KAJIAN
LITERATUR (REVISI UAS)
Tafsir Ayat-ayat Kosmos
dalam al-Qur’an al-Karim
(Karya Zaghloul el-Naggar)
Makalah
ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian
Literatur
Dosen
Pengampu:
Dr.
Hj. Nur Arfiyah Febriyani
Disusun oleh:
Muhammad
Yulian Ma’mun
NPM:
11.04.2010342
PROGRAM
PASCASARJANA
JURUSAN
ILMU TAFSIR SEMESTER III
INSTITUT
PTIQ JAKARTA
2013/2014
ABSTRAK
Konsep kosmologi abad ke-20 pasca
observasi Hubble (1929) meyakini bahwa jagat raya ini dibikin oleh Sang
Pencipta. Ini karena alam semesta terus mengembang (expanding universe)
dari sebuah materi tunggal yang menyebabkan ledakan Big Bang.Di kemudian hari, Steinhardt
dan Turok (2002) meragukan teori ini.
Mereka berpendapat bahwa semesta tidak ada awal dan akhir. Big Bang hanyalah
salah satu dari fenomena yang terjadi di alam. Meski demikian, mayoritas
ilmuwan berkeyakinan bahwa alam ini diciptakan.
Dr. Zaghloul el-Naggar, pakar
Geologi dari Mesir menemukan banyak tanda-tanda keberadaan sang Pencipta di
alam yang sudah disebutkan al-Qur’an. Lewat isyarat yang ada dia semakin yakin
bahwa Allah lah yang menciptakan semesta dan semua yang terjadi dalamnya bukan
suatu kebetulan. Ada kekuatan Maha Besar yang mengatur ini semua.
Bagaimana el-Naggar menafsirkan
ayat-ayat kosmos (al-ayat al-kawniyyah) dalam al-Qur’an sesuai latar
belakangnya sebagai saintis?
Menurut Dr Mohammad Zaidi bin
Ismail, Islam sebagai sebuah agama samawi yang bersumber dari wahyu memiliki
pandangan hidup sendiri. Islam mengajarkan pemahaman yang berbeda atas ilmu
pengetahuan dan sains dari apa yang biasa dipahami oleh masyarakat dan
peradaban lainnya. Dalam pandangan ini, kosmos—alam semesta— dianggap sebagai
kitab ciptaan (the created book) yang terdiri dari petunjuk-petunjuk,
atau tanda Ilahiyah. Dari membaca alam, manusia akan mengetahui tanda kebesaran
Allah.
Tulisan ini membedah latar belakang hidup dan pemikiran Zaghloul
el-Naggar hingga bisa menjadi salah satu ikon tafsir bercorak sains. Berikut
disertakan beberapa contoh penafsiran beliau yang berhubungan dengan alam, dan
bagaimana menggunakan sains sebagai pisau pembedah rahasia Ilahi yang ada dalam
ayat al-Qur’an. Tafsir tersebut dikutip dari buku Selekta dari Tafsir Ayat-ayat
Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim karya ilmuwan berusia 80 tahun ini.
Dengan
demikian, tidak ada tirai pemisah antara sains dengan al-Qur’an. Fenomena alam
yang dikuak sains beberapa waktu belakangan justru sudah disebutkan oleh
al-Qur’an beberapa abad silam, jauh sebelum kebangkitan pengetahuan yang
sedemikian pesat. Semua yang tampak di jagat ini adalah ayat yang menunjukkan
kebesaran-Nya. Umat manusia harus membaca dengan baik dua kitab sebagai pedoman
hidupnya; al-Qur’an sebagai kitab suci ”tertulis di atas kertas” dan alam
semesta sebagai kitab yang keberadaannya ada di mana-mana.
Kata Kunci: Al-Qur’an dan Sains, Zaghloul
el-Naggar, Kosmologi.
BAB I
MUKADIMAH
Sebagai himpunan wahyu Allah SWT
yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, al-Qur’an berisi tuntunan dan pedoman
bagi umat manusia. Tuntunan ini bertujuan agar menata hidup manusia supaya
bahagia di dunia dan akhirat. Allah menyebut al-Qur’an dalam berbagai nama,
diantaranya; Tibyan, al-Furqan, adz-Dzikr, al-Kitab, Rahmat, Syifaa’ dan
Huda.[1]
Dalam mencapai fungsi di atas,
terutama sebagai huda, al-Qur’an tidak hanya menyebut dasar peraturan
hidup dengan Tuhan dan sesama manusia belaka, tapi juga dengan ilmu pengetahuan
dan alam semesta. Ada lebih dari 1000 ayat baik secara tersurat maupun implisit
yang menyebutkan tentang fenomena alam, baik yang sudah terungkap, belum
terungkap bahkan yang baru saja terungkap di abad modern ini.
Penjelasan al-Qur’an tentang alam
semesta dan segala aspeknya tidak terhimpun dalam satu kesatuan fragmen saja.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan itu berkesinambungan, tersebar di dalam
al-Qur’an.[2]
Semua makhluk—baik benda hidup maupun benda mati—di alam semesta
ini pada intinya adalah beribadah dan bertasbih kepada Allah.[3]
Hanya saja manusia sebagai makhluk yang lemah dan bodoh, serta mudah
diombang-ambingkan setan dan hawa nafsu kadang tidak melihat tanda-tanda
tersebut. Bahkan ada manusia yang menjadi ingkar kepada Tuhan.
Melalui makalah yang sederhana
ini, penulis mencoba menelisik pemikiran tafsir terhadap ayat-ayat yang
membahas alam semesta karya Zaghloul el-Naggar. Dengan latar belakang sebagai
ulama yang intelek[4],
el-Naggar mengkombinasikan pemahaman agama yang kuat—yang diperolehnya dari
keluarga dan aktifitas sosial-politiknya—dengan pendidikan sains yang
diperolehnya di bangku akademik dalam menafsirkan ayat al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Biografi
Penulis
Zaghloul lahir dari keluarga
cendikiawan muslim yang taat beragama. Keluarganya amat menjunjung tinggi
pendidikan. Ia hafal al-Qur’an sejak usia 10 tahun. Kakek dan ayahnya adalah
ulama keluaran al-Azhar yang amat menggemari ilmu dan buku, terutama yang
berhubungan dengan agama Islam. Hal ini bisa terlihat lewat perpustakaan
keluarga yang ada di rumah mereka. Kakeknya, Syekh Muhammad el-Naggar adalah
imam di kota Basyoun, provinsi al-Gharbiya, Mesir.
Semangat keilmuan ayahnya yang
berprofesi sebagai guru menular ke Zaghloul kecil. Salah satu kebiasaan unik
ayahnya adalah saat bulan Ramadhan tiba, dia mengundang ulama terkemuka di
daerahnya untuk santap sahur bersama di rumah. Tak jarang tokoh agama dari luar
negeri yang kebetulan berkunjung ke Mesir juga hadir di kediaman keluarga
el-Naggar. Zaghloul yang saat itu masih anak-anak begitu antusias menyimak
perbincangan tokoh-tokoh tersebut.
“Saya dan saudara-saudara saya ikut
berkerumbung mendengar perkataan para ulama tersebut”, demikian ucap Zaghloul
kepada Gamal Nkrumah, wartawan koran al-Ahram Weekly.
Pada pertengahan era 1940an,
keluarganya pindah ke Kairo. Saat itu, Mesir berada di bawah otoritas kolonial Inggris.[5]
Kesemena-menaan pemerintah kolonial Inggris yang mengendalikan kerajaan Mesir
terekam jelas di benak Zaghloul. Kondisi ini menumbuhkan semangat
anti-penjajahan di dalam keluarganya. Apalagi Syekh Amin al-Hussayni, ulama
terkemuka dari Yerussalem pernah ikut menghadiri “majelis sahur” keluarga
el-Naggar. Dari Syekh ini, Zaghloul banyak belajar mengenai nasionalisme,
kolonialisme Barat dan isu bangsa Yahudi di Palestina.
Tokoh lain yang ikut mewarnai
pemikiran Zaghloul muda adalah Hasan al-Banna dan Sayyid Quthb. Pemikiran dua
tokoh ini tentang kebangkitan Islam begitu terpatri dalam jiwa Zaghloul yang
ikut demonstrasi anti Inggris saat itu. Dua rekannya sesama aktivis al-Ikhwan
al-Muslimin, Omar Shahin dan Ahmed al-Mineisi gugur.
Tahun 1951, Zaghloul melanjutkan
pendidikan di Universitas Kairo. Saat itu, kampus menjadi pusat pergerakan kaum
muda Mesir menggagas revolusi. Selepas lulus dan menggondol gelar sarjana tahun
1955, el-Naggar dijebloskan ke penjara selama 9 bulan. Aktivitas politiknya
bersama Ikhwan dianggap pemerintah sebagai ancama terhadap penguasa saat itu. Selanjutnya
tekanan pemerintah membuat el-Naggar berkelana ke negara teluk dan Eropa.
Sampai-sampai ia tidak bisa menghadiri pemakaman saat ayahnya wafat bulan
Desember 1961, begitu pula saat ibunya meninggal tahun 1968.
Mendekam dalam tahanan adalah
tempaan mental dan spiritual yang amat berpengaruh bagi Zaghloul. Di ruangan
sempit inilah, suatu malam ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang
menyemangatinya untuk berjuang demi agama Islam.
Begitu bebas ia mengajar di
fakultas geologi, King Saud University, Riyadh tahun 1959. Ia melanjutkan
program pasca sarjana di Inggris hingga meraih gelar Ph. D dari University of
Wales di bawah bimbingan Professor Allen Wood, ahli geologi ternama. Atas
prestasinya di tahun 1963 itu, ia dianugerahi beasiswa penelitian pasca
doktoral di universitas yang sama selama 3 tahun. Tidak lama kemudian civitas
akademika King Saud University memintanya untuk ikut membidani berdirinya
Departemen Geologi di sana. Sebagai gantinya, pihak kampus memberangkatkannya
ke Inggris setiap musim panas untuk membereskan studinya. Keadaan ini
berlangsung selama 7 tahun. Setelah presiden Gamal Abdel Nasser mangkat tahun
1970, barulah ia kembali ke tanah air.
Setiap menjadi juri Musabaqah
al-Qur’an tingkat internasional—yang diadakan di Jeddah dan Doha—, Zaghloul selalu
terkesima dengan anak-anak kecil yang menjadi peserta lomba menghafal
al-Qur’an. Walau dalam usia yang masih belia mereka bisa menghafal dengan baik,
bahkan mengucapkan ayat dengan fasih—lebih fasih daripada anak-anak bangsa Arab
sendiri. Padahal mereka berasal dari negeri-negeri muslim non-Arab seperti
Afrika, Asia Selatan (India, Bangladesh & Pakistan) serta Asia Tenggara
(Indonesia, Malaysia, Thailand & Filipina).
Menurutnya, persatuan umat Islam
adalah hal yang fundamental. Allah menciptakan manusia dari satu jiwa. Semua
manusia sama terlepas dari perbedaan ras, warna kulit, dan tempat asalnya.
Setiap orang terlahir dengan fitrah yang sudah ditanamkan oleh Tuhan.
Zaghloul berpendapat bahwa ilmu
dan agama adalah satu kesatuan. Dari sini muncul peradaban Islam. Esensi
peradaban Islam adalah agama Islam. Dan esensi dari agama Islam adalah tauhid,
suatu pengakuan bahwa Allah itu Maha Esa.
Dalam penelitiannya, dia selalu
mengajak peneliti non-muslim untuk ikut membedah al-Qur’an secara objektif dan
ajaran Nabi Muhammad SAW. Ia menyarankan mereka agar saat meneliti makna
al-Qur’an tidak bergantung hanya pada satu terjemahan. Terjemah linguistik
kadang tidak bisa mencakup semua makna yang dikandung ayat al-Qur’an.[6]
Curicullum
Vitae[7]
Nama Lengkap : Zaghloul Ragheb Muhammad el-Naggar
Lahir : Gharbiyya, 17
November 1933
Domisili : Kairo, Mesir
Pendidikan
1.
Fakultas Sains Universias Kairo (1955).
2.
Ph D dari Wales University, UK (1963).
Karir Profesional
1.
Ketua komite, Scientific Notions in the Glorious Qur'an (Komite al-I’jaz
al-‘Ilmi) Majelis Tinggi Urusan Agama Islam, Kairo, Mesir (2001-sekarang).
2.
Rektor Universitas al-Ahqaf, Yaman (1996-99).
3.
Direktur, Markfield Institute of Higher Education, Markfield,
Leicester, U K (2000-01).
4.
Konsultan untuk Pendidikan Tinggi, Arab Institute for Development,
Khubr, Arab Saudi (1996-1999).
5.
Professor Ilmu Geologi, King Fahd University of Petroleum &
Minerals, Dhahran, Saudi Arabia (1979- 1996).
6.
Professor Ilmu Geologi dan Ketua Department of Geology, Qatar
University, Doha, Qatar (1978 - 1979).
7.
Professor Ilmu Geologi, Kuwait University, Kuwait (1972 -1978).
8.
Professor di Universiy of California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat
(1977- 1978).
9.
Associate Professor Ilmu Geology di Kuwait University, Kuwait (1967
-1972).
10.
Asisten Professor Ilmu Geology di King Saud University Riyadh, Arab
Saudi (1964 - 1967).
11.
Research Assistant dan Research Fellow, University College of
Wales, Aberystwyth, Cards, U K (1961 - 1964).
12.
Research Fellow di Robertson Research Laboratories, Llandulas
Abergele, North Wales, UK (1963-1966).
13.
Dosen di Departemen Geologi, King Saud University, Riyadh, Arab
Saudi (1959 -1961).
14.
Geolog Senior, Five Year Coal Plan Project, Sinai, Mesir (Maret-November
1959).
15.
Geolog, Tambang Emas Barramiya, Mesir (1958- 1959).
16.
Dosen di Departemen Geologi, Universitas Ain Syams, Kairo (1956 -
1958).
17.
Geologist, A.K.F.A.C. Phosphate Mines, Nile Valley, Egypt (1955 -
1956).
18.
Research Assistance, National Research Center, Dokki, Cairo, Egypt
(September, 1955 -November 1955).
19.
Geologist, Conrada (Sahara) Oil Company, Cairo, Egypt, (June 1955 -
Aug. 1955).
20.
Dewan Direksi, Islamic Academy of Sciences, Amman, Jordan.
21.
Pendiri dan dewan direksi, The International Organization on
Scientific Notions in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Arab Saudi.
22.
Associate Editor, Al - Rayyan Scientific Journal, Doha, Qatar.
23.
Member of the Advisory Board, MAAS Journal of Islamic Science, The
Muslim Association for the Advancement of Science, Aligarh, India.
24.
Associate Editor, Journal of Foraminiferal Research (Ithaca / New
York, U.S.A.).
25.
Member of the Editorial Board African Earth Sciences and the Middle
East. (Paris, France).
26.
Konsultan Ilmiah untuk majalah ilmiah di India, Mesir dan Arab
Saudi.
27.
Anggota Geological Society of London.
28.
Konsultan, Mus'ee de la Civilization Musulmane en Suisse (Museum
Peradaban Islam), Institut Culturel Musulman; La Chaux-de-Fonds, Swiss.
29.
Anggota Institute of Petroleum, London.
30.
Anggota American Association of Petroleum Geologists, Oklahoma,
Amerika Serikat.
31.
Anggota International Paleonitological Union.
32.
Anggota Geological Society of Egypt, Kairo.
33.
Penulis di surat kabar Al-Ahram (2001-sekarang).
Penghargaan
1. “Secondary Education Competition Award” Kementerian Pendidikan
Mesir (1951).
2. “Baraka Geology Award” Universias Kairo, Egypt (1955).
3. “Robertson Post-Doctoral Research Fellowship, University College
of Wales, Aberystwyth Cards, UK, (1963 - 1966).
4. “Best Papers Awards” The 7th Arab Petroleum Congress
(1970).
5. “Presidential Order of Merit”, Pemerintah Republik Sudan (2005).
6. Golden Badge of Honor for Sciences, Literature and Arts, Sudan
(2005).
Karya
Tulis yang Diterbitkan[8]
1.
The Issue of Scientific Miracles in the Holy Qur’an.
2.
Scientific Miracles in the Prophetic Sunnah.
3.
Earthquakes in the Holy Quran
4.
Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim.
Terjemah dari Mukhtarat min Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim.
5.
Min ayat al-I’jaz al-‘ilmi: al-Ardhu fi al-Qur’an al-Karim (Bumi
dalam al-Qur’an).
6.
Min ayat al-I’jaz al-‘ilmi: as-Sama’ fi al-Qur’an al-Karim (Langit
dalam al-Qur’an).
7.
Min ayat al-I’jaz al-‘ilmi: al-Insan fi al-Qur’an al-Karim (Manusia
dalam al-Qur’an).
B.
Islam dan Kosmologi
Secara etimologi Kosmologi merupakan paduan kata Kosmos (cosmos)
dan Logos, yang berarti ilmu tentang alam semesta. Dalam terminologinya salah
satu pengertian kosmologi ialah serangkaian keyakinan dan pandangan universal
yang tersistematis mengenai manusia dan alam semesta.
Kosmologi pada dasarnya adalah bagian dari instrumen memahami rukun
iman dalam aspek iman kepada Qada dan Qadar, dan iman kepada hari akhir.
Kosmologi memberikan benang merah dari relasi antara Tuhan (Allah swt), manusia
dan alam semesta. Dengan pemahaman yang benar tentang kosmologi, maka dapat
menciptakan harmoni dalam hubungan antara Tuhan, manusia dan alam semesta
(Tauhid).
Di tengah umat manusia terdapat aneka ragam kosmologi. Semuanya bisa dibagi dalam dikotomi kosmologi
ketuhanan dan kosmologi materialisme. Pandangan
materialisme berpendapat bahwa alam semesta ada sejak waktu yang tak terbatas,
dan karena tidak mempunyai awal atau akhir, alam semesta tidak diciptakan. Menurut
mereka, semua yang terjadi di alam ini hanya kebetulan belaka.
Namun sejak awal, kita melihat bahwa materialisme telah runtuh
karena gagasan tentang kekekalan materi telah dihancurkan oleh teori Dentuman
Besar (Big Bang) yang dikemukakan oleh Hubble (1929). Teori ini menunjukkan
bahwa jagat raya diciptakan dari ketiadaan.
C.
Contoh Penafsiran Ayat-ayat Kosmos[9]
1.
Penciptaan Manusia dalam al-Qur’an
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ مِن سُلاَلَةٍ مِّن طِينٍ {12} ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً
فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ {13} ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا
الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ
لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا ءَاخَرَ فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ
الْخَالِقِينَ {14}
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. (QS. 23:12)
Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
(QS. 23:13)
Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. (QS. 23:14)
Fakta-fakta ilmiah dalam ayat:
Pertama, komposisi tubuh manusia secara keseluruhan menyerupai struktrur
kimiawi tanah bercampur air (at-thin) dengan kelebihan yang tampak nyata pada
kasar oksigenm hidrogen, karbon dan fosfor pada tubuh manusia. Hal ini karena
dominasi unsur air dalam tubuh manusia sebesar 54% hingga 70%. Faktor lain
adalah karena manusia mengkonsumsi tumbuhan sebagai sumber makanan pembentuk
tubuh dan karbon dioksida yang berasal dari udara dalam bangunan rangkaian gizi
di sekitar karbohidrat.
Tanah pada umumnya terbentuk dari
unsur-unsru mineral yang secara mendasar terbentuk dari unsur-unsur alumino
silika hidro. Mineral-mineral tersebut tidak kurang dari sepuluh jenis yang
berbeda sesua dengan tingkat kecairan masing-masing unsur di samping perbedaan
kadar aluminium dan silikon.
Agaknya kondisi demikian itulah yang
dimaksud oleh Allah SWT dalam ayat 12 di atas.fakta ini berlaku pada diri
manusia pertama yakni Nabi Adam AS, berlaku pula pada anak cucunya yang berada
dalam turalng rusuk adam saat ia diciptakan. Setiap manusia mewarisi karakter
dari “tanah awal” yang menjadi bahan pembentuk manusia.
Unsur yang diwarisi dari nenek
moyang pertama kita ini tumbuh di dalam darah sang ibu saat bayi masih dalam
kandungan. Darah ibu bersumber dari makanan yang usulnya dari tanah. Sesudah lahir,
bayi mengandalkan air susu ibu dan susu hewani yang kesemuanya berasal dari
unsur-unsur di dalam tanah.
Kedua, pada firman Allah SWT: “…kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)…”
Mengingat panjangnya rentang waktu
antara penciptaan manusia dari saripati tanah dengan penciptaan air mani dari
saripati tersebut, maka al-Qur’an menggunakan kata sambung tsumma. Kata
sambung ini menunjuk makna perurutan dalam kurun waktu berjauhan. Kata nuthfah
dari segi bahasa mengandung pengertian air yang sedikit, setetes atau
beberapa tetes. Bentuk pluralnya (jamak) adalah nuthaf atau nithaf.
Kata tersebut digunakan al-Qur’an untuk mengungkapkan sel reproduksi atau gamet
(baik sel telur atau sperma)[10]
pada 12 ayat yang berbeda: An-Nahl: 4, al-Kahf: 37, al-Hajj: 5, al-Mu’minun:
13-14, Fathir: 11, Yasin: 77, Ghafir: 67, an-Najm: 46, al-Qiyamah: 37,
al-Insaan: 2 dan ‘Abasa: 19.
Dengan bercampurnya dua sel
reproduksi ini, terbentuklah zigot atau nuthfah amsyaj yang menyempurnakan
jumlah kromosom[11]
bagi spesies manusia. Kromosom ini jumlahnya 46 yang terdiri dari 23 pasang. 22
diantaranya membawa sifat-sifat biologis sedang sepasang menentukan jenis
kelamin; XY untuk laki-laki dan XX untuk perempuan.
Zigot kemudian melakukan pembelahan
secara cepat dan menjadi sel-sel yang lebih kecil dan seterusnya, hingga
berubah menjadi massa bulat sel yang disebut morula. Morula ini mulai terbenam
dalam dinding rahim, hal ini berlangsung dari hari ke-6 hingga hari ke 14
terhitung sejak terjadinya pembuahan. Fase penanaman (implantation stage) ini
membeutuhkan waktu selama satu minggu penuh sampai zigot terbenam di rahim dan
beranjak memasuki fase ‘alaqah atau segumpal darah. Pada fase tersebut,
panjang zigot berkisar antara 0,1 – 0,68 mm.
Rahim disebut sebagai tempat yang
kokoh sebab posisinya berada di tengah-tengah tubuh wanita, di tengah cekungan
tulang yang dikelilingi otot, urat dan selaput yang sangat kokoh. Di sini janin bisa bertahan selama sembilan bulan
atau lebih. Allah memberikan kemampuan bagi rahim untuk merespons pertumbuhan
janin yang terus memanjang bersamaan dengan penambahan bobotnya. Makhluk yang
sedang tumbuh ini dikelilingi cairan amino, selaput amino yang menyatu dengan
plasenta dan otot rahim yang tebal.
Ketiga, firman Allah SWT, “… kemudian air mani itu kami jadikan segumpal
darah… “
Karena panjangnya periode dari waktu
pembuahan sampai pembelahan zigot, yang terjadi dari hari pertama sampai hari
ke-14, al-Qur’an menggunakan kata sambung tsumma yang menunjukkan urutan
yang longgar.
Dalam kurun waktu dua minggu sejak
pembuahan telah terjadi proses melekatnya morula pada dinding rahim dengan
bantuan plasenta primitif yang selanjutnya berubah menjadi tali pusat. Dengan
terus bertambahnya jumlah sel dan mulai terbentuknya organ (terutama perangkat
saraf seperti saraf tulang belakang dan perangkat sirkulasi awal seperti
pembuluh jantung, dan ikat urat dan pembuluh), janin bertambah panjang pada
akhir minggu ke-3 (hari ke-21 sampai ke-25 janin), dan merubah bentuknya persis
seperti lintah. Deskripsi al-Qur’an tentang pertumbuhan janin dalam fase ini
dengan ungkapan al-‘alaq pada masa, di mana belum tersedia peralatan
mikroskop atau deteksi untuk mengetahui fase pertumbuhan janin. Panjang janin
tidak lebih dari 0,7 – 3,5 mm.
Keempat, firman
Allah SWT, “…lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal
daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging…”
Inilah tiga fase pertumbuhan janin
manusia yang dipertalikan oleh al-Qur’an engan kata sambung “fa” yang
menunjukkan urutan teratur dan kontributif. Hal itu karena berurutnya fase demi
fase dalam runtutan yang cepat sebagai berikut.
i. Berubahnya
saegumpal darah (‘alaqah) menjadi segumpal daging (mudghah). Fase dari ‘alaqah
terus berlangsung dari akhir minggu ke-2 hingga sebelum akhir minggu ke-4 usia
janin (sekitar hari ke-15 hingga ke-25). Pada pertengahan minggu ke-4 usia
janin (antara hari ke-24 sampai ke-26 dari saat terjadinya pembuahan). Segumpal
darah memasuki fase menjadi segumpal daging. Fase ini ditandai dengan munculnya
sejumlah belahan yang disebut somite yang diawali dengan munculnya satu belahan
dan terus bertambah hingga mencapai 40-45. Saat ini usia janin memasuki minggu
ke-4 dan minggu ke-5 atau hari ke 28 sampai ke-30 sejak pembuahan. Karena
banyaknya jumlah somite, maka janin tampak serupa sekerat daging kecil yang
terkunyah.
ii. Berubahnya
segumpal daging menjadi tulang belulang. Fase mudghah berlangsung dari akhir
minggu ke-4 hingga akhir minggu ke-6 dari usia janin (kira-kira hari ke-26
sampai ke-42). Kemudian memasuki fase baru yaitu fase tulang belulang, yang
terjadi sekitar minggu ke 7 usi ajanin (sekitar hari ke-43 sampai hari ke-49).
Pada fase ini mulai tersebar tulang rangka janin melalui proses pengerasan
(pengapuran) tulang rawan secara bertahap. Pembentukannya terjadi pada fase
segumpal daging pada beberapa bagian yang akan menjadi anggota badan. Dengan
terbentuknya tulang, janin (yang panjangnya antara 14-20 mm), mulai meluruskan posturnya
dan muncul jari jemari dan rongga tengkoraknya. Dalam konteks ini, Rasulullah
bersabda, Apabila nuthfah telah mencapai usia empat puluh dua malam, Allah
mengutus kepadanya malaikat. Maka ia akan membentuk rupanya, menciptakan
pendengaran dan penglihatan, tulang belulang, daging serta kulit.” (HR. Muslim,
Abu Dawud dan Thabrani)
iii. Dibungkusnya
tulang belulang oleh daging, pada akhir minggu ke-7 usia janin, bersamaan
dengan berubahnya daging menjadi tulang secara sempurna, mulai proses
pembungkusan tulang dengan daging (otot dan kulit) sepanjang minggu ke-8 (hari
ke 50 sampai hari ke-56). Pada fase ini, panjang janin mencapai 22-31 mm. Sel
otot biasanya terbentuk dari lapisan tengah mudhghah dan keluar dai belahannya.
Selanjutnya sel otot terus tumbuh dan berkembang hingga saling berhubungan dan
membentuk benang, fiber, dan tabung otot yang beraturan secara bertahap dalam
ikatan tersendiri yang tersambung dengan selaput tulang yang membentuk jaringan
oto yang membungkusnya. Kemudian memanjang sampai sistem otot punggung, perut,
dada, kepala, kaki dan tangan, di mana masing-masing dilengkapi dengan cabang
saraf tulang.
Kelima, firman Allah SWT, “…kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik…”
Mulai dari
minggu ke 9 usia janin, karakter tubuh dan pribadinya mulai menampakkan
ciri-ciri sesuai dengan cici-ciri segenap organ dan sistem tubuh yang
menstimulasi kerja sesamanya dengan koordinasi yang luar biasa. Tulang-belulang
terbungkus dengan daging (otot dan kulit). Al-Qur’an menyebut fase ini sebagai
fase “pembentukan” (thawr an-nasy’ah) yang berlangsung dari hari ke-57 sampai
berakhirnya usi ajanin feus pada minggu ke-38 (kira-kira hari ke-266). Panjang
janin mencapai antara 33 mm hingga 500 mm. pada fase ini pertumbuhan janin
cenderung melambat hingga memasuki awal minggu ke-12. Kemudian rata-rata
pertumbuhan bobot dan bentuk janin berlangsung cepat, di mana kedua mata
bergeser ke bagian depan wajah, kedua telinga bergeser dari posisi di leher ke
kepala, dan dua bagian kaki memanjang secara signifikan. Oleh sebab rentang
waktu yang cukup panjang antara fase pembungkusan tulang dengan daging (otot
& kulit) dengan fase pembentukan janin (menjadi bentuk lain), al-Qur’an
mempergunakan kata sambung tsumma sebagaimana dijelaskan di atas.
Fase-fase yang
berurutan bagi penciptaan janin manusia tidak dikenal di dalam ilmu embriologi
sebelumnya. Dulu embriologi hanya dapat mengetahui umur janin. Kepeloporan
al-Qur’an adalah di dalam mendeskripsikan dan memberi nama pada rentetan
fase-fasenya dengan ungkapan ilmiah yang sangat akurat, komprehensif dan
sempurna pada masa belum ada perangkat canggih seperti mikroskop dan pendeteksi
USG[12]
seperti sekarang ini.
2.
Ayat yang menjelaskan cahaya dalam lautan
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ
مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ
إِذَآ أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُ
نُورًا فَمَالَهُ مِن نُّورٍ {40}
“Atau
seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di
atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang
tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, hampir-hampir dia tiada
dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. 24:40)
Ayat di atas mengindikasikan adanya
kegelapan total di dasar laut terdalam. Kegelapan tersebut adalah gelap yang
berlapis-lapis.
a.
Kegelapan pertama disebabkan awan.
Sinar matahari pada hakikatnya
terdiri atas gelombang elektromagnetik, mulai dari sinar radio sampai sinar X.
Namun yang paling mendominasi adalah sinar infra merah dan sinar ultraviolet.
Sebagian ultraviolet dipantulkan kembali keluar oleh lapisan ozon. Ketika sinar
matahari sampai bagian bawah atmosfir, makan awan termasuk uap air, partikel
udara, butir debu dan neklus pemadatan lain memantulkan cahaya dan memcah
himpunan sinar hingga 30% dari cahaya yang sampai.
b.
Gelombang di permukaan laut adalah filter kedua
Ketika sisa sinar matahari sampai ke
permukaan laut dan samudera, maka 30% sinar inframerah dipergunakan untuk
penguapan air, pembentukan awan dan proses asimilasi cahaya yang dilakukan
tumbuhan laut. Sedangkan sianr putih dihambat oleh gelombang permukaan yang
memantulkan 5% dari cahayanya.
c.
Air laut sebagai filter ketiga
Cahaya yang masuk ke dalam air
melemah secara bertahap bersamaan dengan kedalaman air. Spektrum warna merah
adalah spektrum sinar pertama yang terserap total pada kedalaman hampir 10
meter. Yang terserap selanjutnya adalah spektrum warna jingga, lalu kuning di
mana akan terserap total pada kedalaman kurang dari 50 meter. Selanjutnya
spektrum warna hijau di kedalaman 100 meter. Lalu dilanjutkan dengan spektrum
warna biru yang terserap total secara gradual hingga kedalaman + 200 m.
oleh sebab itu, air laut tampak berwarna biru.
Walaupun cahaya memiliki kecepatan
yang luar biasa (300.000 km/detik di udara bebas atau kira-kira 225.000
km/detik dalam air) namun kecepatan itu tidak bisa berlanjut pada kedalaman
lebih dari 1000 meter. Pada kedalaman 200 meter di bawah permukaan laut terjadi
kegelapan semi total, hanya 0,01% cahaya yang dapat menembusnya. Jika kedalaman
rata-rata laut adalah 4-5 km berarti dasar samidera berada di dalam kegelapan
total.
d.
Gelombang internal sebagai faktor ketiga
Terbentuknya gelombang dasar laut (ini
dimulai pada kedalaman 40 m di bawah permukaan laut. Di sini terjadi perubahan
karakteristik air dari aspek suhu dan kepadatannya. Hal ini berulang terjadi
pada kedalaman selanjutnya.
Zaman dulu
tidak terbayangkan ada kehidupan di dasar laut. Hal ini didasari beberapa hal
seperti; kegelapan total, suhu dingin yang ekstrim, tekanan udara dan kadar
garam yang amat tinggi.
Namun dengan
pengembangan teknologi kapal selam yang semakin maju, pakar biologi laut
menemukan bahwa ada milyaran makhluk hidup yang bertebaran di laut yang gelap
gulita itu. Allah melengkapinya dengan struktur tubuh yang dapat memproduksi
cahaya atau bioluminescence. Penerangan ini adalah hasil interaksi
antara partikel senyawa kimia lucerin dan partikel oksigen.
Dari sini
terlihat dimensi kongkrit di dalam ungkapan ayat al-Qur’an yang luar biasa ini.
Begitu juga dimensi maknawi yang agung, “…barang siapa yang tidak diberi
cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia memiliki cahaya sedikitpun…”
3.
Bumi yang bulat
…
يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى الَّيْلِ …
…Dia
menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam…
(QS
39: Az Zumar: 5)
Dalam Bahasa Arab, kata kaara berikut derivasinya: yakuuru,
kawran artinya menggabungkan sesuatu dengan lainnya. Bisa juga
menjadikannya bulat seperti bola seperti kawwara dalam surah at-Takwir
ayat 1 yang artinya: “bila matahari digulung” atau dengan menarik lidah api
yang keluar darinya untuk didorong hingga ribuan kilometer ke dalam matahari
sebagai ungkapan atas mulai padamnya cahayanya.
Makna ditutupnya malam atas siang dan sebaliknya adalah keduanya
saling menutupi. Seolah-olah keduanya saling melipat, adalah gambaran terhadap
kebulatan bumi dan rotasinya di hadapan matahari. Hal itu karena malam dan
siang merupakan periode waktu yang dilalui separuh bumi dalam pergantian yang
terus menerus. Jika bumi tidak bulat niscaya tidak saling menutupi, dan jika
bumi tidak berputar pada porosnya di hadapan matahari tentu tidak ada
pergantian malam-siang.
Pada masa penerjemahan di era al-Rasyid dan al-Ma’mun, sejumlah
ilmuan muslim banyak menyadur pemikiran Iraq Kuno dan Yunani tentang alam dan
membuktikan tentang kebenaran al-Qur’an dan keberadaan Tuhan.[13]
Di antaranya ilmuwan yang menyatakan kebulatan bumi adalah al-Biruni, Ibnu
Sina, al-Kindi, al-Razi dan lainnya dengan bukti fenomena alam sebagai berikut:
·
Bundarnya bentuk bayangan bumi ketika nampak pada bulan.
·
Perubahan bentuk falak (celestial sphere) dari sudut observasi
tergantung kedekatannya dengan khatulistiwa.
·
Gunung yang jauh terlihat puncaknya terlebih dahulu jika orang yang
melihatnya berjalan mendekat. Begitu pula dengan bagian kapal yang bagian
bawahnya lebih dulu menghilang jika bergerak meninggalkan pelabuhan.
4.
Penciptaan Adam
BAB III
PENUTUP
Fakta ilmiah dalam al-Qur’an
jumlahnya melebihi seribu ayat yang kongkrit dan sejumlah ayat lain yang
menyebutkan secara implisit. Fakta ilmiah ini tidak mungkin dipahami lewat
pendekatan bahasa Arab semata, tapi harus pula menggunakan data ilmiah yang
sesuai dan komplit.
Setelah semua itu terpenuhi,
niscaya terlihat jelas keagungan al-Qur’an dalam petunuk tentang fakta ilmiah
di alam semesta. Para ulama tafsir menyebut hal ini dengan “al-I’jaz al-I’lmi”
atau mukjizat ilmiah dalam al-Qur’an.
El-Naggar sebagai salah satu
akademisi terkemuka di dunia telah mencurahkan hidup dan potensi akademiknya
untuk kitab suci yang mulia ini. Ia membuktikan kebenaran al-Qur’an melalui
fakta-fakta ilmiah yang dikandungnya. Selama bebeerapa dekade, beliau menjadi
salah satu pengusung perjuangan agama Islam lewat sains dan pengetahuan.
Semoga kita semua bisa meneladani
beliau dan mengikuti jejak langkahnya sebagai pejuang meninggikan kalimat Allah
di muka bumi ini. Amin.
DAFTAR
PUSAKA
Buku:
Daly,
M. W & Carl F. Petr, The Cambridge History of Egypt. Volume 2:
Modern Egypt from 1517 to the End of the Twentieth Centutry., 1998,
Cambridge: Cambridge University Press.
Fitriyani,
Khoirotul, Manifestasi Tasbih Makhluk Menurut Al-Qur’an (Studi Tematis
terhadap Ayat-ayat Tasbih dalam Al-Qur’an), Skripsi di Fakultas Ushuluddin
Jurusan Tafsir Hadits, 2012, Semarang: IAIN Walisongo.
El-Naggar,
Zaghloul, Al-Ardhu fi al-Qur’an al-Karim, 2008, Beirut, Dar el-Mareefah.
El-Naggar,
Zaghloul, Selekta dari Tafsir
Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim. Terjemah dari Mukhtarat min
Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim. 2010, Jakarta: Shorouk
International Bookshop.
Zar,
Sirajuddin, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan
al-Qur’an, 1997, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
------
A Dictionary of
Science, 2010, Oxford:
Oxford University Press.
Jurnal:
Ulumul
Qur’an: Filsafat Fisika dalam al-Qur’an, Vol. 1 No.4, 1990. Jakarta: LSAF.
Islamia: Sejarah,
Makna dan Agenda Sains Islam, Vol
III No. 4, 2008, Jakarta: INSIST.
Surat
Kabar:
Al-Ahram
Weekly, issue no
769, 17-23 November 2005, Cairo:
al-Ahram Newspaper.
Website:
[1]
Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan
al-Qur’an, 1997, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 8.
[2] A.
Rahman Djay, al-Qur’an dalam Fokus Kosmologi Modern, tulisan dimuat
dalam jurnal Ulumul Qur’an, Vol. 1 No.4, 1990. Jakarta: LSAF. Hlm 14.
[3]
Khoirotul Fitriyani, Manifestasi Tasbih Makhluk Menurut Al-Qur’an (Studi
Tematis terhadap Ayat-ayat Tasbih dalam Al-Qur’an), Skripsi di Fakultas
Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits, 2012, Semarang: IAIN Walisongo, pendahuluan.
[4] Mengutip perkataan KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, pimpinan
Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, “Jadilah ulama yang intelek, bukan
intelek yang tahu agama.”
[5]
Mesir berada di bawah kendali Inggris bermula saat mereka mengalahkan angkatan
bersenjata Mesir dalam pertempuran di Tel el-Kabir pada September 1882. Sejak saat itu Mesir—yang berbentuk
kesultanan lalu jadi kerajaan—adalah negara boneka di bawah kontrol Inggris.
Revolusi Mesir tahun 1952 yang dibidani oleh Muhammad Najib dan Gamal Abdul Nasser
memaksa orang-orang Inggris harus angkat kaki dari negeri Fir’aun. Lihat The
Cambridge History of Egypt. Volume 2: Modern Egypt from 1517 to the End
of the Twentieth Centutry. Editor: M. W. Daly & Carl F. Petr, 1998,
Cambridge: Cambridge University Press, hlm 239.
[6]Gamal Nkrumah dalam artikel bertajuk Zaghloul el-Naggar:
Scientific Being di harian mingguan berbahasa Inggris, al-Ahram Weekly, issue
no 769, 17-23 November 2005, Cairo.
[7]
Dirangkum dari Mukaddimah buku al-Ardhu fi al-Qur’an al-Karim, karya
Zaghloul el-Naggar, 2008, Beirut, Dar el-Mareefah. Hlm 5.
[8]
Sebagian dari daftar karya Zaghloul el-Naggar ini didapat dari toko online
Amazon. http://www.amazon.com
diakses 24 Desember 2013 dengan entri kunci: Dr Zaghloul el-Naggar.
[9] Dikutip dari buku Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos
dalam al-Qur’an al-Karim. Terjemah dari Mukhtarat min Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi
al-Qur’an al-Karim. 2010, Jakarta: Shorouk International Bookshop.
[10]
Gamet: sel sperma atau sel telur, terutama yang matang dan sudah berfungsi
dalam pembiakan secara seksual. Lihat Dictionary of Science, entri “gamete”,
hlm 343.
[11]
Kromosom: struktur di dalam sel berupa deret panjang molekul yang terdiri dari
satu molekul DNA dan berbagai protein terkait yang merupakan informasi genetik
suatu organisme. Lihat Dictionary of Science, entri “chromosome”, hlm
164.
[12] USG
adalah singkatan dari Ultrasonografi, sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang (ultrasonic). Teknik ini berguna untuk memeriksa
organ dengan mencitrakan ukuran, struktur organ internal dan otot serta luka
patologi. Sonografi yang digunakan untuk memeriksa kehamilan disebut sonografi
obstetrik. Lihat situs fakultas kedokteran Universias Hasanuddin, Makassar http://unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIO-MEDICAL/TUGAS/Biomedik-Jan2011/NUR%20KHALIS%20SAAD-%20D41108351/USG.doc
[13]
Mohammad Zaidi bin Ismail, Kosmos dalam Pandangan Hidup Islam dan Orientasi
Sains Masyarakat Muslim, Jurnal Islamia Vol III No. 4, 2008 dengan tema Sejarah,
Makna dan Agenda Sains Islam, Jakarta: Insist. Hlm 13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar