BAB I
PENDAHULUAN
Pada awalnya, planet ini merupakan bagian dari bintang
matahari—bintang matahari itu sendiri, pada awalnya merupakan bagian dari satu
kesatuan kosmos yang ada di alam semesta ini yang telah diciptakan oleh Allah
SWT—yang selanjutnya memisahkan diri sejak 4.600 juta tahun yang lalu, menurut
pendapat sebagian para ilmuwan.
Planet ini, yang sekarang kita tempati tampak begitu indah dan
menakjubkan. Padahal selama 400 juta tahun, ia kosong dari kehidupan. Di mana
kehidupan di planet ini, pada pertama kalinya ditemukan pada hitungan masa 600
juta tahun yang lalu.
Untuk sampai pada pengetahuan yang memuaskan, kaitannya dengan
'bagaimana dan kapan' kehidupan ini terbentuk, sesungguhnya memerlukan waktu
yang sangat panjang. Dan tidak dapat dipastikan kecuali pada zaman modern ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penciptaan Manusia
Menurut Alquran
“Kitab
(Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. Al
Baqarah (2) : 2-3)
Ayat
di atas jelas menerangkan pada kita bahwa Alquran tidak ada yang bisa diragukan
lagi. Segala yang ada di dalam Alquran adalah sudah pasti benar. Kebenaran
Alquran ini telah banyak terbukti oleh ilmu pengetahuan manapun. Bahkan banyak
persoalan pada suatu ilmu pengetahuan yang baru terpecahkan dari Alquran. Tidak
hanya ilmuwan muslim yang mengeksplor Alquran dan menjadikannya rujukan ilmu
pengetahuan dan sains, tapi juga ilmuwan-ilmuwan barat yang mengembangkan
teori, hukum, dan fenomena-fenomena alam yang tidak bisa dipecahkan. Alquran
adalah mukjizat terbesar sepanjang masa, karena manfaatnya akan dirasakan oleh
semua manusia sampai akhir jaman.
Alquran
diturunkan kepada seorang Rasul yang buta huruf dan pada negeri yang cukup
tertinggal dari ilmu pengetahuan. Tidak masuk akal jika menyebutkan bahwa
Alquran adalah buatan Muhammad. Hal ini dikarenakan kandungan Alquran yang luar
biasa banyak yang menjelaskan ilmu pengetahuan dan sains yang baru terungkap
oleh alat-alat canggih jaman sekarang.
Salah
satu yang Alquran jelaskan adalah mengenai teori penciptaan manusia. Bagaimana
ketika manusia pertama diciptakan dan bagaimana mekanisme terbaik pembentukan
jasad manusia di rahim ibunya, pembentukan ovum, sperma, dan lain sebagainya
telah dijelaskan secara rinci dan detail. Pembentukan manusia ini baru terbukti
oleh sains pada akhir-akhir abad ini oleh teknologi mutakhir.
Maka
tidak ada yang bisa diragukan dari Alquran, termasuk mengenai teori penciptaan
manusia pertama yaitu Adam adalah tidak melalui proses evolusi seperti yang
dilontarkan oleh Darwin. Alquran bukan yang harus dibuktikan oleh sains dan
teknologi, tapi sains dan teknologi lah yang harus dibuktikan oleh Alquran,
karena Alquran sudah pasti benar
1.
Prapenciptaan
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.” (Albaqarah: 30)
Malaikat
adalah makhluk Allah yang paling patuh terhadap segala perintahNya. Sebelum
manusia pertama atau Adam diciptakan, malaikat sudah diciptakan terlebih
dahulu. Suatu ketika saat Allah memberikan pengumuman berupa rencana akan
menciptakan suatu makhluk yang akan menjadi khalifah di muka bumi. Namun,
makhluk yang dipilih Allah itu adalah manusia. Mengetahui hal ini malaikat sedikit
“protes” pada Allah. Kita harus ingat bahwa malaikat itu makhluk yang paling
taat dan patuh pada segala perintah dan keputusanNya. Akan tetapi satu hal ini
yang membuat malaikat “angkat bicara” kepada Allah berkenaan dengan akan adanya
penciptaan manusia ini.
Seperti
yang dijelaskan oleh ayat di atas, malaikat tahu bahwa manusia yang akan
diciptakan Allah tersebut akan membuat kerusakan di muka bumi. Padahal Allah
menciptakan manusia dengan tujuan menjadi khalifah di muka bumi. Allah pun
menjawab “protes” para malaikat dengan kalimat “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui” disini kita bisa melihat bahwa Allah lah sang
perencana segalanya, Allah lah sang maha pencipta yang paling mengetahui
ciptaannya. Ada sesuatu dibalik skenario yang dibuat Allah. Pasti ada sejuta
hikmah dari jawaban Allah tersebut.
Ayat
ini juga mengingatkan pada manusia bahwa tujuan awal kita diciptakan oleh Allah
adalah untuk menjadi khalifah di muka bumi.
2.
Proses
Kejadian Manusia Pertama (Adam)
Di dalam Al Qur’an
dijelaskan bahwa Adam diciptakan oleh Allah dari tanah yang kering kemudian
dibentuk oleh Allah dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Setelah sempurna maka
oleh Allah ditiupkan ruh kepadanya maka dia menjadi hidup. Hal ini ditegaskan
oleh Allah di dalam firman-Nya :
“Yang
membuat sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan
manusia dari tanah”. (QS. As Sajdah (32) : 7)
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk”. (QS. Al Hijr (15) : 26)
Disamping itu Allah juga
menjelaskan secara rinci tentang penciptaan manusia pertama itu dalah surat Al
Hijr ayat 28 dan 29 .
“Dan
(ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : Sesungguhnya Aku
akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari
lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan
kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-ku, maka tunduklah
kamu kepadanya dengan bersujud” (QS. Al Hijr (15) : 28-29)
Di dalam sebuah Hadits Rasulullah
saw bersabda :
“Sesunguhnya
manusia itu berasal dari Adam dan Adam itu (diciptakan) dari tanah”. (HR.
Bukhari)
“Dan
Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku
nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”
(Albaqarah:31)
“Mereka
menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang
telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana .” (Albaqarah:32)
“Allah
berfirman: “Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini.” Maka
setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: “Bukankah
sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan
bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan ?”
(Albaqarah:33)
“Dialah
Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu),
dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
(Alanam:2)
3.
Proses
Kejadian Manusia Kedua (Siti Hawa)
Pada
dasarnya segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah di dunia ini selalu dalam
keadaan berpasang-pasangan. Demikian halnya dengan manusia, Allah berkehendak
menciptakan lawan jenisnya untuk dijadikan kawan hidup (isteri). Hal ini
dijelaskan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya :
“Maha
Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa
yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui” (QS. Yaasiin (36) : 36)
Adapun proses kejadian manusia
kedua ini oleh Allah dijelaskan di dalam surat An Nisaa’ ayat 1 yaitu :
“Hai
sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya, dan daripada
keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak…”
(QS. An Nisaa’ (4) : 1)
Di dalam salah satu Hadits yang
diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dijelaskan :
“Maka
sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk Adam” (HR.
Bukhari-Muslim)
Apabila kita amati proses kejadian
manusia kedua ini, maka secara tak langsung hubungan manusia laki-laki dan
perempuan melalui perkawinan adalah usaha untuk menyatukan kembali tulang rusuk
yang telah dipisahkan dari tempat semula dalam bentuk yang lain. Dengan
perkawinan itu maka akan lahirlah keturunan yang akan meneruskan generasinya.
4.
Proses
Kejadian Manusia Ketiga (semua keturunan Adam dan Hawa)
Kejadian
manusia ketiga adalah kejadian semua keturunan Adam dan Hawa kecuali Nabi Isa
a.s. Dalam proses ini disamping dapat ditinjau menurut Al Qur’an dan Al Hadits
dapat pula ditinjau secara medis.
Di
dalam Al Qur’an proses kejadian manusia secara biologis dejelaskan secara
terperinci melalui firman-Nya :
“Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).
Kemudian dalam salah satu hadits
Rasulullah SAW bersabda :
“Telah
bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan. Sesungguhnya
seorang diantara kamu dikumpulkannya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim
ibunya (embrio) selama empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh
hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat untuk meniupkan
ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) : rezekinya,
ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik (nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)
Selanjutnya yang
dimaksud di dalam Al Qur’an dengan “saripati berasal dari tanah” sebagai
substansi dasar kehidupan manusia adalah protein, sari-sari makanan yang kita
makan yang semua berasal dan hidup dari tanah. Yang kemudian melalui proses
metabolisme yang ada di dalam tubuh diantaranya menghasilkan hormon (sperma),
kemudian hasil dari pernikahan (hubungan seksual), maka terjadilah pembauran
antara sperma (lelaki) dan ovum (sel telur wanita) di dalam rahim. Kemudian
berproses hingga mewujudkan bentuk manusia yang sempurna (seperti dijelaskan
dalam ayat diatas).
“
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari air mani yang bercampur” (QS.
Addahr: 2)
“Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS 96. Al-’Alaq: 2)
Selanjutnya,
fase segumpal darah (`alaqah) berlanjut terus dari hari ke-15 sampi hari ke-24
atau ke-25 setelah sempurnanya proses pembuahan. Meskipun begitu kecil, namun
para ahli embriologi mengamati proses membanyaknya sel-sel yang begitu cepat
dan aktivitasnya dalam membentuk organ-organ tubuh. Mulailah tampak pertumbuhan
syaraf dalam pada ujung tubuh bagian belakang embrio, terbentuk (sedikit-demi
sedikit ) kepingan-kepingan benih, menjelasnya lipatan kepala; sebagai
persiapan perpindahan fase ini (`alaqah kepada fase berikutnya yaitu mudhgah
(mulbry stage)).Mulbry stage adalah kata dari bahasa Latin yang artinya embrio
(janin) yang berwarna murberi (merah tua keungu-unguan). Karena bentuknya pada
fase ini menyerupai biji murberi, karena terdapat berbagai
penampakan-penampakan dan lubang-lubang (rongga-rongga) di atasnya.
Realitanya,
ungkapan Al-Quran lebih mendalam, karena embrio menyerupai sepotong daging yang
dikunyah dengan gigi, sehingga tampaklah tonjolan-tonjolan dan celah
(rongga-rongga) dari bekas kunyahan tersebut. Inilah deskripsi yang dekat
dengan kebenaran. Lubang-lubang itulah yang nantinya akan menjadi organ-organ
tubuh dan anggota-anggotanya.
Di
dalam Al-Quran disebutkan bahwa embrio terbagi dua; pertama, sempurna
(mukhallaqah) dan kedua tidak sempurna (ghair mukhallaqah). Penafsiran dari
ayat tersebut adalah: Secara ilmiah, embrio dalam fase perkembangannya seperti
tidak sempurna dalam susunan organ tubuhnya. Sebagian organ (seperti kepala)
tampak lebih besar dari tubuhnya dibandingkan dengan organ tubuh yang lain.
Lebih penting dari itu, sebagian anggota tubuh embrio tercipta lebih dulu dari
yang lainnya, bahkan bagian lain belum terbentuk. Contoh, kepala. Ia terbentuk
sebelum sebelum bagian tubuh ujung belum terbentuk, seperti kedua lengan dan
kaki. Setelah itu, secara perlahan mulai tampaklah lengan dan kaki tersebut.
Tidak diragukan lagi, ini adalah I’jâz `ilmiy (mukjizat sains) yang terdapat di
dalam Al-Quran. Karena menurut Dr. Ahmad Syauqiy al-Fanjary, kata `alaqah tidak
digunakan kecuali di dalam Al-Quran.
“Yang
membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari
saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya
roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (Assajdah:7-9)”
“Dan
orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka , dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan
apa yang dikerjakannya. (Athuur:21)”
B.
Teori evolusi darwin
Di jaman ini, sejumlah kalangan berpandangan bahwa teori evolusi
yang dirumuskan oleh Charles Darwin tidaklah bertentangan dengan agama. Ada
juga yang sebenarnya tidak meyakini teori evolusi tersebut akan tetapi masih
juga ikut andil dalam mengajarkan dan menyebarluaskannya. Hal ini tidak akan
terjadi seandainya mereka benar-benar memahami teori tersebut. Ini adalah
akibat ketidakmampuan dalam memahami dogma utama Darwinisme, termasuk pandangan
paling berbahaya dari teori tersebut yang diindoktrinasikan kepada masyarakat.
Oleh karenanya, bagi mereka yang beriman akan adanya Allah sebagai satu-satunya
Pencipta makhluk hidup, namun pada saat yang sama berpandangan bahwa
"Allah menciptakan beragam makhluk hidup melalui proses evolusi,"
hendaklah mempelajari kembali dogma dasar teori tersebut. Tulisan ini ditujukan
kepada mereka yang mengaku beriman akan tetapi salah dalam memahami teori
evolusi. Di sini diuraikan sejumlah penjelasan ilmiah dan logis yang penting
yang menunjukkan mengapa teori evolusi tidak sesuai dengan Islam dan fakta
adanya penciptaan.
Dogma dasar Darwinisme menyatakan bahwa makhluk hidup muncul
menjadi ada dengan sendirinya secara spontan sebagai akibat peristiwa
kebetulan. Pandangan ini sama sekali bertentangan dengan keyakinan terhadap
adanya penciptaan alam oleh Allah.
Kesalahan terbesar dari mereka yang meyakini bahwa teori evolusi
tidak bertentangan dengan fakta penciptaan adalah anggapan bahwa teori evolusi
adalah sekedar pernyataan bahwa makhluk hidup muncul menjadi ada melalui proses
evolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain. Oleh karenanya, mereka
mengatakan: "Bukankah tidak ada salahnya jika Allah menciptakan semua
makhluk hidup melalui proses evolusi dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain;
apa salahnya menolak hal ini?" Akan tetapi, sebenarnya terdapat hal yang
sangat mendasar yang telah diabaikan: perbedaan mendasar antara para pendukung
evolusi (=evolusionis) dan pendukung penciptaan (=kreasionis) bukanlah terletak
pada pertanyaan apakah "makhluk hidup muncul masing-masing secara terpisah
atau melalui proses evolusi dari bentuk satu ke bentuk yang lain. Pertanyaan
yang pokok adalah "apakah makhluk hidup muncul menjadi ada dengan
sendirinya secara kebetulan akibat rentetan peristiwa alam, atau apakah makhluk
hidup tersebut diciptakan secara sengaja?"
Teori evolusi, sebagaimana yang diketahui, mengklaim bahwa
senyawa-senyawa kimia inorganik dengan sendirinya datang bersama-sama pada
suatu tempat dan waktu secara kebetulan dan sebagai akibat dari fenomena alam
yang terjadi secara acak. Mula-mula senyawa-senyawa ini membentuk molekul pembentuk
kehidupan, seterusnya terjadi rentetan peristiwa yang pada akhirnya membentuk
kehidupan. Oleh sebab itu, pada intinya anggapan ini menerima waktu, materi tak
hidup dan unsur kebetulan sebagai kekuatan yang memiliki daya cipta. Orang
biasa yang sempat membaca dan mengerti literatur teori evolusi, paham bahwa
inilah yang menjadi dasar klaim kaum evolusionis. Tidak mengherankan jika
Pierre Paul Grassé, seorang ilmuwan evolusionis, mengakui evolusi sebagai teori
yang tidak masuk akal. Dia mengatakan apa arti dari konsep
"kebetulan" bagi para evolusionis:
'[Konsep] kebetulan' seolah telah menjadi sumber keyakinan [yang
sangat dipercayai] di bawah kedok ateisme. Konsep yang tidak diberi nama ini
secara diam-diam telah disembah. (Pierre Paul Grassé, Evolution of Living
Organisms, New York, Academic Press, 1977, p.107)
Akan tetapi pernyataan bahwa kehidupan adalah produk samping yang
terjadi secara kebetulan dari senyawa yang terbentuk melalui proses yang
melibatkan waktu, materi dan peristiwa kebetulan, adalah pernyataan yang tidak
masuk akal dan tidak dapat diterima oleh mereka yang beriman akan adanya Allah
sebagai satu-satunya Pencipta seluruh makhluk hidup. Kaum mukmin sudah
sepatutnya merasa bertanggung jawab untuk menyelamatkan masyarakat dari
kepercayaan yang salah dan menyesatkan ini; serta mengingatkan akan bahayanya.
Pernyataan tentang "adanya kebetulan" yang dikemukakan
teori evolusi
dibantah oleh ilmu pengetahuanFakta lain yang patut mendapat perhatian khusus dalam
dibantah oleh ilmu pengetahuanFakta lain yang patut mendapat perhatian khusus dalam
hal ini adalah bahwa berbagai penemuan ilmiah ternyata malah sama
sekali bertentangan dengan klaim-klaim kaum evolusionis yang mengatakan bahwa
"kehidupan muncul sebagai akibat dari serentetan peristiwa kebetulan dan
fenomena alamiah." Ini dikarenakan dalam kehidupan terdapat banyak sekali
contoh adanya rancangan (design) yang disengaja dengan bentuk yang
sangat rumit dan telah sempurna. Bahkan sel pembentuk suatu makhluk hidup
memiliki rancangan yang sangat menakjubkan yang dengan telak mematahkan konsep
"kebetulan."
Perancangan dan perencanaan yang luar biasa dalam kehidupan ini
sudah pasti merupakan tanda-tanda penciptaan Allah yang khas dan tak
tertandingi, serta ilmu dan kekuasaan-Nya yang Tak Terhingga.
Usaha para evolusionis untuk menjelaskan asal-usul kehidupan dengan
menggunakan konsep kebetulan telah dibantah oleh ilmu pengetahuan abad 20.
Bahkan kini, di abad 21, mereka telah mengalami kekalahan telak. (Silahkan baca
buku Blunders of Evolutionists, karya Harun Yahya, terbitan Vural
Publishing). Jadi, alasan mengapa mereka tetap saja menolak adanya penciptaan
oleh Allah kendatipun telah melihat fakta ini adalah adanya keyakinan buta
terhadap atheisme.
Allah tidak menciptakan makhluk hidup melalui proses evolusi, Oleh
karena fakta yang menunjukkan adanya penciptaan atau rancangan yang disengaja
pada kehidupan adalah nyata, satu-satunya pertanyaan yang masih tersisa adalah
"melalui proses yang bagaimanakah makhluk hidup diciptakan." Di
sinilah letak kesalahpamahaman yang terjadi di kalangan sejumlah kaum mukmin.
Logika keliru yang mengatakan bahwa "Makhluk hidup mungkin saja diciptakan
melalui proses evolusi dari satu bentuk ke bentuk lain" sebenarnya masih
berkaitan dengan bagaimana proses terjadinya penciptaan makhluk hidup
berlangsung.
Sungguh, jika Allah menghendaki, Dia bisa saja menciptakan makhluk
hidup melalui proses evolusi yang berawal dari sebuah ketiadaan sebagaimana
pernyataan di atas. Dan oleh karena ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa
makhluk hidup berevolusi dari satu bentuk ke bentuk yang lain, kita bisa
mengatakan bahwa, "Allah menciptakan kehidupan melalui proses
evolusi." Misalnya, jika terdapat bukti bahwa reptil berevolusi menjadi
burung, maka dapat kita katakan,"Allah merubah reptil menjadi burung
dengan perintah-Nya "Kun (Jadilah)!". Sehingga pada akhirnya kedua
makhluk hidup ini masing-masing memililiki tubuh yang dipenuhi oleh
contoh-contoh rancangan yang sempurna yang tidak dapat dijelaskan dengan konsep
kebetulan. Perubahan rancangan ini dari satu bentuk ke bentuk yang lain - jika
hal ini memang benar-benar terjadi - akan sudah barang tentu bukti lain yang
menunjukkan penciptaan.
Akan tetapi, yang terjadi ternyata bukan yang demikian. Bukti-bukti
ilmiah (terutama catatan fosil dan anatomi perbandingan) justru menunjukkan hal
yang sebaliknya: tidak dijumpai satu pun bukti di bumi yang menunjukkan proses
evolusi pernah terjadi. Catatan fosil dengan jelas menunjukkan bahwa spesies
makhluk hidup yang berbeda tidak muncul di muka bumi dengan cara saling
berevolusi dari satu spesies ke spesies yang lain. Tidak ada perubahan bentuk
sedikit demi sedikit dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup yang lain
dalam jangka waktu yang lama. Sebaliknya, spesies makhluk hidup yang berbeda
satu sama lain muncul secara serentak dan tiba-tiba dalam bentuknya yang telah
sempurna tanpa didahului oleh nenek moyang yang mirip dengan bentuk-bentuk
mereka. Burung bukanlah hasil evolusi dari reptil, dan ikan tidak berevolusi
menjadi hewan darat. Tiap-tiap filum makhluk hidup diciptakan masing-masing
secara terpisah dengan ciri-cirinya yang khas. Bahkan para evolusionis yang
paling terkemuka sekalipun telah terpaksa menerima kenyataan tersebut dan
mengakui bahwa hal ini membuktikan adanya fakta penciptaan. Misalnya, seorang
ahli palaentologi yang juga seorang evolusionis, Mark Czarnecki mengaku
sebagaimana berikut:
Masalah utama yang menjadi kendala dalam pembuktian teori evolusi
adalah catatan fosil; yakni sisa-sisa peninggalan spesies punah yang terawetkan
dalam lapisan-lapisan geologis Bumi. Catatan [fosil] ini belum pernah
menunjukkan bukti-bukti adanya bentuk-bentuk transisi antara yang diramalkan
Darwin - sebaliknya spesies [makhluk hidup] muncul dan punah secara tiba-tiba,
dan keanehan ini telah memperkuat argumentasi kreasionis [=mereka yang
mendukung penciptaan] yang mengatakan bahwa tiap spesies diciptakan oleh Tuhan.
(Mark Czarnecki, "The Revival of the Creationist Crusade", MacLean's,
19 Januari 1981, hal. 56)
Khususnya selama lima puluh tahun terakhir, perkembangan di
berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti palaentologi, mikrobiologi, genetika
dan anatomi perbandingan, dan berbagai penemuan menunjukkan bahwa teori evolusi
tidak lah benar. Sebaliknya makhluk hidup muncul di muka bumi secara tiba-tiba
dalam bentuknya yang telah beraneka ragam dan sempurna. Oleh karena itu, tidak
ada alasan untuk mengatakan bahwa Allah menggunakan proses evolusi dalam
penciptaan. Allah telah menciptakan setiap makhluk hidup masing-masing secara
khusus dan terpisah, dan pada saat yang sama, dengan perintah-Nya "Kun
(Jadilah)!" Dan ini adalah sebuah fakta yang nyata dan pasti.
C.
Penciptaan Alam Dalam Pandangan Sains Modern
Alam semesta merupakan ruang kosong mahaluas tanpa batas, tanpa
sinar terang, tanpa gaya apapun, tanpa gravitasi apapun, tidak ada pengertian
atas dan abwah, juga tidak ada pengertian utara-selatan, timur dan barat yang di dalamnya berisi 1 miliar galaksi
dan tiap-tiap galaksi terdiri dari 100 miliar bintang, dimana tiap-tipa bintang
adalah matahari dengan tata suryanya sendiri-sendiri.
Pandangan mengenai asal-usul alam mulai dapat dikoreksi dari
berbagai pemikiran para saintis berabad-abad yang lalu. Dalam era fisika klasik
(abad XVII-XVIII), Isaac Newton menggagas bahwa alam semesta ini bersifat
statis. tidak berubah status totalitasnya dari waktu tak terhingga lamanya yang
telah lampau, sampai waktu tak terhingga lamanya yang akan datang. Gagasan
tentang alam tersebut secara tidak langsung menggambarkan bahwa alam tak
berawal dan tak berakhir, atau dengan kata lain, alam ada tanpa adanya proses
penciptaan.
Pandangan klasik Newton ini didasarkan pada pengalaman para
fisikawan di laboratorium, bahwa materi itu bersifat kekal. Pandangan ini
kemudian dikukuhkan oleh Lavoisier pada akhir abad XVIII dengan “Hukum
Kekekalan Materi”. Pandangan bahwa alam ini kekal, kemudian dikenal sebagai
Pandangan Klasik Newtonian.
Awal abad XX, muncullah Albert Einstein, yang berusaha melukiskan
bahwa alam benar-benar statis dalam bentuk rumus matematika yang rumit. Namun,
Friedman menyatakan bahwa rumusan Einstein itu justru menggambarkan bahwa
alam ini dinamis dan hal inilah yang tepat sehingga dikenal sebagai Model
Friedman tentang alam.
Dari gagasan-gagasan di atas, maka lahirlah konsepsi, bahwa sekitar
15 miliar tahun yang lampau di dalam ruang kosong luas tanpa batas terdapat
sebongkah besar inti atom padat meledak sangat dahsyat melepaskan zat
hydrogen ke segala arah menjadi galaksi-galaksi bintang, dengan proses
pembentukan atom yang lebih berat, sehingga di bumi kita ini terdapat 106 unsur
atom. Dan kini sisa energi ledakan itu mengakibatkan materi alam
(galaksi-galaksi) saling menjauh. Gagasan mengenai asal-usul alam ini kemudian
dikenal sebagai Teori Big Bang.
Teori Big Bang didukung oleh beberapa penemuan mutakhir. Pertama,
penemuan Edwin Powell Hubble, astronom kebangsaan Amerika Serikat di
observatorium California Mount Wilson thn 1924. ketika Hubble mengamati
bintang-bintang diangkasa Melalui teleskop raksasanya, ia mendapati spectrum
cahaya merah diujung bintang-bintang tersebut. Menurut teori fisika yang sudah
diakui, spectrum cahaya berkelap-kelip yang bergerak yang menjauhi tempat
observasi cenderung mendekati warna merah. Pengamatan tersebut memberi
kesimpualan bahwa berbagai galaksi saling menjauh dengan kecepatan sampai
beberapa ribu kilometer per detik. Hal ini berarti bahwa alam sedang
berekspansi (meluas/melebar) atau dikatakan bahwa alam bersifat dinamis.
Kedua, hasil hitungan cermat Albert Einstin yang menyimpulkan bahwa
alam semesta dinamis, tidak statis artinya alam semesta terus berkembang.
Meskipun pada mulanya terimbas gagasan bahwa alam itu statis, lalu mengembangkan
formula matematisnyanya dan berusaha melukiskan bahwa alam benar-benar statis,
namun hal itu justru menggambarkan bahwa alam itu dinamis.
Ketiga, pada tahun 1948, George Gamov berpendapat bahwa setelah
ledakan dahsyat ini akan ada radiasi yang tersebar merata dan melimpah di alam
semesta, radiasi tersebut dinamai radiasi kosmos. Hal ini ditemukan oleh Arno
Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965 keduanya mendapat hadiah nobel dari
penemuan tersebut Penemuan ini semakin menguatkan bahwa alam semesta terbentuk
dari sebuah ledakan dahsyat.
Keempat, adanya jumlah unsur hydrogen dan helium di alam semesta
yang sesuai dengan perhitungan konsentrasi hydrogen-helium merupakan sisa dari
ledakan dahsyat tersebut. Kalau saja alam ini tetap dan abadi maka hydrogen di
alam semesta telah habis berubah menjadi helium.
Gagasan teori Big Bang itu didasarkan juga bahwa galaksi-galaksi
yang saling menjauh itu, kurang lebih seragam di seluruh jagad raya. Ahli
Fisika George Gamow menganalogikan tentang efek perluasan tersebut sepeti
sebuah balon yang menggembung. Kalau kita meniup sebuah balon yang diberi
bintik-bintik, maka seluruh bintik itu akan terlihat saling menjauh.
Kini, peristiwa Big Bang yang ditengarai menandai dimulainya
penciptaan alam semesta itu bukan hanya sekedar “teori”, tetapi sudah menjadi
“keyakinan ilmiah” para ilmuan. Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa
galaksi-galaksi saling menjauh dengan kecepatan kira-kira 32 kilometer/ detik
untuk setiap jarak satu juta tahun cahaya, maka dapatlah diperhitungkan bahwa
alam semesta ini tercipta dengan proses Big Bang antara 15-20 milyar tahun yang
lalu.
D. Hubungan Penciptaan Alam dalam Pandangan Islam dan Sains Modern
Diantara segi kemukjizatan Al-Qur’an adalah adanya beberapa
petunjuk yang detail mengenai ilmu pengetahuan umum yang telah ditemukan
terlebih dahulu dalam Al-Qur’an sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern.
Penciptaan alam berdasarkan konsep Islam dan Sains modern ternyata memiliki
hubungan, dan dari beberapa hasil observasi kosmolog ternyata banyak yang
sesuai dengan beberapa firman Allah SWT, antara lain sebagai berikut:
1.
Surat
al-Anbiya’ ayat 30
”Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit
dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahakan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?”
Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa alam semesta sebelum
dipisahkan Allah merupakan sesuatu yang padu. Sesuatu yang padu itulah yang
oleh kosmolog disebut dengan titik singularitas. Sedangkan yang dimaksud
pemisahan ialah ledakan singularitas dengan sangat dahsyat, yang kemudian
menjadi alam semesta yang terhampar.
Selanjutnya, dikatakan bahwa segala kehidupan itu berasal dari air.
Tiga ahli kosmologi dan astronomi, yaitu Georges Lamaitre, George Gamow, dan
Stephen Hawking menjelaskan bahwa atom-atom yang tebentuk sejak peristiwa Big
Bang adalah atom Hidrogen (H) dan Helium (He). Adapun air terdiri dari atom
hidrogen dan oksigen (H2O), artinya, sejak tahun 1400 tahun silam
Al-Qur’an telah menyebutkannya jauh sebelum tiga pakar tersebut mengemukakan
teorinya.
2. Surat Az-Zariyat ayat 47
(Artinya) “Dan langit kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”
Menurut Baiquni yang dimaksud Banayna bi’abidin oleh ayat
ini adalah ketika ledakan besar terjadi dan inflasi melandanya sehingga
beberapa dimensinya menjadi terbentang. Sedangkan yang dimaksud dengan inna
lamusi’un, adalah Tuhan yang membuat kosmos berekspansi. Pernyataaan ini
diperkuat oleh maksud lafal yang terpakai, yakni isim al-fa’il, active
participle yang menunjukkan bersifat tetap dan permanen seperti yang
dikemukakan sebelumnya. Hal ini berarti ekspansi alam berlangsung sejak ledakan
besar sampai seterusnya.
Kata musi’un dalam bahasa arab sangatlah tepat diterjemahkan
sebagai “meluaskan” atau “mengembangkan” yang sesuai dengan penjelasan sains
masa kini bahwa alam semesta memang meluas atau mengembang. Stephen Hawking,
dalam A Brief History of Time (1980), mengatakan bahwa penemuan bukti
mengembangkannya alam semesta merupakan salah satu revolusi terbesar dalam
ilmu pengetahuan abad ke-20. Berdasarkan teori Bing Bang yang telah diterima,
alam semesta terbentuk sekitar 13,7 miliar tahun lalu dan terus mengembang
sejak saat itu. Pakar-pakar Astronomi mengenali empat model grafik alam semesta
di masa akan datang, yaitu accelerating expansion (pengembangan yang
bertambah cepat), open universe (alam semesta terbuka), flat unirvese
(alam semesta datar), dan closed universe (alam semesta tertutup). Model
closed universe menjelaskan bahwa suatu saat alam semesta akan mengerut.
3.
Surat
Al-Fusilat ayat 11
(Artinya) “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan ruang alam
(al-sama’) dan ruang alam (al-sama’) ketika penuh embunan (dukhan), lalu Dia
berkata kepada ruang alam (al-sama’) dan kepada materi (al-ardh): “Datanglah
kamu keduanya menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya
menjawab:”Kami datang dengan suka hati.”
Sehubungan dengan tidak adanya Al-Qur’an menjelaskan apa
sesungguhnya yang dimaksud dengan kata dukhan, karena itu beberapa
referensi berusaha menafsirkan kata ini sedemikian rupa. Bucaille memahami kata
ini sebagai asap yang terdiri dari stratum (lapisan) gas dengan
bagian-bagian yang kecil yang mungkin memasuki tahap keadaan keras atau cair
dan dalam suhu rendah atau tinggi. Ibnu Katsir menafsirkan dengan sejenis uap
air. Al-Raghib melukiskan kehalusan dan keringanan sifat dukhan. Menurut
Hanafy Ahmad, karena sifat sedemikian, Ia dapat mengalir dan beterbangan di
udara seperti mengalir dan beterbangan al-sahab.
Agar tidak terjadi kekeliruan dalam menangkap maksud kata dukhan
yang dihubungkan dengan proses penciptaan alam semesta, maka seharusnya
kata ini dipahami dengan hasil temuan sains yang telah dihandalkan kebenarannya
secara empiris. Tentu saja merupakan suatu kesalahan bagi yang mengatakan bahwa
ruang alam (al-sama’) berasal dari materi sejenis dukhan.
Berdasarkan dalam surat Al-Fusilat ayat 11, dukhan tidak menunjukkan
suatu materi asal ruang alam (al-sama’), akan tetapi ia menjelaskan
tentang bentuk alam semesta ketika berlangsungnya fase awal penciptaannya. Hal
ini diperkuat dengan hasil temuan ilmuwan bahwa pada suatu ketika dalam
penciptaan terjadinya ekspansi yang sangat cepat sehingga timbul “kondensasi”
proses dimana pemuaian dan gas kehilangan panas dan akan berubah bentuk menjadi
cair. Saat pemuaian dan gas naik ke tempat lebih tinggi, temperatur udara
lingkungan sekitar akan semakin turun menyebabkan terjadinya proses kondensasi
dan kembali ke bentuk cair dan energi berubah menjadi materi.
Sebagaimana dukhan, Al-Qur’an juga menunjukkan bahwa zat
alir atau sop kosmos (al-ma’) telah ada sebagai salah satu kondisi terwujudnya
alam semesta. Dengan kata lain, sebelum alam semesta terbentuk seperti
sekarang, ia mengalami bentuk atau sifat semacam zat alir atau sop kosmos.
BAB III
KESIMPULAN
Sungguh sangat penting bagi orang-orang yang beriman untuk
senantiasa waspada dan berhati-hati terhadap sistem ideologi yang ditujukan
untuk melawan Allah dan din-Nya. Selama 150 tahun, teori evolusi atau
Darwinisme telah menjadi dalil serta landasan berpijak bagi semua ideologi anti
agama yang telah menyebabkan tragedi bagi kemanusiaan seperti fasisme,
komunisme dan imperialisme; serta melegitimasi berbagai tindak kedzaliman tak
berperikemanusiaan oleh mereka yang mengadopsi berbagai filsafat ini. Oleh karenanya,
tidak sepatutnya kenyataan dan tujuan yang sesungguhnya dari teori ini
diabaikan begitu saja. Bagi setiap orang yang mengaku muslim, ia memiliki
tanggung jawab utama dalam membuktikan kebohongan setiap ideologi anti agama
yang menolak keberadaan Allah dengan perjuangan pemikiran dalam rangka
menghancurkan kebatilan dan menyelamatkan masyarakat dari bahayanya.
Proses penciptaan Alam dimulai dari penyatuan antara ruang alam dan
materi dari sesuatu yang padu (Al-Anbiya’ ayat 30) kemudian terjadi pemisahan
oleh allah dengan mengalami proses transisi membentuk dukhan. Setelah
itu ruang alam melebar, meluas, dan memuai (Adz-Zariyat ayat 47). Proses
penciptaan alam berlangsung selama enam periode, dimana empat periode
penciptaan bumi dan dua periode penciptaan langit (Al-Fushilat ayat 9-12).
Penciptaan alam dalam pandangan kosmologi modern, secara kronologis
alam tercipta bermula dari ruang kosong, kemudian inti atom padat meledak, lalu
menjadi galaksi, dan menjadi bintang-bintang dengan tata suryanya sendiri-sendiri.
Hubungan antara penciptaan alam dalam pandangan islam dan sains
modern adalah bersesuaian. Keduanya sama sekali tidak bertentangan sehingga
adanya sains modern dapat mengungkap rahasia proses penciptaan alam yang
terdapat dalam Al-Qur’an.
REFERENSI
http://citysaidah.wordpress.com/2010/02/18/penciptaan-manusia-menurut-alquran/
http://derizzain.multiply.com/journal/item/40
Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang
Terhadap Agama . harun yahya
http://blog.uin-malang.ac.id/nirmala/2011/11/05/proses-penciptaan-alam/
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/13/lov4l0-alquran-dan-sains-ilmu-pengetahuan-sosial
Tidak ada komentar:
Posting Komentar