Sabtu, 14 Oktober 2017

Halaqah atau Liqa’ (Al-Qur’an), bolehkah? Oleh Derysmono, Lc, S.Pdi, MA

Halaqah atau Liqa’ (Al-Qur’an), bolehkah?
Oleh Derysmono, Lc, S.Pdi, MA

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah wassholatu a’la Muhammad Shalallahu A’laihi Wasallam wa A’la Alihi wa shaobihi Ajma’in.

Sekilas akan penulis jelaskan arti halaqah, yang keterangannya diambil dari beberapa sumber;
Secara bahasa halaqah artinya lingkaran, dalam hal ini berarti lingkaran orang-orang yang duduk bersama dalam suatu majelis pengajian untuk bersama-sama mengkaji dan mempelajari Islam. Dalam bahasa yang lebih populer bisa juga disebut sebagai pengajian atau majelis taklim.
Halaqah adalah proses belajar mengajar yang dilaksanakan murid-murid dengan melingkari guru yang bersangkutan. Biasanya duduk dilantai serta berlangsung secara kontinu untuk mendengarkan seorang guru membacakan dan menerangkan kitab karangannya atau memberi komentar atas karya orang lain. (Hanun Asrohah)

Metode halaqah atau wetonan adalah metode yang di dalamnya terdapat seorang kyai yang membaca kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan kiyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif. (Hasbullah)

Halaqah adalah sebuah istilah yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah halaqah (lingkaran) biasanya digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil Muslim yang secara rutin mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta mereka dalam kelompok kecil tersebut berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan manhaj (kurikulum) tertentu. Biasanya kurikulum tersebut berasal dari murabbi/naqib yang mendapatkannya dari jamaah (organisasi) yang menaungi halaqah tersebut. Di beberapa kalangan, halaqah disebut juga mentoring, ta’lim, pengajian kelompok, tarbiyah atau sebutan lainnya. (Satria hadi Lubis)

Bagaimana Hukumnya?
Pertama : boleh hukumnya
Hukum halaqah ilmu adalah boleh, berdasarkan pendapat An-Nawawi rahimahullah, menurut beliau ini adalah pendapat Jumhur. Sebagian ulama lain mentakwilkan pendapat beliau (An-Nawawi rahimahullah) termasuk juga berkumpul di sekolah-sekolah, perkumpulan-perkumpulan. Termasuk juga Daar Ifta’ Mishriyyah (Majelis Fatwa Mesir) yang membolehkan.
Berikut penulis lampirkan ulasan penjelasan mereka;
قال النووي: في هذا دليل  (وما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه...الخ) لفضل الاجتماع على تلاوة القرآن في المسجد وهو مذهبنا ومذهب الجمهور… وتأوله بعض أصحابه ويلتحق بالمسجد في تحصيل هذه الفضيلة الاجتماع في مدرسة ورباط ونحوهما إن شاء ….(مرعاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح)
An-Nawawi Berkata: ini adalah dalil (“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan satu dan lainnya…) Menunjukkan keutamaan berkumpul untuk membaca al-qur’an  di masjid, itu adalah pendapat kami dan mazhab jumhur. … dan sebagian dari ulama lain mentakwilkan pendapat beliau dan termasuk membuat halaqah di masjid untuk mendapatkan dahilah ini, berkumpul di sekolah/madrasah, dan perkumpulan, dan semisal keduanya, insya Allah, (muro’at al-mafatih syarh misykat al-mashabih)