Sabtu, 02 Februari 2013

AYAT-AYAT DALAM AL-QUR’AN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah Ulumul Quran
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA

ditulis Oleh ;
Derysmono

PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PTIQ
KONSENTRASI ILMU TAFSIR
2012

Pendahuluan
masukkan Segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat yang tiada tara, sholawat dalam salam selalu tercurahkan kepada Rosulullah SAW. Tentunya sangat berbahagia sekali bisa mengkaji Al-Quran serta mendalami maknanya “khoirukum man ta’allamal quran wa allamahu “ sebaik baik kalian adalah yang belajar Al-Quran dan yang mengajarkannya.
Dalam kajian ini dibahas tentang apa itu ayat, apa saja definisinya, dan juga berapakan sesungguhnya jumlah seluruh ayat dalam Al-Quran dan juga mengapa ada perbedaan pendapat ulama terhadap ayat yang turun pertama kali dan yang terakhir, nah disini pemakalah mencoba untuk mengkaji itu sesuai dengan kemampuan pemakalah. Dan tidak lupa juga dan kritikan serta saran dalam makalah ini yang sungguh masih banyak kekurangan sekali.

Pembahasan
I.    Definisi Ayat
Ayat secara Bahasa : berasal dari kata “al a’lamah” atau disebut juga dengan tanda, Ayat bentuk jamak nya ayaat,  sebagai mana dalam Alquran :     
  "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi Raja, ialah kembalinya tabut  kepadamu,
Sementara menurut istilah ulumul Al-Qur’an : ialah ayat yang berada dalam Alquran yang terdiri dari beberapa kalimat, dan sebagian ada juga yang beberapa kata atau huruf. Ada permulaan dan ada juga akhirnya. Dan tersusun rapi di dalam Surat.  ( Dr. Nuruddin A’tr )

.pertama ; ayat berarti a’lamat ( tanda-tanda ) seperti yang dikatakan dalam surat Ar-rum ( dan diantara ayat nya ( tanda nya ) adalan dia menciptakan kalian dari tanah ).
kedua ; Ayat juga maknanya AlQur’an, sepertiyang disebutkan dalam surat ali imron ( dialah yang menurunkan kepadamu sebuah kitab yang diantara nya adalah ayat-ayat ( qur’an ) muhkamat.
Ketiga ; ayat juga berarti mukjizat ,sebagaimana yang disebutkan dalam surat AlQosos ( maka ketika musa datang kepada kami dengan ayat kami ( mukjizat ).
Keempat; ayat artinya hikmah, pelajaran, I’broh bagi manusia. Sebagaimana dalam surat maryam ( dan kami jadikan ia sebagai ayat ( ibroh, pelajaran ) bagi manusia )
Kelima : ayat bermakna al kitab . sebagaimana disebutkan dalam surat Aljassiyah ( dia mendengar ayat ( alkitab ) yang dibacakan kepadanya )
Keenam : ayat bermakna “perintah” dan “larangan”.sebagaimana yang disebutkan dalam surat albaqoroh. ( demikianlah Allah jelaskan ayatnya ( perintah dan larangannya ) )
Dinamakan Ayat karena banyak sekali sebabnya yang paling diunggulkan adalah : dia adalah tanda-tanda mukjizat bagi orang yang diwahyukan kepadanya Al-Qur’an, sehingga membuat orang-orang tidak mampu menandingi Ayat Quran tersebut.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Online ; defenisi Ayat adalah [n] (1) alamat atau tanda; (2) beberapa kalimat yg merupakan kesatuan maksud sbg bagian surah dl kitab suci Alquran; (3) beberapa kalimat yg merupakan kesatuan maksud sbg bagian pasal dl undang-undang
[n] kenyataan yg benar; bukti 
II.    Jumlah Ayat AlQur’an dan sebab perbedaan perhitungan jumlah ayat dalam Al-Qur’an
جاء في الإتقان في علوم القرآن للسيوطي ما نصه : ( قال الداني : اجمعوا على أن عدد آيات القرآن ستة آلاف آية, ثم اختلفوا فيما زاد على ذلك , فمنهم من لم يزد , ومنهم من قال ومائتا آية وأربع آيات , وقيل وأربع عشرة , وقيل وتسع عشرة , وقيل وخمس وعشرون , وقيل وست وثلاثون ... قال أبو عبدالله الموصلي : اختلف في عدد الآي أهل المدينة ومكة والشام والبصرة والكوفة ..
                                                         ( الإتقان 1 / 147) .


Dikatakan dalam kitab Al-Itqon karangan As-Sayuthy bahwa ( Abu Amru Ad-Dani mengatakan : para ulama sepakat bahwa jumlah ayat Alqyr’an 6000 ayat namun mereka berselisih pendapat tentang jumlah ayat-ayat yg lebih dari 6000 itu, dari mereka ada yang mengatakan cukup 6000, ada juga yang berpendapat ; jumlah ayat yang lebih 204 ( 6204 ), pendapat lain : 14 ayat, pendapat lain ; 19 ayat, pendapat lain : 25 ayat , pendapat lain : 36 ayat …. Abu Abdullah al maushuly berkata ; mereka yang berselisih pendapat adalah Ulama Madinah, Makkah, Syam, Basrah, Kufah. 

a.    DAFTAR SURAT DAN  JUMLAH AYAT AL-QUR'AN,
MUSHAF UTSMANI

NAMA SURAT    No.
su-
rat    Ayat    NAMA SURAT    No.
su-
rat    Ayat
Al Fatihah (Pembukaan)    1    7    AI-Mujadilah (Wanita yg Mengajukan Gugatan).    58    22
Al-Baqarah (Sapi Betina).    2    286    AI-Hasyr (Pengusiran).    59    29
Al-Imran (Keluarga Imran).    3    200    AI-Mumtahanah (Perempuan yg Diuji).    60    13
An-Nisa' (Wanita).    4    176    Ash-Shaff (Barisan).    6l    14
Al Maidah (Hidangan).    5    120    Al Juma'ah (Hari Jum'at}    62    11
Al-An'am (Binatarg Temak).    6    165    AI-Munafiqun (Orang-orang Munafik).    63    11
AI-A’raf (Tempat Tertinggi).    7    206    At-Taghuibun (Hari Ditampakkan Kesalanan-2).    64    18
Al-Anfal (Rampasan Perang).    8    75    Al-Thalaq (Talak).    65    12
At Taubah (Pangampunan).    9    129    AI-Tahrim (Mengharamkan).    66    12
Yunus (Yunus)    10    109    AI-Mulk (Kerajaan).    67    30
Hud (Hud)    11    123    AI-Qalam (Pena).    68    52
Yusuf (Yusuf)    12    111    Al Haqqah (Hari Kiamat)    69    52
Ar-Ra'd (guruh)    13    43    AI-Ma'arij (Tampat-tampat Naik).    70    44
Ibhrahim    74    52    Nuh (Nuh).    71    28
Al-Hijr     15    99    Al-Jin (Jin).    72    28
An-Nahl (Lebah).    16    128    AI-Muzzanmmil (Orang yang Berselimut).    73    20
Al-Isra' (Memperjalankan di Malam Hari)    17    111    Al-Muddatstsir (Orang yang Berkemul).    74    56
AI-Kahfi (Gua).    18    110    AI-Qiyamah (Hari Kiamat).    75    40
Maryam    19    98    AI-Insan (Manusia).    76    31
Thaha    20    135    AI-Mursalat (Malaikat yang Diutus).    77    50
Al-Anbiya' (Nabi-nabi)    21    112    An-Naba' (Berita Besar).    78    40
AI-Hajj (Haji).    22    78    An-Nazi'at (Malaikat-malaikat yang Mencabut).    79    46
AI-Mu'minun (Orang-orang yg Beriman)    23    118    'Abasa (la Bermuka Masam).    80    42
An-Nur (Cahaya).    24    64    At-Takwir (Menggulung).    81    29
Al-Furqan (Pembeda).    25    77    AI-lnfithar (Terbelah).    82    19
Asy-Syu'ara' (Para Penyair).    26    227    AI-Muthaffifin (Orang-orang yang Curang).    83    36
An-Naml (Semut).    27    93    Al-Insyiqaq (Terbelah).    84    25
AI-Qashash (Cerita-cerita).    28    88    AI-Buruj (Gugusan Bintang).    85    22
AI-'Ankabut (Laba-laba).    29    69    Ath-Thariq (Yang Datang di Malam Hari).    86    17
Ar-Rum (Bangsa Romawi)    30    60    AI-A'Ia (Yang Paling Tinggi)    87    19
Luqman    31    34    A!-Ghasyiyah (Hari Pembalasan)    88    26
As-Sajdah (Sujud).    32    30    AI-Fajr (Fajar)    89    30
Al-Ahzab (Golongan yang Bersekutu).    33    73    AI-Balad (Negeri)    90    20
Saba' (Kaum Saba).    34    54    Asy-Syams (Matahari)    91    15
Fathir (Pencipta).    35    45    Al-Lail (Malam)    92    21
Ya Sin    36    83    Adh-Dhuha (Waktu Matahari Sepenggalah Naik).    93    11
Ash-Shaffat (Yang Bersaf-saf).    37    182    Alam Nasyrah (Melapangkan)    94    8
Shad    38    88    At-Tin (Buah Tin)    95    8
Az-Zumar (Rombongan-rombongan).    39    75    Al-'Alaq (Segumpal Darah)    96    19
AI-Mu'min (Orang yang Beriman).    40    85    Al-Qadr (Kemuliaan)    97    5
Fushshilat (Yang Dijelaskan).    41    54    Al-Bayyinah (Bukti)    98    8
Asy-Syura (Musyawarah).    42    53    Az-Zalzalah (Kegoncangan)    99    8
Az Zukhruf (Perhiasan).    43    89    Al- 'Adiyat (Kuda Perang yang Berlari Kencang)    100    11
Ad-Dukhan (Kabut).    44    59    AI-Qari'ah (Hari Kiamat)    101    11
A!-Jatsiyah (Yang Berlutut).    45    37    At-Takatsur (Bermegah - megahan)    102    8
Al Ahqaaf (Bukit-bukit pasir)    46    35    Al 'Ashr (Masa)    103    3
Muhammad     47    38    Al Humazah (Pengumpat)    104    9
AI-Fath (Kemenangan).    48    29    Al-Fil (Gajah)    105    5
AI-Hujurat (Kamar-kamar).    49    18    Quraisy (Suku Quraisy)    106    4
Qaf (Qaf).    50    45    AI-Ma'un (Barang-barang yang Berguna)    107    7
Adz-Dzariyat (Angin yg Menerbangkan)    51    60    AI-Kautsar (Nikmat yang Banyak)    108    3
Ath-Thur (Bukit).    52    49    AI-Kafirun (Orang-orang Kafir)    109    6
An-Najm (Bintang).    53    62    An-Nashr (Pertolongan)    110    3
AI-Qamar (Bulan).    54    55    Al-Lahab (Gejolak Api)    111    5
Ar-Rahmin (Yang Maha Pemurah)    55    78    AI-Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)    112    4
AI-Waqi'ah (Hari Kiamat)    56    96    AI-Falaq (Waktu Subuh)    113    5
AI-Hadid (Besi).    57    29    An-Nas (Manusia)    114    6
Jumlah    1.653    5.104         4.902    1.132

Total jumlah ayat: 5.104 + 1.132 = 6. 236
Total jumlah nomor surat: 1.653 + 4.902 = 6.555

Surat 1- 57    Surat 58 - 114

Terlihat dari Tabel 1.1 bahwa jumlah ayat al-Qur'an adalah 6.236. Total jumlah nomor surat dari 1 sampai dengan 114:1 + 2 + 3 + .... + 114 = 6.555. Dengan demikian jumlah 6.236 ayat dan angka 6.555 jumlah nomor surat menjadi dasar enkripsi al¬Qur'an selanjutnya
Alquran dulu mempunyai 6666 ayat dan 30 Jus. Tapi sekarang menjadi 6236 ayat sesuai dgn pandangan Hafsah ulama Kufah.




b.    PERBEDAAN PENDAPAT PARA ULAMA TENTANG JUMLAH AYAT ALQUR’AN DAN SEBAB NYA

Di Mekkah sesuai dengan pandangan IBNU KATSIR menafsir ada 6220 ayat Di Syria ada 6226 ayat.Di maroko ada 512 ayat.Ashim ulama Basrah menafsir ada 205 ayat
Para ulama sepakat mengatakan bahwa jumlah ayat Alqur'an lebih dari 6.200 ayat. Namun berapa ayat lebihnya, mereka masih berselisih pendapat.

Menurut Nafi” yang merupakan ulama Madinah, jumlah tepatnya adalah 6.217 ayat. Sedangkan Syaibah yang juga ulama Madinah, jumlah tepatnya 6214 ayat. Lain lagi dengan pendapat Abu Ja'far, meski juga merupakan ulama Madinah, beliau mengatakan bahwa jumlah tepatnya 6.210 ayat.

Menurut Ibnu Katsir, ulama Makkah mengatakan jumlahnya 6.220 ayat. Lalu ”Ashim yang merupakan ulamaBashrah mengatakan bahwa jumlahnya jumlah ayat al-Quran ialah., 205 ayat.

Hamzah yang merupakan ulama Kufah sebagaimana yang diriwayatkan mengatakan bahwa jumlahnya 6.236 ayat.

Dan pendapat ulama Syria sebagaimana yang diriwayatkan oleh Yahya Ibn al-Harits mengatakan bahwajumlahnya 6.226 ayat.


MENGAPA BERBEDA?

Sebenarnya tidak ada yang beda di dalam ayat Alqur'an. Semua pendapat di atas berangkat dari ayat-ayat Alqur'an yang sama.

Yang Berbeda Adalah Ketika Menghitung Jumlahnya Dan Menetapkan Apakah Suatu Potongan Kalimat Itu Menjadi Satu Ayat Atau Dua Ayat.

Ada orang yang menghitung dua ayat menjadi satu. Dan sebaliknya juga ada yang menghitung satu ayat jadi dua.
Padahal kalau dibaca semua lafadz Quran itu, semuanya sama dan itu itu juga. Tidak ada yang berbeda.

lalu mengapa menjadi beda dalam menentukan apakah satu lafadz itu satu ayat atau dua ayat?
وأوضح الزركشي في البرهان سبب هذا الاختلاف في عد الآي فقال: وَاعْلَمْ أَنَّ سَبَبَ اخْتِلَافِ الْعُلَمَاءِ فِي عَدِّ الْآيِ وَالْكَلِمِ وَالْحُرُوفِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وَسَلَّمَ كَانَ يَقِفُ عَلَى رُءُوسِ الْآيِ لِلتَّوْقِيفِ، فَإِذَا عُلِمَ مَحَلُّهَا وَصَلَ لِلتَّمَامِ فَيَحْسَبُ السَّامِعُ أَنَّهَا لَيْسَتْ فَاصِلَةً، وَأَيْضًا الْبَسْمَلَةُ نَزَلَتْ مَعَ السُّورَةِ فِي بَعْضِ الْأَحْرُفِ السَّبْعَةِ فَمَنْ قَرَأَ بِحَرْفٍ نَزَلَتْ فِيهِ عَدَّهَا، وَمَنْ قَرَأَ بِغَيْرِ ذَلِكَ لَمْ يَعُدَّهَا. انتهى.
Dikatakan oelh Imam Az-zarkasyi dalam Kirab nya Al Burhan
Ketahuilah bahwa sebab perbedaan jumlah ayat Qur’an adalah karena dahulu Rasulullah SAW terkadang diriwayatkan berhenti membaca dan menarik nafas. Pada saat itu timbul asumsi pada sebagian orang bahwa ketika Nabi menarik nafas, di situlah ayat itu berhenti dan habis. Sementara yang lain berpandangan bahwa nabi SAW hanya sekedar berhenti menarik nafas dan tidak ada kaitannya dengan berhentinya suatu ayat.. dan juga albasamalah yang turun bersamaan dengan satu surat di sebagian Qiro’ah Sab’ah maka barang siapa membaca nya dengan salah satu qiro’ah tadi maka ia termasuk satu ayat, namun ada juga yang mengatakan tidak.

Pun demikian , nabi SAW saat itu juga tidak menjelaskan kenapa beliau menarik nafas dan berhenti. Dan tidak dijelaskan juga apakah berhentinya itu menunjukkan penggalan ayat, atau hanya semata-mata menarik nafas karena ayatnya panjang.

Selain itu ada ulama yang menghitung kalimat "bismillahirrohmnirrohim" di awal surat sebagai ayat, dan ada pula yang tidak tapi hanya menghitung "bismillahirrohmanirrohim" pada surat Al-Fatihah saja sebagai bagian ayat Alqur'an, ini juga bisa mempengaruhi perhitungan.

Perbedaan dalam menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak menodai Alqur'an. Kasusnya sama dengan perbedaan jumlah halaman mushaf dari berbagai versi percetakan. Ada mushaf yang tipis dan sedikit mengandung halaman, tapi juga ada mushaf yang tebal dan mengandung banyak halaman.

Yang membedakanya adalah ukuran font, jenis dan tata letak (lay out) halaman mushaf. Tidak ada ketetapan dari Nabi SAW bahwa Alqur'an itu harus dicetak dengan jumlah halaman tertentu.

Sebab lainnya adalah Beberapa ilmuan dan ulama memberikan penomoran terhadap suatu kalimat panjang dalam ayat AlQuran menjadi dua atau tiga ayat, sedangkan yang lainnya menentapkan sebuah kalimat yang panjang tersebut sebagai suatu kesatuan ayat.

Salahsatu contoh sederhana, Imam Syafii meyakini bahwa “basmalah” merupakan sebuah ayat yang terkandung dalam surah Alfatihah saja. Sedangkan Imam Hanafi memiliki keyakinan bahwa “basmalah”  merupakan satu ayat yang ada pada tiap awal surah terkecuali dalam surah AtTaubah.

Sama halnya dengan huruf-u muqattaa (yaitu kata-kata rahasia Allah yang tertulis pada awal surah-surah tertentu, seperti “Ya sin, ha mim”.); sebagian ilmuan dan ulama menghitungnya sebagai satu ayat dan adapula yang tidak menghitungnya.
Jumlah ayat-ayat AlQuran berdasarkan pendapat dan hitungan ilmuan dan ulama sebagai berikut:
1.    Ibn-i Abbas (ra): 6616 ayat
2.    Nafi (ra): 6217 ayat
3.    Shayba (ra): 6214 ayat
4.    Ulama-ulama Mesir (ra): 6226 ayat
5.    Zamahshari (ra) (seorang ulul albab, cendikiawan, sarjana yang genius dalam bidang literature dan bahasa Arab): 6666 ayat
6.    Bediuzzaman, mujaddid (seorang ulul albab pembawa perubahan) pada abad ke 13, juga berpendapat: 6666 ayat


قال مجد الدين الفيروزآبادي: اعلم أَنَّ عدد سور القرآن ـ بالاتِّفاق ـ مائة وأَربعة عشر سورة، وأَمّا عدد الآيات: فإِن صدر الأُمّة وأَئمة السّلف من العلماءِ والقراءِ كانوا ذوي عنايةٍ شديدة في باب القرآن وعِلمه، حتى لم يبق لفظ ومعنى إِلاَّ بحثوا عنه، حتى الآيات والكلمات والحروف، فإِنهم حَصَروها وعدُّوها، وبين القرّاءِ في ذلك اختلاف، لكنَّه لفظي لا حقيقي، مثال ذلك أَنَّ قرّاءَ الكوفة عدُّوا قوله: والقرآن ذِي الذكر ـ آية، والباقون لم يعدّوها آية، وقراء الكوفة عدّوا، قَالَ فالحق والحق أَقُولُ ـ آية والباقون لم يعدّوها، بل جعلوا آخر الآية: فِي عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ، و: لأَمْلأَنَّ جَهَنَّمَ مِنكَ وَمِمَّن تَبِعَكَ مِنْهُمْ أَجْمَعِينَ ـ وهكذا عدّ أَهل مكَّة والمدينة والكوفة والشَّام آخر الآية والشياطين كُلَّ بَنَّآءٍ وَغَوَّاصٍ ـ وأَهل البصرة جعلوا آخرها: وَآخَرِينَ مُقَرَّنِينَ فِي الأصفاد ـ ولا شكَّ أَنَّ ما هذا سبيله اختلاف في التَّسمية لا اختلاف في القرآن، ومن هاهنا صار عند بعضهم آيات القرآن أَكثر، وعند بعضهم أَقلّ، لا أَن بعضهم يزيد فيه، وبعضهم ينقص، فإِنَّ الزّيادة والنّقصان في القرآن كفر ونفاق، على أَنَّه غير مقدور للبشر، قال تعالى: إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذكر وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ. انتهى.
Majduddin alFairuz Albadi ( Pengarang Kitab Lisanul Arob ) mengomentari perbedaan pendapat ini : ketahuilah bahwasannya jumlah surat dalam Qur’an telah disepakati oleh para Ulama’. 114 surat. Sedangkan jumlah ayat : ketika awal-awal Islam muncul ulama klasik, para qurro’ sangat meperhatikan Al-Qur’an sehingga detailnya begitupun Ulumul quran, sampai-sampai tidak ada satu makna dan lafaz dalam alquran  melainkan telah mereka dalami. Begitu juga Kalimat, Ayat dan huruf-huruf telah dibahas oleh mereka. Mereka tidak lupa menghitung jumlah Ayat yang ada di dalam nya lalu mereka berselisih pendapat dalam hal lafaz saja tidak lah pada hakikat nya.
Contohnya adalah ketika Ulama Kufah menganggap bahwa “Wal Quran zizkr” sebagai satu ayat. Namun yang lain berpendapat itu bukan satu ayat tapi potongan ayat. –pen. Dan masih banyak contoh yang lainnya-.
Dan tidak diragukan lagi ini hanyalah perbedaan penamaan ayat saja bukahlah perbedaan Al-Quran. Inilah yang menyebabkan perbedaan jumlah ayat qur’an. Tetapi bukan kepada perbedaan bahwa ayat Qur’an itu bertambah atau berkurang. Sungguh Orang yang menganggap ayat Qur’an itu berkurang dan bertambah adalah kafir dan munafiq. sungguh manusia tidak akan mampu berbuat demikian. Allah berfirman “ sesungguhnya kami telah turunkan az-zikro ( Al-Quran ) dan kamilah yang akan menjaga nya..
III.    AYAT PERTAMA YANG DITURUNKAN
Terdapat empat pendapat mengenai apakah yang mula-mula diturunkan mengenai al-Qur ,an :
a.    Jumhur (Pendapat yang paling rajih atau sahih) setuju yaitu yang pertama diturunkan ialah lima ayat pertama  surah al-‘Alaq berdasarkan riwayat ‘Aisyah yang dicatat oleh Imam Bukhari, Muslim dan al-Hakim dalam kitab-kitab hadis  mereka. Aisyah r.a. menyatakan: “Sesungguhnya permulaan wahyu datang kepada Rasulullah SAW. melalui mimpi yang benar di waktu tidur. Mimpi itu jelas dan terang bagaikan terangnya pagi hari. Kemudian dia gemar menyendiri dan pergi ke gua Hira. untuk beribadah beberapa malam dengan membawa bekal. Sesudah kehabisan bekal, beliau kembali kepada isterinya Khadijah r.a., maka Khadijah pun membekalinya seperti bekal terdahulu sehingga beliau didatangi dengan suatu kebenaran (wahyu) di gua Hira’ tersebut, apabila seorang malaikat (Jibril a.s.) datang kepadanya dan mengatakan: “Bacalah!” Rasulullah menceritakan, maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Malaikat tersebut kemudian memeluk-ku sehingga aku merasa sesak nafas, kemudian aku dilepaskannya sambil berkata lagi: “Bacalah!” Maka aku pun menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Lalu dia memeluk-ku sampai aku rasa sesak nafas dan dilepaskannya sambil berkata: “Bacalah!” Aku menjawab: “Aku tidak tahu membaca.” Maka dia memeluk-ku buat ketiga kalinya seraya berkata: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu yang Maha Pemurah! Yang mengajar dengan perantaraan kalam dan mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. Setelah berlaku peristiwa itu kembalilah Rasulullah SAW. kepada isterinya Khadijah (membawa ayat-ayat ini) dengan tubuh menggigil………hingga akhir hadis” (al-Hadis).
Imam-imam yang lain seperti al-Hakim dalam al-Mustadrak, al-Baihaqi dalam al-Dala’il dan al-Tabrani dalam al-Kabir mengesahkan ayat tersebut adalah yang pertama diturunkan.
b.      Pendapat lain mengatakan Surah al-Muddatstsir yang pertama kali diturunkan berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin ‘Abdullah seorang sahabat. Daripada Abu Salamah bin Abdul Rahman, dia berkata: “Aku telah bertanya kepada Jabir bin ‘Abdullah: Yang manakah di antara al-Qur ,an mula-mula diturunkan? Jabir menjawab,” يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ    “. Aku berkata, “Atau iqra bismirabbikal ladzi Khalak“   Dia Jabir berkata,”Aku katakan kepada-mu apa yang dikatakan Rasulullah SAW kepada kami: “Sesungguhnya aku berdiam diri di gua Hira’. Maka ketika habis masa diam-ku, aku turun lalu aku susuri lembah. Aku lihat ke depan, ke belakang, ke kanan dan ke kiri. Lalu aku lihat ke langit, tiba-tiba aku melihat Jibril yang amat menakutkan. Maka aku pulang ke Khadijah. Khadijah memerintahkan mereka untuk menyelimuti aku. Mereka pun menyelimuti aku.

Terjemahnya:
“Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan!” Atau “Wahai orang yang berselimut; bangkitlah, lalu berilah peringatan”.
Mengenai Hadis Jabir ini, dapatlah disimpulkan yaitu pertanyaan tersebut adalah mengenai surah yang diturunkan secara penuh. Jabir menjelaskan yang surah Muddassir  diturunkan secara penuh sebelum surah al Alaq’ selesai diturunkan, karena yang turun  pertama sekali adalah  surah al Alaq’ itu hanyalah permulaannya saja. Ini diperkuat oleh hadis Abu Salamah kepada Jabir yang terdapat dalam Hadis Bukhari dan Muslim. Jabir berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW. ketika berkata  mengenai putusnya wahyu, beliau menyebut  dalam perkataannya  itu, “Sewaktu aku berjalan, aku mendengar  suara dari langit. Kemudian aku angkat kepala-ku, tiba-tiba aku melihat  malaikat yang mendatangi aku di gua Hira’ duduk di atas kursi antara langit dan bumi, lalu aku pulang dan aku katakan: Selimutkanlah aku! Mereka pun menyelimuti aku. Lalu Allah menurunkan ayat, يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ .
Hadis ini menggambarkan peristiwa yang terjadi di gua Hira’, atau al-Muddassir adalah surah yang pertama diturunkan setelah terputusnya wahyu. Dapat disimpulkan ayat pertama untuk kenabian ialah Iqra’ dan surah pertama untuk risalah ialah surah al-Muddassir.

c.       Kejadiannya  adalah berdasarkan satu kenyataan yang disampaikan kepada Ali bin Abi Talib, disebut oleh Abi Ishaq kepada Abi Maisarah. diriwayatkan  oleh al-Wahidi menyebut: Apabila Rasulullah muncul (dari gua Hira’) dan mendengar suatu suara menjerit, “Wahai Muhammad”, Rasululla SAW terus pulang ke rumah. Waraqah bin Naufal menasihatkan Rasulullah SAW mendengar kepada suara tersebut. olehnya itu apabila Rasulullah SAW kemudian  mendengar suara tersebut, beliau menyahut; Suara itu berkata, “Katakanlah, Aku bersaksi sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad pesuruh Allah dan bacalah:
Sebahagian ulama tabiin seperti al-Dhahhak bin Muzahim berpendapat ayat pertama ialah Bismillah. Dia menyebut ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata: Perkara pertama yang diturunkan oleh malaikat Jibril a.s. kepada Rasulullah SAW dengan beliau mengatakan, “Wahai Muhammad, aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui daripada Syaitan yang dilaknat, dan katakanlah: Bismillahir Rahmanir Rahim (Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.)
Al-Qadhi Abu Bakar al-Baqillani menyebutkan hadis  ini sebagai munqati’ dalam kitabnya, Al-Intisar. Menurut al-Zarkasyi di dalam kitabnya al-Burhan, sebahagian besar ulama menyatukan hadis riwayat ‘Aisyah dan Jabir dengan menyimpulkan Jabir mendengar Nabi membicarakan peristiwa permulaan wahyu dan dia mendengar bahagian akhirnya sedang bahagian pertamanya dia tidak mendengar. Jadi Jabir menyangka surah yang didengarnya adalah yang pertama diturunkan, pada hal bukan. Ibn Hibban dalam sahihnya menyatakan tidak ada pertentangan antara kedua hadis tersebut karena ketika turun kepada Rasulullah Iqra’, beliau pulang ke rumah lalu berselimut; kemudian turunlah Surah Al-Muddatstsir.
Surah-surah lain yang awal diturunkan termasuk  al-Masad (111), al-Takwir (81), al-Ala (87), al-Lail (92) dan al-Fajr. Para ulama juga membicarakan ayat-ayat yang mula-mula diturunkan berdasarkan permasalahan atau persoalan tertentu. Di antaranya ia melibatkan i) Pertama kali mengenai makanan-ayat 145 Surah al-An’am, ayat 145 Surah al-Nahl, ayat 173 Surah al-Baqarah dan ayat 3 Surah al-Ma’idah;  Pertama kali mengenai minuman- ayat 219 mengenai khamar dalam Surah al-Baqarah, ayat 43 Surah al-Nisa’ dan ayat 90-91 Surah al-Ma’idah;  Pertama kali mengenai perang yaitu ayat 39 Surah al-Hajj.  

IV.    AYAT TERAKHIR YANG DITURUNKAN
Berbagai pendapat mengenai yang terakhir diturunkan tetapi semua pendapat ini tidak mengandung sesuatu yang dapat disandarkan kepada Rasulullah SAW., malah masing-masing merupakan ijtihad atau dugaan. al-Qadhi Abu Bakar mengatakan mungkin mereka memberitahu apa yang terakhir kali didengar oleh mereka kepada  Rasulullah SAW ketika beliau hampir wafat. Antara pendapat tersebut ialah:
1.        Amir al-Sha’bi meriwayatkan bahawa ‘Abdullah bin ‘Abbas pernah berkata: “Ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW adalah ayat mengenai riba.” Firman Allah,
َ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَاإِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين  
Terjemahnya:
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba - yang belum dipungut -.” (al-Baqarah:278).

2.        ‘Abdullah bin ‘Utbah r.a. katanya, ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata kepada saya: “Adakah anda tahu ayat yang terakhir sekali turun? Jawab-ku “tahu” yang terjemahnya yaitu :
(Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan) (al-Nasr: 1). Berkata Ibnu ‘Abbas: “Kamu benar.” 
3.        Said bin Jubayr mengatakan orang-orang Kufah berselisih tentang ayat,
لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ
“Dan sesiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Neraka Jahanam, kekal dia di dalamnya dan Allah murka kepadanya dan melaknatnya serta menyediakan baginya azab siksa yang besar.” (An-nisa’:93). Saya menemui Ibn ‘Abbas dan mempertanyakan ayat ini dan beliau berkata: “Ayat ini adalah ayat terakhir diturunkan dan selepas itu tidak ada ayat yang menasakhkan ayat ini.”
4.        Abu Ishaq al-Sabi’ee meriwayatkan bahawa al-Bara mengatakan: “Surah lengkap terakhir diturunkan ialah surah Baraah (at-Taubah). Bukhari vol 3 Kitab al-Maghazi hadis 4364.
5.        Abu Ishaq al-Sabi’ee meriwayatkan bahawa al-Bara mengatakan: ”Ayat terakhir diturunkan ialah,
يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِي الْكَلالَة
6.        “Mereka (orang-orang Islam umat-mu) meminta fatwa kepada-mu (Wahai Muhammad mengenai masalah Kalalah). Katakanlah: Allah memberi fatwa kepada kamu di dalam perkara Kalalah itu (An,nisa’:176)
7.        Pendapat Ubay bin Ka’ab
Yusuf bin Mihran meriwayatkan kepada‘Abdullah bin ‘Abbas  Ubay bin Ka’ab mengatakan potongan ayat al-Qur,an terakhir diturunkan ialah,
بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ   عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَ دْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ لَقَ  ا
Terjemahnya:
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (yaitu Nabi Muhammad SAW,berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan kesalamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min .” (aT-Taubah:128)
8.      Pendapat ‘Abdullah bin Amru bin al-‘As
Abu Abdul Rahman al-Halabi mendengar ‘abdullah bin Amru  berkata: Surah terakhir diturunkan ialah Surah al-Ma’idah.Ayat 3
9.      Pendapat ‘Aisyah.
Jubayr bin Nufayl berkata, “Aku pergi menemui ‘Aisyah, yang bertanya kepadaku: Adakah kamu membaca Surah al-Ma’idah? Aku katakan Ya. Dia berkata: Inilah Surah terakhir yang diturunkan……”
10.  Pendapat Ummu Salama
Mujahid bin. Jabr mengatakan Ummu Salamah berkata: “Ayat terakhir diturunkan adalah ayat:
ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى بَعْضُكُمْ مِنْ بَعْضٍ فَالَّذِينَ فَاسْتَجَابَ لَهُمْ رَبُّهُمْ أَنِّي لا أُضِيعُ عَمَلَ عَامِلٍ مِنْكُمْ مِنْ هَاجَرُوا وَأُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأُوذُوا فِي سَبِيلِي وَقَاتَلُوا وَقُتِلُوا لأكَفِّرَنَّ عَنْهُمْ سَيِّئَاتِهِمْ وَلأدْخِلَنَّهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ ثَوَابًا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الثَّوَابِ
“Maka Tuhan mereka perkenan doa mereka (dengan firmanNya): Sesungguhnya Aku tidak akan sia-siakan amal orang-orang yang beramal dari kalangan kamu, sama ada lelaki atau perempuan……..” (ali ,Imran Ayat:195)
11.  Pendapat ‘Umar bin-Khattab
Abu Sa’id al-   Khudry meriwayatkan kepada ‘Umar bin-Khatab yang memberitahu ayat terakhir diturunkan ialah pengharaman riba’ (al-Baqarah:275) dan Rasulullah SAW. wafat beberapa hari selepas itu dan perkara riba’ tersebut tidak tertinggal tanpa penjelasan.
12.  Pendapat Mu’awiyah bin Abi Sufiyan
‘Amr Qais al-Kufi meriwayatkan  Mu’awiyah mengatakan ayat berikut sebagai ayat terakhir diturunkan,

يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
13.  “Katakanlah (wahai Muhammad): Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepada-ku bahawa sesungguhnya tuhan kamu hanyalah Tuhan Yang maha Esa; barang, siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya  maka hendaklah     ia mengerjakan amal   yang soleh dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dan beribadat kepada Tuhannya.” (al-Kahfi:110)
Sekiranya kita menganalisis pendapat-pendapat di atas, kita akan menghadapi kesukaran untuk menentukan ayat terakhir diturunkan kepada Rasulullah SAW disebabkan perbedaan pendapat tersebut. Walau bagaimanapun kita boleh membuat rumusan berdasarkan logika
a.    Ayat 275 hingga 281 surah al-Baqarah nampaknya diturunkan bersama karena ayat ini membicarakan persoalan riba’ dan hukum berkaitannya. ‘Umar dan ‘Abdullah Ibn ‘Abbas mengatakan ayat riba merupakan ayat terakhir  diturunkan kepada  Rasullah SAW, tepat  Rasulullah wafat 9 hari setelah ayat ini diturunkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Ibn Juraij mengenai ayat 281, surah al-Baqarah.

b.    Pandangan Ibn ‘Abbas mengenai ayat 93 surah An-nisa’ ialah tentang ayat terakhir berhubung pembunuhan seorang Muslim, bukannya ayat terakhir al-Quran. Manakala pendapatnya mengenai surah An-nasr tidak menjadi masalah. Surah An-nasr kemungkinan merupakan surah pendek yang terakhir diturunkan, sementara surah al-Bagarah merupakan surah panjang yang terakhir diturunkan. Ini tidak berbeda dengan pendapat ‘Aisyah dan Ibn ‘Amr yang mengatakan surah al-Ma’idah merupakan surah yang terakhir diturunkan. Mereka maksudkan surah terakhir mengenai perkara halal dan haram.
c.    Pandangan al-Bara tentang  Ayat 176 surah An-nisa’ sebagai ayat akhir turun ialah ayat akhir tentang faraid. Apa yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab mengenai ayat 128 hingga 129 surah  aT-Taubah adalah sebahagian daripada surah tersebut yang diturunkan secara keseluruhan sebagai surah panjang yang terakhir diturunkan. Riwayat Ummu  Salamah pula bukannya mengenai ayat terakhir tetapi lebih kepada jawaban Rasullah saw kepada persoalan  mengenai kedudukan wanita dalam Islam. Pandangan Mu’awiyah pula jelas merujuk kepada yang terakhir diturunkan di Mekah melibatkan surah al-Kahfi termasuk ayat terakhirnya.
Kesimpulannya, Surah aT-Taubah sebagai surah panjang terakhir turun; Surah An-nasr surah pendek terakhir turun; dan ayat 275 hingga 281 Surah al-Baqarah merupakan ayat terakhir diturunkan. Inilah catatan tentang ayat terakhir turun, yaitu melalui intervensi atau alasan yang lebih mendukung.

E. Sistematika ayat-ayat Al-Qur’an
قال الحاكم : صحيح الإسناد ووافقه الذهبي (المستدرك)(2/330) (ومنها ) ما أخرجه أحمد في المسند (4/218) بإسناد حسن عن عُثْمَانَ بْنِ أَبِي الْعَاصِ قَالَ كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسًا إِذْ شَخَصَ بِبَصَرِهِ ثُمَّ صَوَّبَهُ حَتَّى كَادَ أَنْ يُلْزِقَهُ بِالأَرْضِ قَالَ ثُمَّ شَخَصَ بِبَصَرِهِ فَقَالَ أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام فَأَمَرَنِي أَنْ أَضَعَ هَذِهِ الآيَةَ بِهَذَا الْمَوْضِعِ مِنْ هَذِهِ السُّورَةِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ.
قال القاضي أبو بكر في الانتصار : ترتيب الآيات أمر واجب وحكم لازم فقد كان جبريل يقول ضعوا آية كذا في موضع كذا .
وقال البغوي في شرح السنة : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يلقن أصحابه ويعلمهم ما نزل عليه من القرآن على الترتيب الذي هو الآن في مصاحفنا بتوقيف جبريل إياه على ذلك وإعلامه عند نزول كل آية أن هذه الآية تكتب عقب آية كذا في سورة كذا فثبت أن سعي الصحابة كان في جمعه في موضع واحد لا في ترتيبه فإن القرآن مكتوب في اللوح المحفوظ على هذا الترتيب أنزله الله جملة إلى السماء الدنيا ثم كان ينزله مفرّقاً عند الحاجة وترتيب النزول غير ترتيب التلاوة .
 Penyusunan dan penetapan Ayat Al-Quran adalah tauqifi ( tidak bisa diijtihadkan lagi ) dan itu telah disapakati oleh para ulama, karena ketika turunnya ayat Al-Quran rosulullah langsung menyuruh para sahabat ( yang ditugaskan untuk mencatat ayat yang turun ) dan itu hadist nya muatawatir dan tidak perlu diperselisihkan lagi oleh kaum muslmin.
Klasifikasi  Ayat dalam Al-Quran adalah :
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456 ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedang ayat –ayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu (hai orang-orang yang beriman).
3. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan pada Kemaha Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedang ayat-ayat Madaniya memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya. 
Sistematika penyusunan Al Qur’an ditetapkan langsung oleh Allah, bukan berdasar waktu turunnya. Penyusunan urut-urutan ayat dan surah-surahnya sedemikian rupa, sehingga—walaupun berbeda-beda waktu turunnya—masing-masing memiliki hubungan keterkaitan yang sangat erat, bagaikan rantai yang sulit ditetapkan mana ujung dan mana pula pangkalnya. Persoalan ini panjang jika akan diuraikan. Demikian, wallahu a'lam.

(M Quraish Shihab)
Dr Muhammad Hassan al-Hamshary dalam “Tafsir wa Bayan Mufradat al-Quran”, cetakan Bairut 1999  mencantumkan “Fihrasat Al-Alfazh” (Al-Mu’jam Al-Mufhhirsu li Al-Alfazh, indeks, pencari ayat Al-Quran secara alfabetis (abjadiyah) pada halaman 5-240 , dan “Fihras Al-Maudhu’at” (Tfshil Ayat Al-Quran) pada halaman 243-287, serta “Fihras Abjadi li Al-Maudhu’at) pada halaman 288-295.
Edisi Indonesianya tercantum dalam suatu bku agenda tahun 1412H/1991-1992M dengan jdudul “Klasifiksi Ayat-Ayat Al-Quran. Dalam Klasifikasi itu, ayat-ayat Al-Quran digolongkan atas 15 klas/golongan, yaitu : 1. Arkan Al-Islam, 2. Iman, 3. Al-Quran, 4. Ilmu, 5. Amal, 6 Dakwah, 7. Jihad, 8. Manusia dan hubungan Kemasyarakatan, 9. Akhlak, 10. Peraturan yang berhubungan dengan harta, 11. Hal-hal yang berkaitan dengan Hukum, 12. Neara dan Masyarakat, 13. Pertanian dan Perdagangan, 14. Sejarah dan Qisah-qsah, 15. Agama-agama.
Sistimatika Klassifikasi Ayat-Ayat Quran diawali oleh Jules la Beaume dan Edward  Montet, dengan bukunya “Le Koran Analyse”. Edisi Arabnya dikerjakan oleh Mohammad Fuad Abdel Baqui dengan judul “Tafshil Ayat Al-Quran”. Edisi Indonesianya dkerjakan oleh 
 Jules la Beaume menggolongkan ayat-ayat Al-Quran atas 19 golongan, yaitu 1. Sejarah, 2. Muhammad saw, 3. Tabligh, 4. Ani Israil, 5. Aurat, 6. Nasrani, 7. Metafisika, 8. Tauhid, 9. Al-Quran, 10. Agama, 11. Aqaid, 12. Ibadat, 13. Syari’at, 14. Undang-Undang Kemasyarakatan, 15. Ilmu dan Seni, 16. Perdagangan, 17. Pendidikan Moral/Akhlak, 18. Kesuksesan, 19. Dan lain-lain. Dilengkapi pula dengan “Fihris AlfBaai” (Indeks secara alfabetis).
Prof Dr H Mahmud Yunus dalam “Kesimpulan Isi Quran” menggolongkan isi Al-Quran atas 19 macam, yaitu : 1. Rukun Iman dan Islam, 2. Perekonomian, 3. Ilmu Pengetahuan, 4. Ilmu Alam dan Kimia, 5. Ilmu Bmi Alam dan Falak, 6. Ilmu Hewan, Manusia, Tumbuh-tumbuhan, Geologi, 7. Ilmu Kesehatan, 8 Riwayat/tarikh, 9. Membaca, Menulis, Berhitung, 10. Yang Wajib (Akhlak yang baik), 11. Yang ajib atas Pemerintah Islam (Fardhu Kifayah), 12. Hukum (an), 13. Pembagian Psaka (Hukum Warisan), 14. Yang Sunat (Adab), 15. Yang Haram (Akhlak tak baik), 16. Yang makruh (kurang Adab), 17. Yang Halal (boleh).
Bakhtiar Surin dalam “Tafsir Al-Quran”-nya menggolongkan isi Al-Quran atas 7 macam : 1. Orang-orang Mukmin (Tauhid), 2. Orang-orang kafir (Syirik), 3. Ibadat yang diwajibkan, 4. Peraturan Kekeluargaan, 5. Peraturan Perekonomian, 6. Peraturan Politik, 7. Akhlak.
Oemar Bakri dala “Tafsir Mutiara”-nya menggolongkan isi Al-Quran atas 10 macam : 1. Al-Quran, 2. Keimanan, 3. Ibadat, 4. Perekonoman, 5. Sains dan Teknologi, 6. Keseatan, 7. Ekonomi, 8. Kemasyarakatan/Kenegaran, 9. Budi Pekerti Luhur, 10. Sejarah.
Drs KHA Rauf dan Soetrisno Ruslan dalam bukunya “Materi kajian Islam Dari Al-Quran”, terbitan Ponpres Daarut Taubah, Bekasi menggolongkan isi Al-Quran atas 14 klas/golongan indeks ayat-ayat Quran, yaitu tentang 1. Iman, 2. Ilmu, 3. Bangsa-bangsa Terdahulu, $. Sejarah, 5. Al-Quran, 6. Akhlak & Adab, 7. Ibadah, 8. Makanan dan Minuman, 9. Pakaian dan Perhiasan, 10. Hukum Privat, 11. Mu’amalat, 12. Peradilan dan hakim, 13. Hukum Pidana/jinayat, 14. Jihad.
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagian orang menganggap tidak penting nya mengenal Ayat Al-Qur’an.oleh karena itu disini pemakalah menulis jawaban apa manfaat dan pentingnnya mengetahui hal-hal yang berkaitan tentang Ayat, diantara nya sebagai berikut;
Pertama ; mengetahui setiap tiga ayat-ayat pendek merupakan mukjizat rosulullag SAW, begitu pun ayat panjang yang merupakan penyeimbang ayat –ayat pendek. Maksudnya adalah Allah SWT menangtang Manusia dan Jin untuk membuat satu ayat saja sebagi tandingan Al-Qur’an yang mana manusia dan jin tidak akan mampu menandinginya dan inilah mukjizat itu. Dan kita ketahuai bahwa surat yang paling pendek adalah surat Al-Kausar, itulah yang dimaksudkan tiga ayat pendek.
Kedua : pendapat yang mengatakan bahwa alas an kenapa perbedaan pendapat itu disebabkan nabi membaca nya terputus-putus maka disini kita dapat mengambil hikmah bahwa dalam pembacaan AlQuran hendak nya seseorang membaca al Qur’an melakukan waqof di kalimat yang sempurna tidak ditengah kalimat sehingga terputuslah makna nya. Sebagai mana hadist yang diriwayatkan ummu salamah bahwasannya  Nabi SAW ketika membaca AlQUR’AN berhenti berhenti kemudia ia membaca basmalah lalu membaca alhamdulillahirobbil a’lamin kemudian berhenti kemudia membaca : arrohman nirrohim. ( walaupun hadis ini kurang shohih )
Ketiga : perihal bacaan yang ada dalam Sholat dan Khutbah ini kembali kepada hokum Fiqh, apakah dia harus satu nafas atau boleh berhenti henti, apakah harus ada basmalah atau tidak.
Dan masih banyak lagi manfaat yang kita dapatkan dalam mendalami Ulum Qur’an.
Demikianlah makalah ini kami susun dan kami buat, semoga dapat diambil manfaat dan faedahnya serta dapat membantu kita dalam memahami Al-Qur’an. Mohon maaf bila terdapat kesalahan baik dalam penterjemahan, penukilan atau sebagainya, fal kamal “kesempuernaan hanya milik Allahh subhanahu wata’ala.

Daftar Pustaka
Al-Quran Al-Karim
Hadist Nabi
As-sayuty  Jalaluddin, Alitqon fi ulumin qur’an. Penerbit Hijaz .Kairo Juz. 1

Husen Muhammad addamaghoni, “kamus Alqur’an’’ ( Dar Ilmi lil murobbin ;cet.  4 ) baerut; 1983. Hal.61

M Nuruddin Umar  “Klasifikasi Ayat Al-Quran “ (Pedoman Mencari Ayat Al-Quran), terbitan Al-Ikhlas, Surabaya.

Kamus Bahasa Arab – Indonesia Mahmud Yunus
Dr Muhammad Hassan al-Hamshary dalam “Tafsir wa Bayan Mufradat al-Quran”, cetakan Bairut 1999
www.kamusbahasaIndonesiaonline.org
http://muslims-says.blogspot.com/2012/04/berapa-jumlah-ayat-alquran-sebenarnya.html#ixzz2A9A9R154


Tidak ada komentar: