Ketika ada pembantaian orang
hutan di Indonesia, banyak yang berikan simpati. Bahkan dunia internasional tak
sedikit yang mengutuk perbuatan itu.
Baik di dunia maya maupun atau media massa Internasional ikut simpati.
Namun, sangat disayangkan sekali sikap berbeda yang
ditunjukkan oleh Dunia Internasional untuk Rakyat Syiria. Sudah satu tahun
lebih Revolusi Syiria yang tak kunjung selesai tapi tak ada bantuan makanan,
obat-obatan atau persenjataan dll. Alih-alih ingin membantu, Negara
Islam dan Arab pun hanya jadi Penonton kekejaman Drakula –Bassar Asad. Hanya “omdo”.
السيف اصدق أنباء من الكتب في
حده الحد بين الجد واللعب
Barangkali, Syair ini bias jadi teguran dan
juga sindiran bagi Dunia Islam dan Arab “pedang jauh lebih jujur dari pada buku2
tersebut, diketajamnannya lah bias membedakan antara keseriusan dan
bermain-main” .terlepas dari Skenario politik
dibalik Revolusi Syiria. Tapi, dimana ukhuwwah
islamiyyah kita?
Dalam sebuah berita di salah satu media internet menceritakan bagaimana
seorang ibu harus menyaksikan anaknya sendiri di bunuh di depan matanya
sendiri. Di Tvone; sepuluh keluarga yang semuanya adalah anak-anak dan wanita hanya
bisa tinggal di satu rumah, kemudian secara tiba-tiba dibom oleh tentara syiria
dan semua tewas seketika. Ini hanya satu dari ribuan orang yang nyawanya
melayang. Masih banyak kejadian-kejadian lebih memilukan hati.
“Hingga hari ini, Majelis Nasional Suriah
sebagai organisasi pejuang revolusi masih dihadang banyak hambatan dan
tantangan, baik dalam tataran nasional, regional hingga internasional.Di dalam negeri, rezim Asad terus melancarkan serangan dan kekerasan kepada para demonstran. Dengan sekuat tenaga, ditambah dukungan Iran, China dan Rusia, rezim Asad berusaha menggagalkan segala bentuk demonstrasi aksi protes rakyat.
Selain itu, Asad berusaha mendekati kelompok-kelompok minoritas Suriah, seperti umat Kristen, Alawy dan Ismailiyyah yang berjumlah hampir 30 % dari jumlah penduduk. Jumlah yang cukup besar ini tentunya sangat berpengaruh terhadap revolusi. Dengan mencegah keterlibatan mereka dalam revolusi, Asad ingin menciptakan opini publik bahwa apa yang terjadi sekarang di Suriah bukanlah revolusi rakyat, melainkan sebuah gerakan separatis golongan tertentu. Yaitu gerakan separatis Sunni melawan Syiah yang kini menguasai pemerintahan. Oleh karenanya, Asad menakut-nakuti mereka dengan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan menimpa mereka bila kelompok Sunni memegang kekuasaan di Suriah.
Para pengamat politik memandang bahwa Suriah merupakan salah satu basis Syiah bersama Iran dan Irak di bawah pemerintahan Alwi al-Maliki. Dengan letak geostrategis yang dimiliki Suriah, ditambah kesamaan ideologi dengan negara-negara tetangga menjadikan kejatuhan rezim Suriah akan berakibat fatal negara-negara basis Syiah tersebut, dan ditambah dengan Hizbullah di Lebanon.
Maka, Iran mendukung penuh langkah rezim Asad untuk mempertahankan kekuasaannya. Bahkan salah satu anggota Majelis Ahli Iran, Ahmad Jannati dalam khutbah Jum’at kemarin (24/02) di Teheran menyeru umat Syiah Arab untuk memasuki Suriah dan Berjihad bersama pihak Asad.
Sementara itu, Israel yang merupakan sekutu AS, dan berbatasan langsung dengan Suriah sangat menginginkan konflik internal Suriah terus berlangsung. Dengan demikian, Suriah akan disibukkan dengan permasalahannya daripada konflik berkepanjangan mereka dengan Israel. Pada waktu yang sama, konflik internal Suriah akan melumpuhkan perekonomian dan militer Suriah, bahkan perekonomian Iran yang banyak memberikan bantuan kepada Suriah.
Senada dengan Israel, AS sejatinya tidak menginginkan Suriah menjadi sebuah negara demokrasi. Meski pada awalnya, AS tampak mendukung revolusi rakyat Suriah, namun sejatinya AS hanya ingin memanfaatkan momentum tersebut sebagai jalan untuk mempertahankan kepentingannya di kawasan, dan mengepung Iran setelah tentara mereka angkat kaki dari Irak. AS melihat, bahwa berdirinya Suriah sebagai sebuah negara demokrasi akan mengancam kepentingan AS di kawasan. Politik Suriah yang demokratis akan menjadi cerminan keinginan rakyat, yang sewaktu-waktu bisa mengancam eksistensi sekutunya, Israel.
Sementara itu, Rusia dan China yang tidak ingin kepentingan mereka di Suriah terganggu. Suriah sangat berarti bagi Rusia. Di kota Latakia dan Tartus, Rusia menempatkan basis angkatan laut mereka. Letak geografis Suriah cukup dekat dengan Rusia, sekaligus bersandingan dengan Turki sebagai salah satu anggota NATO. Rusia tentu tidak menginginkan hegemoni Eropa-AS di kawasan Timur Tengah semakin besar. Rusia juga tidak ingin skenario Libya terulang untuk kedua kalinya.
Demikian juga dengan China yang merupakan menjadi kekuatan ekonomi kedua terbesar setelah AS. China tidak ingin pasokan minyak Suriah ke negaranya terganggu, serta hubungan dagang antara kedua negara.” ( dikutipdari dakwatuna.com )
“kesabaran dan keteguhan bagi kalian, wahai Rakyat Syiria. Sungguh Surga
lah yang akan diberikan kepada kalian. Dan pertolongan Allah sangat dekat.
Kalaulah kita tidak mampu untuk menolong saudara-saudara kita di Syiria,
kita punya Senjata yang kuat, yang mampu menggoncang Basyar Assad dan
antek-anteknya. “Do’a” iya, do’alah yang sekarang dapat kita berikan kepada
mereka.
“Ya Robb, Berikanlah pertolonganMU pada Rakyat Syiria, Sembuhkan Mereka
yang sakit, lingdungi meraka dari Kekejaman dan penindasan, selimuti mereka
dengan rahmatMU”.
ditulis oleh : derysmono, S.pdi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar