Halaqah atau
Liqa’ (Al-Qur’an), bolehkah?
Oleh Derysmono, Lc, S.Pdi, MA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah wassholatu a’la Muhammad Shalallahu A’laihi
Wasallam wa A’la Alihi wa shaobihi Ajma’in.
Sekilas
akan penulis jelaskan arti halaqah, yang keterangannya diambil dari beberapa sumber;
Secara bahasa halaqah artinya
lingkaran, dalam hal ini berarti lingkaran orang-orang yang duduk bersama dalam
suatu majelis pengajian untuk bersama-sama mengkaji dan mempelajari Islam.
Dalam bahasa yang lebih populer bisa juga disebut sebagai pengajian atau
majelis taklim.
Halaqah adalah proses belajar
mengajar yang dilaksanakan murid-murid dengan melingkari guru yang
bersangkutan. Biasanya duduk dilantai serta berlangsung secara kontinu untuk
mendengarkan seorang guru membacakan dan menerangkan kitab karangannya atau
memberi komentar atas karya orang lain. (Hanun Asrohah)
Metode halaqah atau wetonan
adalah metode yang di dalamnya terdapat seorang kyai yang membaca kitab dalam
waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama, lalu santri
mendengarkan dan menyimak bacaan kiyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai
proses belajar mengaji secara kolektif. (Hasbullah)
Halaqah adalah sebuah istilah
yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan atau
pengajaran Islam (tarbiyah Islamiyah). Istilah halaqah (lingkaran) biasanya
digunakan untuk menggambarkan sekelompok kecil Muslim yang secara rutin
mengkaji ajaran Islam. Jumlah peserta mereka dalam kelompok kecil tersebut
berkisar antara 3-12 orang. Mereka mengkaji Islam dengan manhaj (kurikulum)
tertentu. Biasanya kurikulum tersebut berasal dari murabbi/naqib yang
mendapatkannya dari jamaah (organisasi) yang menaungi halaqah tersebut. Di
beberapa kalangan, halaqah disebut juga mentoring, ta’lim, pengajian kelompok,
tarbiyah atau sebutan lainnya.
(Satria hadi Lubis)
Bagaimana Hukumnya?
Pertama : boleh hukumnya
Hukum halaqah ilmu adalah boleh, berdasarkan
pendapat An-Nawawi rahimahullah, menurut beliau ini adalah pendapat Jumhur.
Sebagian ulama lain mentakwilkan pendapat beliau (An-Nawawi rahimahullah)
termasuk juga berkumpul di sekolah-sekolah, perkumpulan-perkumpulan. Termasuk juga
Daar Ifta’ Mishriyyah (Majelis Fatwa Mesir) yang membolehkan.
Berikut penulis
lampirkan ulasan penjelasan mereka;
قال النووي: في هذا دليل (وما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه...الخ) لفضل الاجتماع على تلاوة القرآن في المسجد وهو مذهبنا ومذهب الجمهور…
وتأوله بعض أصحابه ويلتحق بالمسجد في تحصيل هذه الفضيلة الاجتماع في مدرسة ورباط
ونحوهما إن
شاء ….(مرعاة المفاتيح شرح مشكاة المصابيح)
An-Nawawi Berkata: ini adalah dalil (“Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah Allah membaca Kitabullah dan saling mengajarkan
satu dan lainnya…) Menunjukkan keutamaan berkumpul untuk membaca al-qur’an di masjid, itu adalah pendapat kami dan
mazhab jumhur. … dan sebagian dari ulama lain mentakwilkan pendapat
beliau dan termasuk membuat halaqah di masjid untuk mendapatkan dahilah ini,
berkumpul di sekolah/madrasah, dan perkumpulan, dan semisal keduanya, insya
Allah, (muro’at al-mafatih syarh misykat al-mashabih)