Minggu, 21 Mei 2017

Shiyam, Ujian dan jalan taqwa menuju kesholihan Sosial. Oleh Derysmono

Shiyam, Ujian dan jalan taqwa menuju kesholihan Sosial.
Oleh Derysmono

Tak lama lagi, Insya Allah kita akan memasuki bulan Suci Ramadhan. Dimana setiap orang Islam diwajibkan untuk melaksanakan Shiyam atau puasa, kecuali bagi yang uzur.
Shiyam selain ia merupakan rukun Islam yang wajib, tapi ia juga merupakan “Ujian dan Cobaan” bagi setiap orang yang mengaku dirinya beriman. Kenapa shiyam adalah bagian dari ujian?.

Allah Ta’ala berfirman dalam Qs. Al-Baqarah;155, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Sebagian Ahli Tafsir menjelaskan bahwa makna “ujian kelaparan” adalah Shiyam atau puasa di bulan Ramadhon. Demikianlah yang disampaikan oleh As-Syafi’i, Ibnu Katsir dan Nawawi Al-Bantani dan lain-lain Rahimahumullah.
Dan Ujian ini tentunya tidak hanya diberikan oleh Allah kepada umat ini saja tapi juga kepada Umat-umat terdahulu, sebagaimana dalam firman Allah, QS. Al-Baqarah; 182; “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Pada realitanya, banyak orang yang tidak mampu untuk menahan diri dari makan, minum, syahwat mata, ghiba, dan sebagainya pada Siang bulan Ramadhon.

Itulah Ujian, jika kita tak mempersiapkan diri, maka itu alamat, kita tidak akan lulus dalam ujian shiyam pada Ramadhan kali ini.

Persiapan ujian Shiyam hendaknya dimulai dari persiapan Ilmu;yakni belajar kembali, mengingat kembali apa yang boleh dan tidak boleh, apa yang disunnahkan dan apa yang dimakruhkan. Harus dimaklumi, namanya juga manusia, tempat lupa. Kemudian persiapan Jasad; harus menjaga kesehatan, kebersihan dan kesucian jasmani dan rohani, harus mengkosumsi “gizi seimbang”. Dan persiapan “isi dompet” yaitu fulus. Sayang jika di bulan Ramadhan kita hanya bengong, Cuma bisa melihat saudara kita dapat bersedekah, berbagi kepada sesama, sementara kita tidak punya apa-apa untuk diberikan.

Kemudian, yang tidak kalah penting bahwa Shiyam adalah jalan Taqwa, bagaimana seseorang mampu merubah dirinya menjadi pribadi yang lebih baik, lebih produktif, dan lebih bermanfaat bagi yang lain. “sebaik-baik manusia adalah yang lebih bermanfaat bagi orang lain”.

Salah satu bentuk kesholihan sosial adalah Zakat. Baik zakat fitrah maupun Zakat Mal (harta) dan Zakat-Zakat lainnya. Jika belum mampu untuk zakat, kita bisa melakukan shadaqoh. Sungguh pada amalan ini punya keistimewaan yang luar biasa, kalau kata anak muda itu “keren”. Bagaimana tidak, bahwa seseorang mampu mengalahkan dan melaknulakn “syahwat hartanya” sehingga ia dapat berbagi kepada sesama.

Titik penting juga dalam Ayat “puasa” adalah bahwa taqwa yang diinginkan oleh Allah bukan lah “taqwa musiman” atau rajin ketika bulan puasa saja. Tapi taqwa “yattaqun” para Ahli Ilmu mengatakan bahwa kata kerja yang digunakan pada ayat ini dengan Fi’il Mudhori. Yang artinya menunjukkan kesinambungan dan terus menerus. Jadi, jangan sampai Shiyam, ibadah wajib dan sunnah, kesholihan sosial tidak hanya di bulan Ramadhon tapi juga di sebelas bulan lainnya. Wallahu A’lam.






Tidak ada komentar: