خيبر باثني عشر دينارًا فيها ذهب وخرز، قال: ففصلتها فوجدت فيها أكثر من اثني عشر دينارًا، فذكرت ذلك للنبي -صلّى الله عليه وسلّم- فقال: (لا تباع حتى تفصل). ففي بعض الروايات أن فضالة اشتراها، وفي بعضها أن غيره سأله عن شرائها، وفي بعض الروايات أنه ذهب وخرز، وفي بعضها ذهب وجوهر، وفي بعضها خرز معلقة بذهب، وفي بعضها باثني عشر دينارًا، وفي بعضها بتسعة دنانير، وفي بعضها سبعة.
قال الحافظ ابن حجر: وهذا لا يوجب ضعفًا (يعني الحديث) بل المقصود من الاستدلال محفوظ لا اختلاف فيه؛ وهو النهي عن بيع ما لم يفصل، وأما جنسها أو مقدار ثمنها فلا يتعلق به في هذه الحال ما يوجب الاضطراب. اهـ.
وكذلك لا يوجب الاضطراب: ما يقع من الاختلاف في اسم الراوي أو كنيته، أو نحو ذلك، مع الاتفاق على عينه، كما يوجد كثيرًا في الأحاديث الصحيحة.
Buku-Buku Referensi untuk Tema ini :
1. Muqoddimah Ibnu Shalah fi Ulumul Hadist
2. At-Taqriib Wa At-Taisiir karya An-Nawawi
3. Rusumul hadist Fi Ulumul hadist Karya BUrhanuddin Al-Ja’biri ( Wafat 732 H )
4. Fathul Mughis Sarh Alfiyatul Hadist Karya Syamsuddin As-Syakhowi ( Wafat 902 )
5. Alfiyatus Sayuti fi I’lmil Hadist karya As-Suyuti
6. An-Natk Ala Kitab Ibn Shalah
7. Al-Ghoyah Fi Syarhil Hidayah Fi I’lmir Riwayah Karya Syamsuddin As-Syakhowi ( Wafat 902 )
8. dll
B) PENUTUP
- KESIMPULAN
Ibnu As-Sholah mengatakan yang dimaksud hadist Al-Muddhorib minal Hadsit adalah hadist yang terdapat perbedaan periwayatan maka, sebagian mereka berada pada salah satu sisi riwayat, akan tetapi sebagian lainnya meriwayatkan berbeda dengan yang awal.
Hadist Mudhtharib dapat terjadi pada Matan Hadist maupun Sanad hadist.
DAFTAR PUSTAKA
1) ألفية السيوطي في علم الحديث , عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي (المتوفى: 911هـ) صححه وشرحه: الأستاذ أحمد محمد شاكر، المكتبة العلمية
2) توجيه النظر إلى أصول الأثر، طاهر بن صالح (أو محمد صالح) ابن أحمد بن موهب، السمعوني الجزائري، ثم الدمشقيّ (المتوفى: 1338هـ), المحقق: عبد الفتاح أبو غدة، مكتبة المطبوعات الإسلامية – حلب
3) فتح المغيث بشرح الفية الحديث للعراقي، أبو عبد الله محمد بن عبد الرحمن السخاوي ، ط : مكتبة السنة، سنة النشر: 1424هـ / 2003م
4) التقييد والإيضاح شرح مقدمة ابن الصلاح، أبو الفضل زين الدين عبد الرحيم بن الحسين بن عبد الرحمن بن أبي بكر بن إبراهيم العراقي (المتوفى: 806هـ، المحقق: عبد الرحمن محمد عثمان، الناشر: محمد عبد المحسن الكتبي صاحب المكتبة السلفية بالمدينة المنورة الطبعة: الأولى، 1389هـ/1969م
5) تهذيب الكمال في أسماء الرجال، المؤلف: يوسف بن عبد الرحمن بن يوسف، أبو الحجاج، جمال الدين ابن الزكي أبي محمد القضاعي الكلبي المزي (المتوفى: 742هـ)
6) طرح التثريب في شرح التقريب (المقصود بالتقريب: تقريب الأسانيد وترتيب المسانيد)، المؤلف: أبو الفضل زين الدين عبد الرحيم بن الحسين بن عبد الرحمن بن أبي بكر بن إبراهيم العراقي (المتوفى: 806هـ)، أكمله ابنه: أحمد بن عبد الرحيم بن الحسين الكردي الرازياني ثم المصري، أبو زرعة ولي الدين، ابن العراقي (المتوفى: 826هـ [ج2/ص: 130]
7) التذكرة والتبصر" [ج1/ص: 240]
8) ابن النجار في "المختبر المبتكر" [ج4/ص: 282] ..
9) القرطبي في "المفهم" ج3/ص: 280]
10) الحافظ ابن حجر العسقلاني في "الفتح" [ج3/ص: 100]
11) التلخيص الحبير في تخريج أحاديث الرافعي الكبير، المؤلف: أبو الفضل أحمد بن علي بن محمد بن أحمد بن حجر العسقلاني (المتوفى: 852هـ [ج3/ص: 207] ..
12) سنن أبي داود، المؤلف: أبو داود سليمان بن الأشعث بن إسحاق بن بشير بن شداد بن عمرو الأزدي السَِّجِسْتاني (المتوفى: 275هـ)، المحقق: محمد محيي الدين عبد الحميد، الناشر: المكتبة العصرية، صيدا - بيروت [ج1/ص: 49/ر:6]
13) صحيح أبي داود – الأم، المؤلف: أبو عبد الرحمن محمد ناصر الدين، بن الحاج نوح بن نجاتي بن آدم، الأشقودري الألباني (المتوفى: 1420هـ [ر:6]
14) سنن ابن ماجه، المؤلف: ابن ماجة أبو عبد الله محمد بن يزيد القزويني، وماجة اسم أبيه يزيد (المتوفى: 273هـ [ج1/ص: 154/ر:296]
15) مسند الإمام أحمد بن حنبل، المؤلف: أبو عبد الله أحمد بن محمد بن حنبل بن هلال بن أسد الشيباني (المتوفى: 241هـ [ج5/ص: 496/ر:18800]
16) صحيح ابن حبان بترتيب ابن بلبان، المؤلف: محمد بن حبان بن أحمد بن حبان بن معاذ بن مَعْبدَ، التميمي، أبو حاتم، الدارمي، البُستي (المتوفى: 354هـ [ج4/ص: 255/ر:1408]
17) صحيح ابن خزيمة، المؤلف: أبو بكر محمد بن إسحاق بن خزيمة بن المغيرة بن صالح بن بكر السلمي النيسابوري (المتوفى: 311هـ [ج1/ص: 38/ر:69]
18) المستدرك على الصحيحين، المؤلف: أبو عبد الله الحاكم محمد بن عبد الله بن محمد بن حمدويه بن نُعيم بن الحكم الضبي الطهماني النيسابوري المعروف بابن البيع (المتوفى: 405هـ [ج1/ص: 297/ر:668]
19) الجامع الصغير وشرحه النافع الكبير لمن يطالع الجامع الصغير، مؤلف الجامع الصغير: أبو عبد الله محمد بن الحسن الشيباني (المتوفى: 189هـ [ر:9581]،
20) صحيح الجامع الصغير وزياداته، المؤلف: أبو عبد الرحمن محمد ناصر الدين، بن الحاج نوح بن نجاتي بن آدم، الأشقودري الألباني (المتوفى: 1420هـ)، الناشر: المكتب الإسلامي [ر:2263]،
21) البزار في "البحر الزخار" [ج10/ص: 223]: [فيه اختلاف]
22) بيان الوهم والإيهام في كتاب الأحكام، المؤلف : علي بن محمد بن عبد الملك الكتامي الحميري الفاسي، أبو الحسن ابن القطان (المتوفى : 628هـ)" [ج5/ص: 432]
23) الأم، المؤلف: الشافعي أبو عبد الله محمد بن إدريس بن العباس بن عثمان بن شافع بن عبد المطلب بن عبد مناف المطلبي القرشي المكي (المتوفى: 204ه [ج5/ص: 398/ر:6759] ..
24) العدة شرح العمدة، المؤلف: عبد الرحمن بن إبراهيم بن أحمد، أبو محمد بهاء الدين المقدسي (المتوفى: 624هـ) الناشر: دار الحديث، القاهرة [ج2/ص: 162]
25) الغماري في "الهداية" [ج5/ص: 323]،
26) ابن التركماني في "الجواهر" [ج5/ص: 191] ..
Kamus Munawwir Arab-Indonesia
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=82&ID=72
oleh Derysmono ( Mahasiswa S2 PTIQ Jakarta )
I. PENDAHULUAN
Alhamdulillah segala puja dan syukur hanya untuk Allah Subhanahu Wata’ala dan Shalawat dan Salam kepada baginda Muhammad Shalallahu A’laihi Wasallam kepada keluarga, Sahabat dan orang-orang yang bertaqwa.
Tidak lengkap rasanya jika membahasa Ulumul hadist jika tidak mengetahui sedikit banyaknya tetang Hadist Mudhthorib, karena dalam pembahasan ini kita dapat mengetahui apakah hadist itu bisa dijadikan pedoman atau tidak dalam istinbat hukum-hukum Islam. Walau pembahasan tetang tema ini, hakikatnya tidaklah banyak kita temui dalam kitab Ulum hadist, sedikit contoh yang kami kutip dari perkataan Imam As-Suyuti;
Imam As-Suyuti rahimahullah berkata :
المضطرب
ما اختلفت وجوهه حيث ورد ... من واحد أو فوق: متنا أو سند
ولا مرجح: هو المضطرب ... وهو لتضعيف الحديث موجب
إلاإذا مااختلفوا في اسم أو اب ... لثقة فهو، صحيح مضطرب
الزركشي: القلب والشذوذ عن ... والاضطراب في الصحيح والحسن
وليس منه حيث بعضها رجح ... بل نكر ضد أو شذوذه وضح
Terjadinya perbedaan pada sisinya dimanapun ia ada... dari satu sisi maupun dari sisi atasnya : matan atau sanad
Tidak bisa dijadikan murojjih ; ialah Al-Mudhtharib ... dikarenakan ada sebab sebuah hadist menjadi dhoif ( lemah )
Kecuali, jika perbedaannya pada nama atau ayah... dengan alasan tsiqoh ( kepercayaan ), maka ia menjadi shahih mudhtharib
Az-Zarkasyi : tema ini berkaitan dengan Al-Qolbu ( terbolak-balik ) dan Syuzuz ... dan al-Idthirob terdapat juga terjadi pada Hadist yang Shahih maupun Hasan
Dan tidaklah sebagian hadist Mudhtharib dapat ditarjihkan... akan tetapi ia termasuk hadist munkar dan syaz.
Sebenarnya banyak lagi pendapat para ulama yang berkaitan dengan tema ini, akan tetapi diulas dengan singkat. Semoga tulisan ini bermanfaat.
II. PEMBAHASAN
A) Defenisi ‘المضطرب ‘
Secara bahasa : berasal dari ism faa’il (kata kerja) ‘idhthoroba’-‘yadhthoribu-mudhthorib’ yang artinya yang bergelombang, bergoncang, bergerak. ‘Idhthoroba al amr’ ; ikhtalla artinya rusak, kacau balau. ‘idhthoroba wa tadharoba al-qoum’ artinya saling menghantam, memukul. ‘idhthoroba di umurihi’ : irtabak’ artinya ragu-ragu, bimbang, bingung. ‘idhthoroba min kaza : dhojiro’ artinya gelisah.
Secara Istilah :
يقول ابن الصلاح: ( المضطرب من الحديث؛ هو الذي تختلف الرواية فيه، فيرويه بعضهم على وجه، وبعضهم على وجه آخر مخالف له، وإنما نسميه مضطربا إذا تساوت الروايتان )
Ibnu As-Sholah mengatakan yang dimaksud hadist Al-Muddhorib minal Hadsit adalah hadist yang terdapat perbedaan periwayatan yaitu, sebagian mereka berada pada salah satu sisi periwayatan, akan tetapi sebagian lainnya meriwayatkan berbeda dengan yang pertama.
قال أبو داود السجستاني: ( الاختلاف عندنا، ما تفرد قوم على شيء، وقوم على شيء )
وقال شيخ الحافظ [ابن حجر العسقلاني]، وهو الحافظ العراقي: ( إن الحديث المضطرب، إنما تتساقط الروايات، إذا تساوت وجوه الاضطراب )
المضطرب: المروي بألفاظ مختلفة في متنه أو سنده من راو أو أكثر متقاومة لم تصح. فإن أمكن الجمع كرجل ومحمد، أو تعددت الرواية استمر، أو اتحدت وهما ثقتان: فعند الفقهاء والأصوليين أو أحدها: ضعف على تقدير من ثلاثة، أو تفاوت: فالراجح، وإلا فهو ضعيف لعدم الضبط.
Definisi Hadist Mudhtharib yang dikutip oleh pemakalah dari http://www.startimes.com ditulis oleh aziz wajdi :
ما اختلف الرواة في سنده، أو متنه، وتعذر الجمع في ذلك والترجيح.
ومعنى تساوي وجوه اضطراب الروايات عند المحدثين، هو أن تتعارض الوجوه المقتضية للترجيح
Dan makna “adanya persamaan derajat riwayat hadist yang bergoncang” adalah terjadinya pertentangan antara derajat hadist yang mengharuskan adanya tarjih.
PENJELASAN TENTANG DEFINISI DI ATAS :
والترجيح هو: تقوية إحدى الروايتين على الأخرى، بمرجح معتمد.
ويكون الترجيح في الروايات التي تتعارض ولا يمكن الجمع بينها
Dan yang dimaksud tarjih adalah menguatkan salah satu riwayat atas yang lainnya dengan riwayat yang dapat menjadi sandaran. Dan tarjih hanya dapat dilakukan pada riwayat –riwayat yang saling bertentangan dan tidak bisa digabungkan.
ويزول الاختلاف بين الروايات بالجمع بينها، من خلال إيجاد رابط يزيل الاختلاف، لأن الترجيح يلجأ إليه عند تعذر الجمع بين الروايات المختلفة، براوي ثقة ثابتة، يكون رابط مشترك بين الروايات ..
وعند المحدثين الجمع أولى إذا أمكن.
Perbedaan – perbedaan yang terjadi antara riwayaat dapat hilang dengan “jam’u bainahuma” yaitu mengabungkan makna-makna riwayat tersebut, dengan cara mencari titik hubung antara riwayat tersebut yang dapat menghilangkan perbedaan makna, karena ‘tarjih’ baru dapat dilakukan kepada riwayat-riwayat yang bertentangan dan tidak bisa dikompromikan, titik penghubungnya adalah riwayat yang tsiqoh ( terpercaya ) kuat. Dan menurut ulama hadist bahwa cara “mengkompromikan” itu lebih baik, jika hal itu memungkinkan.
لأن الجمع برابط مشترك في الروايات يزيل الاختلاف، ويستعاض به عن الترجيح، أما إن كان هناك صعوبة أو استحالة للجمع بين الروايات أصولا، فيبقى الخيار بالترجيح، عندها يعمل بالرواية المرجحة، وإلا فيغلب على الحديث الضعف، فيكون مضطرب؛اهـ
Karena cara mengkompromikan dengan titik hubung yang saling berkaitan pada riwayat-riwayat akan dapat menghilangkan pertentangan yang ada, dan akan terhidar dari cara “tarjih”, adapun jika ada kesulitan ataupun tidak mungkin untuk dikompromikan secara total, maka dipilihlah cara ‘tarjih’, pada cara ini yang dipakai adalah riwayat yang paling diunggulkan, jika tidak ada riwayat yang kuat, maka dilihat hadist doif yang paling banyak makanya disebut ‘mudhthorib’.
A. MACAM-MACAM HADIST MUDHTHORIB
1. MUDHTHORIB PADA SANAD HADIST ( bisa terjadi pada satu perawi maupun banyak )
2. MUDHTHORIB PADA MATAN HADIST
B. CONTOH HADIST MUDHTHORIB
C.1 - MUDHTHORIB PADA SANAD HADIST
a. CONTOH MUDHTHARIB DHAIF PADA HADIST TENTANG MEMBUAT GARIS ( KHAT ) DI DEPAN ORANG SHALAT DENGAN MAKSUD SEBAGAI PENGAHALANG ( SATR ).
لفظه : إذا لم يجد عصا ينصبها بين يديه ، فليخط خطا
"jika seseorang itu tidak mendapatkan tongkat sebaai pembatas dihadapannya maka hendaknya ia membuar sebuah garis” pada hadist ini banyak riwayat yang dhaif yang saling bertentangan, riwayat-riwayat tersebut antara lain :
1) إسماعيل بن أمية ; فإنه قيل : عنه ، عن أبي عمرو بن محمد بن حريث ، عن جده حريث ، عن أبي هريرة .
2) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن حريث ، عن أبيه ، عن أبي هريرة .
3) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن محمد بن عمرو بن حريث ، عن جده حريث بن سليم ، عن أبي هريرة .
4) وقيل : عنه ، عن أبي محمد بن عمرو بن حريث ، عن جده حريث رجل من بني عذرة ، عن أبي هريرة .
5) وقيل : عنه ، عن أبي محمد بن عمرو بن حزم ، عن أبيه عن جده ، عن أبي هريرة
6) وقيل : عنه ، عن محمد بن عمرو بن حريث ، عن أبي سلمة ، عن أبي هريرة .
7) وقيل : عنه ، عن حريث بن عمار ، عن أبي هريرة .
8) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن محمد ، عن جده حريث بن سليمان ، عن أبي هريرة .
9) وقيل : عنه ، عن أبي عمرو بن حريث ، عن جده حريث ، عن أبي هريرة . وقيل غير ذلك.
PENJELASAN TERJADINYA PERIWAYATAN BERBEDA TERSEBUT :
oleh karena itu, hadist ini banyak dikomentari oleh para ulama, diantaranya An-Nawawi dalam Kitabnya Al-Khulasoh,ibnu Abdul haadi, termasuk pada ulama mutaakhirin yang menyatakan bahwa sanad hadist ini mudhtharib...
Ad-DaruQutni mengatakan : tidak mantap, At-Thohawi : tidak dijadikan dalil hadist seperti ini. As-Syafi'i lebih memilih untuk tawaqquf pada pendapat terbarunya padahal beliau dipendapat lamanya belau menjadikan hadist ini sebgai dalil, itu dikarenakan hadist ini memiliki sanad yang tidak tetap,
ibnu u'yainah beranggapan bahwasannya belum ada pandangan lain, melainkan hanya ini, dan belum ada sesuatu yang membuatnya bisa dijadikan dalil.
akan tetapi telah dishahihkan oleh ibnul madini, ahmad, dan jama'ah sebagian dari mereka : ibnu hibban, Al-Haakim, ibnul Munzir, dan demikian juga ibnu Khuzaimah, lalu kemudian ditarjih, yang merojihkan ( lebih memilih ) pendapat pertama dari berbagai macam perbedaan pendapat ini,
dan juga apa yang diceritakan oleh ibnu abi hatim dari abi zar'ah, : mereka tidaklah menafikan pendapat kedua ; karena dimungkinkan nasab seorang periwayat itu tersambung kepada kakeknya, dan dinamakan 'Abu' dilihat dari bentuk kallimat/katanya, demikian pula hal ini tidak menafikan sanad ketiga,
ke sembilan, kedelapan, kecuali pada sulaiman dengan saliim, seakan-akan keduanya telah melakukan tashoffah, atau terjauh dari kesalahan laqob, sebagaimana juga tidak menafikan yang keempat kecuali dengan membalikkannya..
Bahkan, guru kami berkata : sesungguhnya jalan sanad-sanad ini semua dapat ditarjih oleh satu dengan yang lain, dan yang paling raajih dari sanad-sanad dapat dicocokan dengan sanad-sanad yang lain, maka pada saai itu istilah hadist Mudhtharib pada Hadist ini telah hilang, oleh karena itu As-Syafi’i menjadikan hadist ini dalil dalam kitab mabsut karya Al-Muzani, ...maka dalam masalah ini masih perlu dilihat lagi. .
Al-Baihaqi berkata : tidak apa-apa dengan hadist ini pada contoh hukum ini insyaAllah.
kesimpulan: bahwa pada riwayat hadist ini dapat dilakukan tarjih.
B. CONTOH KEDUA MUDHTHARIB SAHIH PADA SANAD HADIST TENTANG DO’A MASUK TOILET
حديث زبد بن الأرقم رضي الله عنه، عن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم، أنه قال: ( إن هذه الحشوش محتضرة، فإذا أتى أحدكم الخلاء فليقل: اللهم إني أعوذ بك من الخبث والخبائث )
اختلف في إسناده، والذي أسنده ثقة، وخلاصة حكمه: [مضطرب الصحة، يرجح قبوله بالصحاح] ..
(Adapun riwayat-riwayatnya ditampilkan pada footnote)
جرحه وأعله ابن حبان في "المجروحين"، وابن عدي في "الكامل"، وابن القيسراني في "التذكرة"، وأجمعوا على أن أحمد بن العباس الهاشمي، لا يحل الاحتجاج به أو بروايته .
Ditarjih dan ta’lil oleh ibnu hibban dalam kitabnya “Marjuhaini”, dan ibnu A’di dalam kitabnya “Al-kamil’ , dan al-qisarani dalam kitabnya “At-tazkirah” mereka sepakat bahwa ibnul Abbas Al-hasyimi, tidak boleh dijadikan sandaran dalil begitu pula riwayatnya.
ثم عاد ابن حبان ورجحه في "الثقات" بوجه رواية أخرى، قام بذلك أيضا ابن خزيمة في "التوحيد"، والحاكم في "المستدرك"، والسيوطي "الجامع"، والألباني في صحاحه المذكورة في سياق التخريج المرفقة بالحديث أعلاه
Kemudian ibnu hibban kembali mentarjih dalam kitabnya “At-Tsiqoot” dengan derajat riwayat yang lain, hal yang sama dilakukan oleh ibnu khuzaimah dalam kitabnya :At-Tauhid”, dan Hakim dalam kitabnya “Al-Mustadrok” dan “as-Syayuti dalam Kitabnya Al-Jami’” dan Albani dalam kitab Shihahnya dalam bentuk takhrij yang dibarengi dengan hadist yang ada di atasnya.
والوجه الثاني لاضطراب هذا السند: أنه اختلف فيه التسلسل والتفرع الوارد عن قتادة فقد رواه شعبة عن قتادة ورواه معمر عن قتادة، ورواه سعيد بن أبي عروبة عنه أيضا، فكلهم رواه عن قتادة عن النضر عن أبيه عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم، ورواه سعيد بن أبي عروبة عن قتادة عن القاسم بن عوف الشيباني عن زيد بن الأرقم عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم، فهذا الاختلاف بالسند يشعر بعدم الضبط، فاقتضى الحكم بالاضطراب والضعف .
Adapun derajat kedua yang menjadikan hadist ini mudhtarib ( bergoncang) sanadnya : bahwasannya terjadi di dalamnya “tasalsul” dan perbedaan yang ada dari qotadah yang telah diriwayatkan oleh syu’bah dari qotadah dan diriwayatkan oleh muammar dari qotadah, dan diriwayatkan dari sa’iid bin abi u’rubah dari qotadah juga, merka semua meriwayatkan dari qotadah dan an-nadr dari bapaknya dari nabi Shalallahua’laihi wasallam, dan diriwayatkan hadist ini dari Saiid bin abi U’rubah dari Qotadah dari Al-Qoosim bin A’uf As-Syaibani dari Zaid bin Arqom dari nabi Shalallhu A’laihi wasallam , dan inilah perbedaan riwayat itu yang dirasa adanya ketidak mantapan dalam hafalan, maka hukumnya menjadi mudhtarib ( bergoncang ) dan dha’if.
c. contoh hadist Mudhtharib sanad yang diriwayatkan oleh Sahabat tentang hadist hewan buruan
عَنْ عَمْرٍو بن أبي عمرو [صدوق يهم]، عَنْ الْمُطَّلِبِ [صدوق كثير التدليس والإرسال]، عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رضي الله عنه، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وآله وَسَلَّمَ، يَقُولُ: ( صَيْدُ الْبَرِّ لَكُمْ حَلَالٌ مَا لَمْ تَصِيدُوهُ أَوْ يُصَدْ لَكُمْ )
وخلاصة حكمه: [مضطرب السند]..
ورغم أن الإمام الشافعي رجح العمل به كفقيه من ناحية الصحة المتن، حيث قال رحمه الله تعالى في "شرح العمدة" [ج2/ص: 162]: (أحسن حديث في هذا الباب وأقيس)؛اهـ
meskipun Imam As-Syafi’i lebih menguatkan pengamalan terhadap hadist ini sebagaimana beliau adalah ahli fiqh jika ditinjau dari aspek keshahihan matan hadist, dimana beliau rahimahullah ta’ala mengatakan dalam kitab syarh umdah : ( sebaik-baik hadist adalah di bab ini dan lebih terukur )
إلا أنه عند المحدثين مضطرب السند، لأن عمرو بن أبي عمرو المدني، رواه فاضطرب فيه، فرواه مرة عن المطلب عن جابر، وأخرى عن المطلب عن أبي موسى الأشعري مرفوعا، وفق تخريج الطحاوي في "المعاني" [ج2/ص: 171]، ومرة رواه عن رجل من بني سلمة عن جابر مرفوعا، وفق تخريج الإمام الشافعي في "الأم" [ج5/ص: 398/ر:6759] ..
وقد أعله باضطراب السند من الحفاظ المحققين كل من الغماري في "الهداية" [ج5/ص: 323]، وابن التركماني في "الجواهر" [ج5/ص: 191] ..
C.2 - CONTOH HADIST MUDHTHORIB PADA MATAN
A. CONTOH HADIST MUDHTHARIB PADA MATAN HADIST PEMBACAAN AL-BASMALAH
حديث البسملة الذي أخرجه مسلم في صحيحه من رواية الوليد بن مسلم قال : حدثنا الأوزاعي عن قتادة أنه كتب إليه يخبره عن أنس بن مالك أنه حدثه قال : صليت خلف النبي صلى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان فكانوا يستفتحون بالحمد لله رب العالمين لا يذكرون بسم الله الرحمن الرحيم في أول قراءة ولا آخرها .
وقد علق على هذا الحديث الدكتور صبحي الصالح في مؤلفه ( علوم الحديث ) بما يلي : " فهذه الرواية الأخيرة التي ينص فيها الراوي على نفي قراءة البسملة هي المتن المضطرب في هذا الحديث ؛ لأن مسلما والبخاري اتفقا على إخراج رواية أخرى في الموضوع نفسه ، لا يتعرض فيها لذكر البسملة بنفي أو إثبات ، وإنما يكتفي الراوي بقوله : " فكانوا يستفتحون القراءة بالحمد لله رب العالمين " . يقصد أن الفاتحة هي السورة التي كانوا يستفتحون بها ، ولو وقف الأمر عند هذا الحد لأمكن ترجيح الحديث المتفق عليه ، فلم نصف الحديث الأول بالاضطراب ، ولكن رواية ثالثة عن أنس تفيد أنه سئل عن الافتتاح بالتسمية فأجاب : أنه لا يحفظ في ذلك شيئا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم ، وتردد مثله في هذه المسألة يحسب له حسابه ، فأصبح عسيرا أو متعذرا ترجيح ما يتعلق بالبسملة إثباتا أو نفيا ، وتعذر الترجيح كان السبب المباشر في وصفنا لمتن الحديث الأول بالاضطراب " .
أما حكم الحديث المضطرب بصورة عامة فهو الرد إلى أن يظهر مرجح يرجح إحدى الروايتين على الأخرى .
B. CONTOH MUDHTHARIB PADA MATAN HADIST FATIMAH BINTI QOIS
ما ورد في حديث فاطمة بنت قيس رضي الله عنها أنها قالت: سئل النبي صلى الله عليه وآله وسلم عن الزكاة، فقال: ( إن في المال لحقا سوى الزكاة ..) ..
والرواية الأخرى : (إن في المال حق سوى الزكاة ..)
فهذا الاختلاف الظاهر في المتن أورد ضعفا في الحديث واضطرابا لا يحتمل التأويل ..
C. CONTOH MUDHTHARIB PADA MATAN HADIST TENTANG HAJI
حَدَّثَنَا ا بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، عن ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ أَشْعَثَ، عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ، عَنْ جَابِرٍ بن عبد الله رضي الله عنه، قَالَ : ( حَجَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَعَنَا النِّسَاءُ وَالصِّبْيَانُ، فَلَبَّيْنَا عَنِ الصِّبْيَانِ وَرَمَيْنَا عَنْهُمْ )
[مضطرب المتن وضعيف[
C. HUKUM MENGGUNAKAN HADIST MUDHTHORIB
ضعيف لا يحتج به، لأن اضطرابه يدل على عدم ضبط رواته، إلا إذا كان الاضطراب لا يرجع إلى أصل الحديث، فإنه لا يضر.
Hadist Mudhtharib merupakan Hadist yang Dhaif, tidak bisa dijadikan hujjah ( dalil ) , dikarenakan hadist ini menunjukkan bahwa para perowinya tidak dhobit ( ingatan lemah ) kecuali jika idhthhirobnya tidak kembali kepada asal Hadist tersebut, maka itu tidaklah membahayakan.
مثاله: اختلاف الروايات في حديث فضالة بن عبيد رضي الله عنه- أنه اشترى قلادة يوم خيبر باثني عشر دينارًا فيها ذهب وخرز، قال: ففصلتها فوجدت فيها أكثر من اثني عشر دينارًا، فذكرت ذلك للنبي -صلّى الله عليه وسلّم- فقال: (لا تباع حتى تفصل). ففي بعض الروايات أن فضالة اشتراها، وفي بعضها أن غيره سأله عن شرائها، وفي بعض الروايات أنه ذهب وخرز، وفي بعضها ذهب وجوهر، وفي بعضها خرز معلقة بذهب، وفي بعضها باثني عشر دينارًا، وفي بعضها بتسعة دنانير، وفي بعضها سبعة.
قال الحافظ ابن حجر: وهذا لا يوجب ضعفًا (يعني الحديث) بل المقصود من الاستدلال محفوظ لا اختلاف فيه؛ وهو النهي عن بيع ما لم يفصل، وأما جنسها أو مقدار ثمنها فلا يتعلق به في هذه الحال ما يوجب الاضطراب. اهـ.
وكذلك لا يوجب الاضطراب: ما يقع من الاختلاف في اسم الراوي أو كنيته، أو نحو ذلك، مع الاتفاق على عينه، كما يوجد كثيرًا في الأحاديث الصحيحة.
Buku-Buku Referensi untuk Tema ini :
1. Muqoddimah Ibnu Shalah fi Ulumul Hadist
2. At-Taqriib Wa At-Taisiir karya An-Nawawi
3. Rusumul hadist Fi Ulumul hadist Karya BUrhanuddin Al-Ja’biri ( Wafat 732 H )
4. Fathul Mughis Sarh Alfiyatul Hadist Karya Syamsuddin As-Syakhowi ( Wafat 902 )
5. Alfiyatus Sayuti fi I’lmil Hadist karya As-Suyuti
6. An-Natk Ala Kitab Ibn Shalah
7. Al-Ghoyah Fi Syarhil Hidayah Fi I’lmir Riwayah Karya Syamsuddin As-Syakhowi ( Wafat 902 )
8. dll
B) PENUTUP
- KESIMPULAN
Ibnu As-Sholah mengatakan yang dimaksud hadist Al-Muddhorib minal Hadsit adalah hadist yang terdapat perbedaan periwayatan maka, sebagian mereka berada pada salah satu sisi riwayat, akan tetapi sebagian lainnya meriwayatkan berbeda dengan yang awal.
Hadist Mudhtharib dapat terjadi pada Matan Hadist maupun Sanad hadist.
DAFTAR PUSTAKA
1) ألفية السيوطي في علم الحديث , عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي (المتوفى: 911هـ) صححه وشرحه: الأستاذ أحمد محمد شاكر، المكتبة العلمية
2) توجيه النظر إلى أصول الأثر، طاهر بن صالح (أو محمد صالح) ابن أحمد بن موهب، السمعوني الجزائري، ثم الدمشقيّ (المتوفى: 1338هـ), المحقق: عبد الفتاح أبو غدة، مكتبة المطبوعات الإسلامية – حلب
3) فتح المغيث بشرح الفية الحديث للعراقي، أبو عبد الله محمد بن عبد الرحمن السخاوي ، ط : مكتبة السنة، سنة النشر: 1424هـ / 2003م
4) التقييد والإيضاح شرح مقدمة ابن الصلاح، أبو الفضل زين الدين عبد الرحيم بن الحسين بن عبد الرحمن بن أبي بكر بن إبراهيم العراقي (المتوفى: 806هـ، المحقق: عبد الرحمن محمد عثمان، الناشر: محمد عبد المحسن الكتبي صاحب المكتبة السلفية بالمدينة المنورة الطبعة: الأولى، 1389هـ/1969م
5) تهذيب الكمال في أسماء الرجال، المؤلف: يوسف بن عبد الرحمن بن يوسف، أبو الحجاج، جمال الدين ابن الزكي أبي محمد القضاعي الكلبي المزي (المتوفى: 742هـ)
6) طرح التثريب في شرح التقريب (المقصود بالتقريب: تقريب الأسانيد وترتيب المسانيد)، المؤلف: أبو الفضل زين الدين عبد الرحيم بن الحسين بن عبد الرحمن بن أبي بكر بن إبراهيم العراقي (المتوفى: 806هـ)، أكمله ابنه: أحمد بن عبد الرحيم بن الحسين الكردي الرازياني ثم المصري، أبو زرعة ولي الدين، ابن العراقي (المتوفى: 826هـ [ج2/ص: 130]
7) التذكرة والتبصر" [ج1/ص: 240]
8) ابن النجار في "المختبر المبتكر" [ج4/ص: 282] ..
9) القرطبي في "المفهم" ج3/ص: 280]
10) الحافظ ابن حجر العسقلاني في "الفتح" [ج3/ص: 100]
11) التلخيص الحبير في تخريج أحاديث الرافعي الكبير، المؤلف: أبو الفضل أحمد بن علي بن محمد بن أحمد بن حجر العسقلاني (المتوفى: 852هـ [ج3/ص: 207] ..
12) سنن أبي داود، المؤلف: أبو داود سليمان بن الأشعث بن إسحاق بن بشير بن شداد بن عمرو الأزدي السَِّجِسْتاني (المتوفى: 275هـ)، المحقق: محمد محيي الدين عبد الحميد، الناشر: المكتبة العصرية، صيدا - بيروت [ج1/ص: 49/ر:6]
13) صحيح أبي داود – الأم، المؤلف: أبو عبد الرحمن محمد ناصر الدين، بن الحاج نوح بن نجاتي بن آدم، الأشقودري الألباني (المتوفى: 1420هـ [ر:6]
14) سنن ابن ماجه، المؤلف: ابن ماجة أبو عبد الله محمد بن يزيد القزويني، وماجة اسم أبيه يزيد (المتوفى: 273هـ [ج1/ص: 154/ر:296]
15) مسند الإمام أحمد بن حنبل، المؤلف: أبو عبد الله أحمد بن محمد بن حنبل بن هلال بن أسد الشيباني (المتوفى: 241هـ [ج5/ص: 496/ر:18800]
16) صحيح ابن حبان بترتيب ابن بلبان، المؤلف: محمد بن حبان بن أحمد بن حبان بن معاذ بن مَعْبدَ، التميمي، أبو حاتم، الدارمي، البُستي (المتوفى: 354هـ [ج4/ص: 255/ر:1408]
17) صحيح ابن خزيمة، المؤلف: أبو بكر محمد بن إسحاق بن خزيمة بن المغيرة بن صالح بن بكر السلمي النيسابوري (المتوفى: 311هـ [ج1/ص: 38/ر:69]
18) المستدرك على الصحيحين، المؤلف: أبو عبد الله الحاكم محمد بن عبد الله بن محمد بن حمدويه بن نُعيم بن الحكم الضبي الطهماني النيسابوري المعروف بابن البيع (المتوفى: 405هـ [ج1/ص: 297/ر:668]
19) الجامع الصغير وشرحه النافع الكبير لمن يطالع الجامع الصغير، مؤلف الجامع الصغير: أبو عبد الله محمد بن الحسن الشيباني (المتوفى: 189هـ [ر:9581]،
20) صحيح الجامع الصغير وزياداته، المؤلف: أبو عبد الرحمن محمد ناصر الدين، بن الحاج نوح بن نجاتي بن آدم، الأشقودري الألباني (المتوفى: 1420هـ)، الناشر: المكتب الإسلامي [ر:2263]،
21) البزار في "البحر الزخار" [ج10/ص: 223]: [فيه اختلاف]
22) بيان الوهم والإيهام في كتاب الأحكام، المؤلف : علي بن محمد بن عبد الملك الكتامي الحميري الفاسي، أبو الحسن ابن القطان (المتوفى : 628هـ)" [ج5/ص: 432]
23) الأم، المؤلف: الشافعي أبو عبد الله محمد بن إدريس بن العباس بن عثمان بن شافع بن عبد المطلب بن عبد مناف المطلبي القرشي المكي (المتوفى: 204ه [ج5/ص: 398/ر:6759] ..
24) العدة شرح العمدة، المؤلف: عبد الرحمن بن إبراهيم بن أحمد، أبو محمد بهاء الدين المقدسي (المتوفى: 624هـ) الناشر: دار الحديث، القاهرة [ج2/ص: 162]
25) الغماري في "الهداية" [ج5/ص: 323]،
26) ابن التركماني في "الجواهر" [ج5/ص: 191] ..
Kamus Munawwir Arab-Indonesia
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=82&ID=72
Tidak ada komentar:
Posting Komentar