Jumat, 19 September 2014

Alangkah bahagianya Suamiku


bismi-lLah wa-lhamdu li-lLah wa-shshalatu wa-ssalamu 'ala rasuli-lLah
wa 'ala alihi wa ashhabihi wa ma-wwalah, amma ba'd, assalamu 'alaikum.

 Ya Allah, Alangkah Bahagianya Calon Suamiku Itu...

Hudzaifah.org - Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda yang
bernama Zahid yang berumur 35 tahun namun belum juga menikah. Dia
tinggal di Suffah masjid Madinah. Ketika sedang memperkilat pedangnya
tiba-tiba Rasulullah SAW datang dan mengucapkan salam. Zahid kaget dan
menjawabnya agak gugup.

"Wahai saudaraku Zahid..selama ini engkau sendiri saja," Rasulullah
SAW
menyapa. "Allah bersamaku ya Rasulullah," kata Zahid. "Maksudku kenapa
engkau selama ini engkau membujang saja, apakah engkau tidak ingin
menikah.,"kata Rasulullah SAW. Zahid menjawab, "Ya Rasulullah, aku ini
seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa
yang mau denganku ya Rasulullah?" " Asal engkau mau, itu urusan yang
mudah!" kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW memerintahkan sekretarisnya untuk membuat
surat
yang isinya adalah melamar kepada wanita yang bernama Zulfah binti
Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan
terkenal sangat cantik jelita. Akhirnya, surat itu dibawah ke rumah
Zahid dan oleh Zahid dibawa kerumah Said. Karena di rumah Said sedang
ada tamu, maka Zahid setelah memberikan salam kemudian memberikan
surat
tersebut dan diterima di depan rumah Said. "Wahai saudaraku Said, aku
membawa surat dari Rasul yang mulia diberikan untukmu saudaraku." Said
menjawab, "Adalah suatu kehormatan buatku." Lalu surat itu dibuka dan
dibacanya. Ketika membaca surat tersebut, Said agak terperanjat karena
tradisi Arab perkawinan yang selama ini biasanya seorang bangsawan
harus kawin dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus kawin
dengan
orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.

Akhirnya Said bertanya kepada Zahid, "Wahai saudaraku, betulkah surat
ini dari Rasulullah?" Zahid menjawab, "Apakah engkau pernah melihat
aku
berbohong.."

Dalam suasana yang seperti itu Zulfah datang dan berkata, "Wahai ayah,
kenapa sedikit tegang terhadap tamu ini.. bukankah lebih disuruh
masuk?"
"Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau
supaya engkau menjadi istrinya," kata ayahnya. Disaat itulah Zulfah
melihat Zahid sambil menangis sejadi-jadinya dan berkata, "Wahai ayah,
banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku
tak mau ayah...!" dan Zulfah merasa dirinya terhina. Maka Said berkata
kepada Zahid, "Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri anakku tidak
mau.bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa
lamaranmu ditolak." Mendengar nama Rasul disebut ayahnya, Zulfah
berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya, "Wahai ayah, mengapa
membawa-bawa nama rasul?" Akhirnya Said berkata, "Ini yang melamarmu
adalah perintah Rasulullah." Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan
menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya,
"Wahai ayah, kenapa sejak tadi ayah berkata bahwa yang melamar ini
Rasulullah, kalau begitu segera aku harus dikawinkan dengan pemuda
ini.

Karena ingat firman Allah dalam Al-Qur'an surat 24 : 51. "Sesungguhnya
jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan
Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) diantara mereka ialah
ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat". Dan mereka itulah
orang-orang yang
beruntung. (QS. 24:51)"

Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa dan baru kali
ini
merasakan bahagia yang tiada tara dan segera pamit pulang. Sampai di
masjid ia bersujud syukur. Rasul yang mulia tersenyum melihat
gerak-gerik Zahid yang berbeda dari biasanya. "Bagaimana Zahid?"
"Alhamdulillah diterima ya rasul," jawab Zahid. "Sudah ada persiapan?"
Zahid menundukkan kepala sambil berkata, "Ya Rasul, kami tidak
memiliki
apa-apa." Akhirnya Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman,
dan Abdurrahman bi Auf. Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak,
Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan perkawinan. Dalam kondisi
itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum
kafir
yang akan menghancurkan Islam.

Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin sudah
siap-siap
dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya, "Ada apa ini?" Sahabat
menjawab, "Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita,
maka apakah engkau tidak mengerti?". Zahid istighfar beberapa kali
sambil berkata, "Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual
dan akan kubelikan kuda yang terbagus." Para sahabat menasehatinya,
"Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak
berperang?" Zahid menjawab dengan tegas, "Itu tidak mungkin!" Lalu
Zahid menyitir ayat sebagai berikut, "Jika bapak-bapak, anak-anak,
suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai daripada
Allah dan Rasul-Nya (dari) berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah
sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik." (QS. 9:24).

Akhirnya Zahid (Aswad) maju ke medan pertempuran dan mati syahid di
jalan Allah. Rasulullah berkata, "Hari ini Zahid sedang berbulan madu
dengan bidadari yang lebih cantik daripada Zulfah."

 Lalu Rasulullah membacakan Al-Qur'an surat 3 : 169-170 dan 2:154).
"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu
mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang
diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal dibelakang yang belum menyusul mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati".(QS 3: 169-170).

"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di
jalan
Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup,
tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS. 2:154).

Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfahpun
berkata, "Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku
tidak bisa
mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat."


HIKMAH
Mudah-mudahan bermanfaat dan bisa menjadi renungan buat kita bahwa,
"Untuk Allah di atas segalanya, and die as syuhada."

Jazakumullah.

"Jika seorang anak Adam meninggal, maka terputuslah semua amalnya
kecuali 3 hal : Shadaqah Jariyyah, Ilmu yg Bermanfaat dan Anak yg
Shalih yg Mendoakannya." (Hadits Shahih Riwayat Muslim no.1631, dan
Ahmad 2/372)

Tidak ada komentar: