Kamis, 28 Agustus 2014

KAJIAN LITERATUR (REVISI UAS) Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim (Karya Zaghloul el-Naggar)



KAJIAN LITERATUR (REVISI UAS)
Tafsir Ayat-ayat Kosmos
dalam al-Qur’an al-Karim
(Karya Zaghloul el-Naggar)

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Kajian Literatur

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Nur Arfiyah Febriyani





Disusun oleh:
Muhammad Yulian Ma’mun
NPM: 11.04.2010342



PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN  ILMU TAFSIR SEMESTER III
INSTITUT PTIQ JAKARTA
2013/2014


ABSTRAK
Konsep kosmologi abad ke-20 pasca observasi Hubble (1929) meyakini bahwa jagat raya ini dibikin oleh Sang Pencipta. Ini karena alam semesta terus mengembang (expanding universe) dari sebuah materi tunggal yang menyebabkan ledakan Big Bang.Di kemudian hari, Steinhardt dan Turok  (2002) meragukan teori ini. Mereka berpendapat bahwa semesta tidak ada awal dan akhir. Big Bang hanyalah salah satu dari fenomena yang terjadi di alam. Meski demikian, mayoritas ilmuwan berkeyakinan bahwa alam ini diciptakan.
Dr. Zaghloul el-Naggar, pakar Geologi dari Mesir menemukan banyak tanda-tanda keberadaan sang Pencipta di alam yang sudah disebutkan al-Qur’an. Lewat isyarat yang ada dia semakin yakin bahwa Allah lah yang menciptakan semesta dan semua yang terjadi dalamnya bukan suatu kebetulan. Ada kekuatan Maha Besar yang mengatur ini semua.
Bagaimana el-Naggar menafsirkan ayat-ayat kosmos (al-ayat al-kawniyyah) dalam al-Qur’an sesuai latar belakangnya sebagai saintis?
Menurut Dr Mohammad Zaidi bin Ismail, Islam sebagai sebuah agama samawi yang bersumber dari wahyu memiliki pandangan hidup sendiri. Islam mengajarkan pemahaman yang berbeda atas ilmu pengetahuan dan sains dari apa yang biasa dipahami oleh masyarakat dan peradaban lainnya. Dalam pandangan ini, kosmos—alam semesta— dianggap sebagai kitab ciptaan (the created book) yang terdiri dari petunjuk-petunjuk, atau tanda Ilahiyah. Dari membaca alam, manusia akan mengetahui tanda kebesaran Allah.
Tulisan ini membedah latar belakang hidup dan pemikiran Zaghloul el-Naggar hingga bisa menjadi salah satu ikon tafsir bercorak sains. Berikut disertakan beberapa contoh penafsiran beliau yang berhubungan dengan alam, dan bagaimana menggunakan sains sebagai pisau pembedah rahasia Ilahi yang ada dalam ayat al-Qur’an. Tafsir tersebut dikutip dari buku Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim karya ilmuwan berusia 80 tahun ini.
Dengan demikian, tidak ada tirai pemisah antara sains dengan al-Qur’an. Fenomena alam yang dikuak sains beberapa waktu belakangan justru sudah disebutkan oleh al-Qur’an beberapa abad silam, jauh sebelum kebangkitan pengetahuan yang sedemikian pesat. Semua yang tampak di jagat ini adalah ayat yang menunjukkan kebesaran-Nya. Umat manusia harus membaca dengan baik dua kitab sebagai pedoman hidupnya; al-Qur’an sebagai kitab suci ”tertulis di atas kertas” dan alam semesta sebagai kitab yang keberadaannya ada di mana-mana.
Kata Kunci: Al-Qur’an dan Sains, Zaghloul el-Naggar, Kosmologi.

BAB I
MUKADIMAH

Sebagai himpunan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW, al-Qur’an berisi tuntunan dan pedoman bagi umat manusia. Tuntunan ini bertujuan agar menata hidup manusia supaya bahagia di dunia dan akhirat. Allah menyebut al-Qur’an dalam berbagai nama, diantaranya; Tibyan, al-Furqan, adz-Dzikr, al-Kitab, Rahmat, Syifaa’ dan Huda.[1]
Dalam mencapai fungsi di atas, terutama sebagai huda, al-Qur’an tidak hanya menyebut dasar peraturan hidup dengan Tuhan dan sesama manusia belaka, tapi juga dengan ilmu pengetahuan dan alam semesta. Ada lebih dari 1000 ayat baik secara tersurat maupun implisit yang menyebutkan tentang fenomena alam, baik yang sudah terungkap, belum terungkap bahkan yang baru saja terungkap di abad modern ini.
Penjelasan al-Qur’an tentang alam semesta dan segala aspeknya tidak terhimpun dalam satu kesatuan fragmen saja. Ayat-ayat yang berhubungan dengan itu berkesinambungan, tersebar di dalam al-Qur’an.[2]
Semua makhluk—baik  benda hidup maupun benda mati—di alam semesta ini pada intinya adalah beribadah dan bertasbih kepada Allah.[3] Hanya saja manusia sebagai makhluk yang lemah dan bodoh, serta mudah diombang-ambingkan setan dan hawa nafsu kadang tidak melihat tanda-tanda tersebut. Bahkan ada manusia yang menjadi ingkar kepada Tuhan.
Melalui makalah yang sederhana ini, penulis mencoba menelisik pemikiran tafsir terhadap ayat-ayat yang membahas alam semesta karya Zaghloul el-Naggar. Dengan latar belakang sebagai ulama yang intelek[4], el-Naggar mengkombinasikan pemahaman agama yang kuat—yang diperolehnya dari keluarga dan aktifitas sosial-politiknya—dengan pendidikan sains yang diperolehnya di bangku akademik dalam menafsirkan ayat al-Qur’an.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Biografi Penulis
Zaghloul lahir dari keluarga cendikiawan muslim yang taat beragama. Keluarganya amat menjunjung tinggi pendidikan. Ia hafal al-Qur’an sejak usia 10 tahun. Kakek dan ayahnya adalah ulama keluaran al-Azhar yang amat menggemari ilmu dan buku, terutama yang berhubungan dengan agama Islam. Hal ini bisa terlihat lewat perpustakaan keluarga yang ada di rumah mereka. Kakeknya, Syekh Muhammad el-Naggar adalah imam di kota Basyoun, provinsi al-Gharbiya, Mesir.
Semangat keilmuan ayahnya yang berprofesi sebagai guru menular ke Zaghloul kecil. Salah satu kebiasaan unik ayahnya adalah saat bulan Ramadhan tiba, dia mengundang ulama terkemuka di daerahnya untuk santap sahur bersama di rumah. Tak jarang tokoh agama dari luar negeri yang kebetulan berkunjung ke Mesir juga hadir di kediaman keluarga el-Naggar. Zaghloul yang saat itu masih anak-anak begitu antusias menyimak perbincangan tokoh-tokoh tersebut.
“Saya dan saudara-saudara saya ikut berkerumbung mendengar perkataan para ulama tersebut”, demikian ucap Zaghloul kepada Gamal Nkrumah, wartawan koran al-Ahram Weekly.
Pada pertengahan era 1940an, keluarganya pindah ke Kairo. Saat itu, Mesir berada di bawah otoritas kolonial Inggris.[5] Kesemena-menaan pemerintah kolonial Inggris yang mengendalikan kerajaan Mesir terekam jelas di benak Zaghloul. Kondisi ini menumbuhkan semangat anti-penjajahan di dalam keluarganya. Apalagi Syekh Amin al-Hussayni, ulama terkemuka dari Yerussalem pernah ikut menghadiri “majelis sahur” keluarga el-Naggar. Dari Syekh ini, Zaghloul banyak belajar mengenai nasionalisme, kolonialisme Barat dan isu bangsa Yahudi di Palestina.
Tokoh lain yang ikut mewarnai pemikiran Zaghloul muda adalah Hasan al-Banna dan Sayyid Quthb. Pemikiran dua tokoh ini tentang kebangkitan Islam begitu terpatri dalam jiwa Zaghloul yang ikut demonstrasi anti Inggris saat itu. Dua rekannya sesama aktivis al-Ikhwan al-Muslimin, Omar Shahin dan Ahmed al-Mineisi gugur.
Tahun 1951, Zaghloul melanjutkan pendidikan di Universitas Kairo. Saat itu, kampus menjadi pusat pergerakan kaum muda Mesir menggagas revolusi. Selepas lulus dan menggondol gelar sarjana tahun 1955, el-Naggar dijebloskan ke penjara selama 9 bulan. Aktivitas politiknya bersama Ikhwan dianggap pemerintah sebagai ancama terhadap penguasa saat itu. Selanjutnya tekanan pemerintah membuat el-Naggar berkelana ke negara teluk dan Eropa. Sampai-sampai ia tidak bisa menghadiri pemakaman saat ayahnya wafat bulan Desember 1961, begitu pula saat ibunya meninggal tahun 1968.
Mendekam dalam tahanan adalah tempaan mental dan spiritual yang amat berpengaruh bagi Zaghloul. Di ruangan sempit inilah, suatu malam ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang menyemangatinya untuk berjuang demi agama Islam.
Begitu bebas ia mengajar di fakultas geologi, King Saud University, Riyadh tahun 1959. Ia melanjutkan program pasca sarjana di Inggris hingga meraih gelar Ph. D dari University of Wales di bawah bimbingan Professor Allen Wood, ahli geologi ternama. Atas prestasinya di tahun 1963 itu, ia dianugerahi beasiswa penelitian pasca doktoral di universitas yang sama selama 3 tahun. Tidak lama kemudian civitas akademika King Saud University memintanya untuk ikut membidani berdirinya Departemen Geologi di sana. Sebagai gantinya, pihak kampus memberangkatkannya ke Inggris setiap musim panas untuk membereskan studinya. Keadaan ini berlangsung selama 7 tahun. Setelah presiden Gamal Abdel Nasser mangkat tahun 1970, barulah ia kembali ke tanah air.
Setiap menjadi juri Musabaqah al-Qur’an tingkat internasional—yang diadakan di Jeddah dan Doha—, Zaghloul selalu terkesima dengan anak-anak kecil yang menjadi peserta lomba menghafal al-Qur’an. Walau dalam usia yang masih belia mereka bisa menghafal dengan baik, bahkan mengucapkan ayat dengan fasih—lebih fasih daripada anak-anak bangsa Arab sendiri. Padahal mereka berasal dari negeri-negeri muslim non-Arab seperti Afrika, Asia Selatan (India, Bangladesh & Pakistan) serta Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Thailand & Filipina).
Menurutnya, persatuan umat Islam adalah hal yang fundamental. Allah menciptakan manusia dari satu jiwa. Semua manusia sama terlepas dari perbedaan ras, warna kulit, dan tempat asalnya. Setiap orang terlahir dengan fitrah yang sudah ditanamkan oleh Tuhan.
Zaghloul berpendapat bahwa ilmu dan agama adalah satu kesatuan. Dari sini muncul peradaban Islam. Esensi peradaban Islam adalah agama Islam. Dan esensi dari agama Islam adalah tauhid, suatu pengakuan bahwa Allah itu Maha Esa.
Dalam penelitiannya, dia selalu mengajak peneliti non-muslim untuk ikut membedah al-Qur’an secara objektif dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Ia menyarankan mereka agar saat meneliti makna al-Qur’an tidak bergantung hanya pada satu terjemahan. Terjemah linguistik kadang tidak bisa mencakup semua makna yang dikandung ayat al-Qur’an.[6]

Curicullum Vitae[7]
Nama Lengkap            : Zaghloul Ragheb Muhammad el-Naggar
Lahir                            : Gharbiyya, 17 November 1933
Domisili                       : Kairo, Mesir
Pendidikan
1.      Fakultas Sains Universias Kairo (1955).
2.      Ph D dari Wales University, UK (1963).
Karir Profesional
1.      Ketua komite, Scientific Notions in the Glorious Qur'an (Komite al-I’jaz al-‘Ilmi) Majelis Tinggi Urusan Agama Islam, Kairo, Mesir (2001-sekarang).
2.      Rektor Universitas al-Ahqaf, Yaman (1996-99).
3.      Direktur, Markfield Institute of Higher Education, Markfield, Leicester, U K (2000-01).
4.      Konsultan untuk Pendidikan Tinggi, Arab Institute for Development, Khubr, Arab Saudi (1996-1999).
5.      Professor Ilmu Geologi, King Fahd University of Petroleum & Minerals, Dhahran, Saudi Arabia (1979- 1996).
6.      Professor Ilmu Geologi dan Ketua Department of Geology, Qatar University, Doha, Qatar (1978 - 1979).
7.      Professor Ilmu Geologi, Kuwait University, Kuwait (1972 -1978).
8.      Professor di Universiy of California Los Angeles (UCLA), Amerika Serikat (1977- 1978).
9.      Associate Professor Ilmu Geology di Kuwait University, Kuwait (1967 -1972).
10.  Asisten Professor Ilmu Geology di King Saud University Riyadh, Arab Saudi (1964 - 1967).
11.  Research Assistant dan Research Fellow, University College of Wales, Aberystwyth, Cards, U K (1961 - 1964).
12.  Research Fellow di Robertson Research Laboratories, Llandulas Abergele, North Wales, UK (1963-1966).
13.  Dosen di Departemen Geologi, King Saud University, Riyadh, Arab Saudi (1959 -1961).
14.  Geolog Senior, Five Year Coal Plan Project, Sinai, Mesir (Maret-November 1959).
15.  Geolog, Tambang Emas Barramiya, Mesir (1958- 1959).
16.  Dosen di Departemen Geologi, Universitas Ain Syams, Kairo (1956 - 1958).
17.  Geologist, A.K.F.A.C. Phosphate Mines, Nile Valley, Egypt (1955 - 1956).
18.  Research Assistance, National Research Center, Dokki, Cairo, Egypt (September, 1955 -November 1955).
19.  Geologist, Conrada (Sahara) Oil Company, Cairo, Egypt, (June 1955 - Aug. 1955).
20.  Dewan Direksi, Islamic Academy of Sciences, Amman, Jordan.
21.  Pendiri dan dewan direksi, The International Organization on Scientific Notions in the Qur'an and Sunnah, Makkah, Arab Saudi.
22.  Associate Editor, Al - Rayyan Scientific Journal, Doha, Qatar.
23.  Member of the Advisory Board, MAAS Journal of Islamic Science, The Muslim Association for the Advancement of Science, Aligarh, India.
24.  Associate Editor, Journal of Foraminiferal Research (Ithaca / New York, U.S.A.).
25.  Member of the Editorial Board African Earth Sciences and the Middle East. (Paris, France).
26.  Konsultan Ilmiah untuk majalah ilmiah di India, Mesir dan Arab Saudi.
27.  Anggota Geological Society of London.
28.  Konsultan, Mus'ee de la Civilization Musulmane en Suisse (Museum Peradaban Islam), Institut Culturel Musulman; La Chaux-de-Fonds, Swiss.
29.  Anggota Institute of Petroleum, London.
30.  Anggota American Association of Petroleum Geologists, Oklahoma, Amerika Serikat.
31.  Anggota International Paleonitological Union.
32.  Anggota Geological Society of Egypt, Kairo.
33.  Penulis di surat kabar Al-Ahram (2001-sekarang).
Penghargaan
1. “Secondary Education Competition Award” Kementerian Pendidikan Mesir (1951).
2. “Baraka Geology Award” Universias Kairo, Egypt (1955).
3. “Robertson Post-Doctoral Research Fellowship, University College of Wales, Aberystwyth Cards, UK, (1963 - 1966).
4. “Best Papers Awards” The 7th Arab Petroleum Congress (1970).
5. “Presidential Order of Merit”, Pemerintah Republik Sudan (2005).
6. Golden Badge of Honor for Sciences, Literature and Arts, Sudan (2005).
Karya Tulis yang Diterbitkan[8]
1.      The Issue of Scientific Miracles in the Holy Qur’an.
2.      Scientific Miracles in the Prophetic Sunnah.
3.      Earthquakes in the Holy Quran
4.      Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim. Terjemah dari Mukhtarat min Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim.
5.      Min ayat al-I’jaz al-‘ilmi: al-Ardhu fi al-Qur’an al-Karim (Bumi dalam al-Qur’an).
6.      Min ayat al-I’jaz al-‘ilmi: as-Sama’ fi al-Qur’an al-Karim (Langit dalam al-Qur’an).
7.      Min ayat al-I’jaz al-‘ilmi: al-Insan fi al-Qur’an al-Karim (Manusia dalam al-Qur’an).

B.     Islam dan Kosmologi
Secara etimologi Kosmologi merupakan paduan kata Kosmos (cosmos) dan Logos, yang berarti ilmu tentang alam semesta. Dalam terminologinya salah satu pengertian kosmologi ialah serangkaian keyakinan dan pandangan universal yang tersistematis mengenai manusia dan alam semesta.
Kosmologi pada dasarnya adalah bagian dari instrumen memahami rukun iman dalam aspek iman kepada Qada dan Qadar, dan iman kepada hari akhir. Kosmologi memberikan benang merah dari relasi antara Tuhan (Allah swt), manusia dan alam semesta. Dengan pemahaman yang benar tentang kosmologi, maka dapat menciptakan harmoni dalam hubungan antara Tuhan, manusia dan alam semesta (Tauhid).
Di tengah umat manusia terdapat aneka ragam kosmologi.  Semuanya bisa dibagi dalam dikotomi kosmologi ketuhanan dan kosmologi materialisme.  Pandangan materialisme berpendapat bahwa alam semesta ada sejak waktu yang tak terbatas, dan karena tidak mempunyai awal atau akhir, alam semesta tidak diciptakan. Menurut mereka, semua yang terjadi di alam ini hanya kebetulan belaka.
Namun sejak awal, kita melihat bahwa materialisme telah runtuh karena gagasan tentang kekekalan materi telah dihancurkan oleh teori Dentuman Besar (Big Bang) yang dikemukakan oleh Hubble (1929). Teori ini menunjukkan bahwa jagat raya diciptakan dari ketiadaan.

C.    Contoh Penafsiran Ayat-ayat Kosmos[9]
1.      Penciptaan Manusia dalam al-Qur’an
وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ مِن سُلاَلَةٍ مِّن طِينٍ {12} ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ {13} ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا ءَاخَرَ فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ {14}
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. 23:12)
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (QS. 23:13)
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. 23:14)

Fakta-fakta ilmiah dalam ayat:
Pertama, komposisi tubuh manusia secara keseluruhan menyerupai struktrur kimiawi tanah bercampur air (at-thin) dengan kelebihan yang tampak nyata pada kasar oksigenm hidrogen, karbon dan fosfor pada tubuh manusia. Hal ini karena dominasi unsur air dalam tubuh manusia sebesar 54% hingga 70%. Faktor lain adalah karena manusia mengkonsumsi tumbuhan sebagai sumber makanan pembentuk tubuh dan karbon dioksida yang berasal dari udara dalam bangunan rangkaian gizi di sekitar karbohidrat.
Tanah pada umumnya terbentuk dari unsur-unsru mineral yang secara mendasar terbentuk dari unsur-unsur alumino silika hidro. Mineral-mineral tersebut tidak kurang dari sepuluh jenis yang berbeda sesua dengan tingkat kecairan masing-masing unsur di samping perbedaan kadar aluminium dan silikon.
Agaknya kondisi demikian itulah yang dimaksud oleh Allah SWT dalam ayat 12 di atas.fakta ini berlaku pada diri manusia pertama yakni Nabi Adam AS, berlaku pula pada anak cucunya yang berada dalam turalng rusuk adam saat ia diciptakan. Setiap manusia mewarisi karakter dari “tanah awal” yang menjadi bahan pembentuk manusia.
Unsur yang diwarisi dari nenek moyang pertama kita ini tumbuh di dalam darah sang ibu saat bayi masih dalam kandungan. Darah ibu bersumber dari makanan yang usulnya dari tanah. Sesudah lahir, bayi mengandalkan air susu ibu dan susu hewani yang kesemuanya berasal dari unsur-unsur di dalam tanah.
Kedua, pada firman Allah SWT: “…kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim)…”
Mengingat panjangnya rentang waktu antara penciptaan manusia dari saripati tanah dengan penciptaan air mani dari saripati tersebut, maka al-Qur’an menggunakan kata sambung tsumma. Kata sambung ini menunjuk makna perurutan dalam kurun waktu berjauhan. Kata nuthfah dari segi bahasa mengandung pengertian air yang sedikit, setetes atau beberapa tetes. Bentuk pluralnya (jamak) adalah nuthaf atau nithaf. Kata tersebut digunakan al-Qur’an untuk mengungkapkan sel reproduksi atau gamet (baik sel telur atau sperma)[10] pada 12 ayat yang berbeda: An-Nahl: 4, al-Kahf: 37, al-Hajj: 5, al-Mu’minun: 13-14, Fathir: 11, Yasin: 77, Ghafir: 67, an-Najm: 46, al-Qiyamah: 37, al-Insaan: 2 dan ‘Abasa: 19.
Dengan bercampurnya dua sel reproduksi ini, terbentuklah zigot atau nuthfah amsyaj yang menyempurnakan jumlah kromosom[11] bagi spesies manusia. Kromosom ini jumlahnya 46 yang terdiri dari 23 pasang. 22 diantaranya membawa sifat-sifat biologis sedang sepasang menentukan jenis kelamin; XY untuk laki-laki dan XX untuk perempuan.
Zigot kemudian melakukan pembelahan secara cepat dan menjadi sel-sel yang lebih kecil dan seterusnya, hingga berubah menjadi massa bulat sel yang disebut morula. Morula ini mulai terbenam dalam dinding rahim, hal ini berlangsung dari hari ke-6 hingga hari ke 14 terhitung sejak terjadinya pembuahan. Fase penanaman (implantation stage) ini membeutuhkan waktu selama satu minggu penuh sampai zigot terbenam di rahim dan beranjak memasuki fase ‘alaqah  atau segumpal darah. Pada fase tersebut, panjang zigot berkisar antara 0,1 – 0,68 mm.
Rahim disebut sebagai tempat yang kokoh sebab posisinya berada di tengah-tengah tubuh wanita, di tengah cekungan tulang yang dikelilingi otot, urat dan selaput yang sangat kokoh. Di sini  janin bisa bertahan selama sembilan bulan atau lebih. Allah memberikan kemampuan bagi rahim untuk merespons pertumbuhan janin yang terus memanjang bersamaan dengan penambahan bobotnya. Makhluk yang sedang tumbuh ini dikelilingi cairan amino, selaput amino yang menyatu dengan plasenta dan otot rahim yang tebal.
Ketiga, firman Allah SWT, “… kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah… “
Karena panjangnya periode dari waktu pembuahan sampai pembelahan zigot, yang terjadi dari hari pertama sampai hari ke-14, al-Qur’an menggunakan kata sambung tsumma yang menunjukkan urutan yang longgar.  
Dalam kurun waktu dua minggu sejak pembuahan telah terjadi proses melekatnya morula pada dinding rahim dengan bantuan plasenta primitif yang selanjutnya berubah menjadi tali pusat. Dengan terus bertambahnya jumlah sel dan mulai terbentuknya organ (terutama perangkat saraf seperti saraf tulang belakang dan perangkat sirkulasi awal seperti pembuluh jantung, dan ikat urat dan pembuluh), janin bertambah panjang pada akhir minggu ke-3 (hari ke-21 sampai ke-25 janin), dan merubah bentuknya persis seperti lintah. Deskripsi al-Qur’an tentang pertumbuhan janin dalam fase ini dengan ungkapan al-‘alaq pada masa, di mana belum tersedia peralatan mikroskop atau deteksi untuk mengetahui fase pertumbuhan janin. Panjang janin tidak lebih dari 0,7 – 3,5 mm.
Keempat,  firman Allah SWT, “…lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging…”
Inilah tiga fase pertumbuhan janin manusia yang dipertalikan oleh al-Qur’an engan kata sambung “fa” yang menunjukkan urutan teratur dan kontributif. Hal itu karena berurutnya fase demi fase dalam runtutan yang cepat sebagai berikut.
                                            i. Berubahnya saegumpal darah (‘alaqah) menjadi segumpal daging (mudghah). Fase dari ‘alaqah terus berlangsung dari akhir minggu ke-2 hingga sebelum akhir minggu ke-4 usia janin (sekitar hari ke-15 hingga ke-25). Pada pertengahan minggu ke-4 usia janin (antara hari ke-24 sampai ke-26 dari saat terjadinya pembuahan). Segumpal darah memasuki fase menjadi segumpal daging. Fase ini ditandai dengan munculnya sejumlah belahan yang disebut somite yang diawali dengan munculnya satu belahan dan terus bertambah hingga mencapai 40-45. Saat ini usia janin memasuki minggu ke-4 dan minggu ke-5 atau hari ke 28 sampai ke-30 sejak pembuahan. Karena banyaknya jumlah somite, maka janin tampak serupa sekerat daging kecil yang terkunyah.
                                          ii. Berubahnya segumpal daging menjadi tulang belulang. Fase mudghah berlangsung dari akhir minggu ke-4 hingga akhir minggu ke-6 dari usia janin (kira-kira hari ke-26 sampai ke-42). Kemudian memasuki fase baru yaitu fase tulang belulang, yang terjadi sekitar minggu ke 7 usi ajanin (sekitar hari ke-43 sampai hari ke-49). Pada fase ini mulai tersebar tulang rangka janin melalui proses pengerasan (pengapuran) tulang rawan secara bertahap. Pembentukannya terjadi pada fase segumpal daging pada beberapa bagian yang akan menjadi anggota badan. Dengan terbentuknya tulang, janin (yang panjangnya antara 14-20 mm), mulai meluruskan posturnya dan muncul jari jemari dan rongga tengkoraknya. Dalam konteks ini, Rasulullah bersabda, Apabila nuthfah telah mencapai usia empat puluh dua malam, Allah mengutus kepadanya malaikat. Maka ia akan membentuk rupanya, menciptakan pendengaran dan penglihatan, tulang belulang, daging serta kulit.” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Thabrani)
                                        iii. Dibungkusnya tulang belulang oleh daging, pada akhir minggu ke-7 usia janin, bersamaan dengan berubahnya daging menjadi tulang secara sempurna, mulai proses pembungkusan tulang dengan daging (otot dan kulit) sepanjang minggu ke-8 (hari ke 50 sampai hari ke-56). Pada fase ini, panjang janin mencapai 22-31 mm. Sel otot biasanya terbentuk dari lapisan tengah mudhghah dan keluar dai belahannya. Selanjutnya sel otot terus tumbuh dan berkembang hingga saling berhubungan dan membentuk benang, fiber, dan tabung otot yang beraturan secara bertahap dalam ikatan tersendiri yang tersambung dengan selaput tulang yang membentuk jaringan oto yang membungkusnya. Kemudian memanjang sampai sistem otot punggung, perut, dada, kepala, kaki dan tangan, di mana masing-masing dilengkapi dengan cabang saraf tulang.
Kelima, firman Allah SWT, “…kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik…”
Mulai dari minggu ke 9 usia janin, karakter tubuh dan pribadinya mulai menampakkan ciri-ciri sesuai dengan cici-ciri segenap organ dan sistem tubuh yang menstimulasi kerja sesamanya dengan koordinasi yang luar biasa. Tulang-belulang terbungkus dengan daging (otot dan kulit). Al-Qur’an menyebut fase ini sebagai fase “pembentukan” (thawr an-nasy’ah) yang berlangsung dari hari ke-57 sampai berakhirnya usi ajanin feus pada minggu ke-38 (kira-kira hari ke-266). Panjang janin mencapai antara 33 mm hingga 500 mm. pada fase ini pertumbuhan janin cenderung melambat hingga memasuki awal minggu ke-12. Kemudian rata-rata pertumbuhan bobot dan bentuk janin berlangsung cepat, di mana kedua mata bergeser ke bagian depan wajah, kedua telinga bergeser dari posisi di leher ke kepala, dan dua bagian kaki memanjang secara signifikan. Oleh sebab rentang waktu yang cukup panjang antara fase pembungkusan tulang dengan daging (otot & kulit) dengan fase pembentukan janin (menjadi bentuk lain), al-Qur’an mempergunakan kata sambung tsumma sebagaimana dijelaskan di atas.
Fase-fase yang berurutan bagi penciptaan janin manusia tidak dikenal di dalam ilmu embriologi sebelumnya. Dulu embriologi hanya dapat mengetahui umur janin. Kepeloporan al-Qur’an adalah di dalam mendeskripsikan dan memberi nama pada rentetan fase-fasenya dengan ungkapan ilmiah yang sangat akurat, komprehensif dan sempurna pada masa belum ada perangkat canggih seperti mikroskop dan pendeteksi USG[12] seperti sekarang ini.
2.      Ayat yang menjelaskan cahaya dalam lautan

أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُّجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ مَوْجٌ مِّن فَوْقِهِ سَحَابٌ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَآ أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا وَمَن لَّمْ يَجْعَلِ اللهُ لَهُ نُورًا فَمَالَهُ مِن نُّورٍ {40}
“Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, hampir-hampir dia tiada dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (QS. 24:40)
Ayat di atas mengindikasikan adanya kegelapan total di dasar laut terdalam. Kegelapan tersebut adalah gelap yang berlapis-lapis.
a.       Kegelapan pertama disebabkan awan.
Sinar matahari pada hakikatnya terdiri atas gelombang elektromagnetik, mulai dari sinar radio sampai sinar X. Namun yang paling mendominasi adalah sinar infra merah dan sinar ultraviolet. Sebagian ultraviolet dipantulkan kembali keluar oleh lapisan ozon. Ketika sinar matahari sampai bagian bawah atmosfir, makan awan termasuk uap air, partikel udara, butir debu dan neklus pemadatan lain memantulkan cahaya dan memcah himpunan sinar hingga 30% dari cahaya yang sampai.
b.      Gelombang di permukaan laut adalah filter kedua
Ketika sisa sinar matahari sampai ke permukaan laut dan samudera, maka 30% sinar inframerah dipergunakan untuk penguapan air, pembentukan awan dan proses asimilasi cahaya yang dilakukan tumbuhan laut. Sedangkan sianr putih dihambat oleh gelombang permukaan yang memantulkan 5% dari cahayanya.
c.       Air laut sebagai filter ketiga
Cahaya yang masuk ke dalam air melemah secara bertahap bersamaan dengan kedalaman air. Spektrum warna merah adalah spektrum sinar pertama yang terserap total pada kedalaman hampir 10 meter. Yang terserap selanjutnya adalah spektrum warna jingga, lalu kuning di mana akan terserap total pada kedalaman kurang dari 50 meter. Selanjutnya spektrum warna hijau di kedalaman 100 meter. Lalu dilanjutkan dengan spektrum warna biru yang terserap total secara gradual hingga kedalaman + 200 m. oleh sebab itu, air laut tampak berwarna biru.
Walaupun cahaya memiliki kecepatan yang luar biasa (300.000 km/detik di udara bebas atau kira-kira 225.000 km/detik dalam air) namun kecepatan itu tidak bisa berlanjut pada kedalaman lebih dari 1000 meter. Pada kedalaman 200 meter di bawah permukaan laut terjadi kegelapan semi total, hanya 0,01% cahaya yang dapat menembusnya. Jika kedalaman rata-rata laut adalah 4-5 km berarti dasar samidera berada di dalam kegelapan total.
d.      Gelombang internal sebagai faktor ketiga
Terbentuknya gelombang dasar laut (ini dimulai pada kedalaman 40 m di bawah permukaan laut. Di sini terjadi perubahan karakteristik air dari aspek suhu dan kepadatannya. Hal ini berulang terjadi pada kedalaman selanjutnya.
Zaman dulu tidak terbayangkan ada kehidupan di dasar laut. Hal ini didasari beberapa hal seperti; kegelapan total, suhu dingin yang ekstrim, tekanan udara dan kadar garam yang amat tinggi.
Namun dengan pengembangan teknologi kapal selam yang semakin maju, pakar biologi laut menemukan bahwa ada milyaran makhluk hidup yang bertebaran di laut yang gelap gulita itu. Allah melengkapinya dengan struktur tubuh yang dapat memproduksi cahaya atau bioluminescence. Penerangan ini adalah hasil interaksi antara partikel senyawa kimia lucerin dan partikel oksigen.
Dari sini terlihat dimensi kongkrit di dalam ungkapan ayat al-Qur’an yang luar biasa ini. Begitu juga dimensi maknawi yang agung, “…barang siapa yang tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia memiliki cahaya sedikitpun…”
3.      Bumi yang bulat
يُكَوِّرُ الَّيْلَ عَلَى النَّهَارِ وَيُكَوِّرُ النَّهَارَ عَلَى الَّيْلِ
…Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam…
(QS 39: Az Zumar: 5)

Dalam Bahasa Arab, kata kaara berikut derivasinya: yakuuru, kawran artinya menggabungkan sesuatu dengan lainnya. Bisa juga menjadikannya bulat seperti bola seperti kawwara dalam surah at-Takwir ayat 1 yang artinya: “bila matahari digulung” atau dengan menarik lidah api yang keluar darinya untuk didorong hingga ribuan kilometer ke dalam matahari sebagai ungkapan atas mulai padamnya cahayanya.
Makna ditutupnya malam atas siang dan sebaliknya adalah keduanya saling menutupi. Seolah-olah keduanya saling melipat, adalah gambaran terhadap kebulatan bumi dan rotasinya di hadapan matahari. Hal itu karena malam dan siang merupakan periode waktu yang dilalui separuh bumi dalam pergantian yang terus menerus. Jika bumi tidak bulat niscaya tidak saling menutupi, dan jika bumi tidak berputar pada porosnya di hadapan matahari tentu tidak ada pergantian malam-siang.
Pada masa penerjemahan di era al-Rasyid dan al-Ma’mun, sejumlah ilmuan muslim banyak menyadur pemikiran Iraq Kuno dan Yunani tentang alam dan membuktikan tentang kebenaran al-Qur’an dan keberadaan Tuhan.[13] Di antaranya ilmuwan yang menyatakan kebulatan bumi adalah al-Biruni, Ibnu Sina, al-Kindi, al-Razi dan lainnya dengan bukti fenomena alam sebagai berikut:
·         Bundarnya bentuk bayangan bumi ketika nampak pada bulan.
·         Perubahan bentuk falak (celestial sphere) dari sudut observasi tergantung kedekatannya dengan khatulistiwa.
·         Gunung yang jauh terlihat puncaknya terlebih dahulu jika orang yang melihatnya berjalan mendekat. Begitu pula dengan bagian kapal yang bagian bawahnya lebih dulu menghilang jika bergerak meninggalkan pelabuhan.
4.      Penciptaan Adam
BAB III
                                                                 PENUTUP
Fakta ilmiah dalam al-Qur’an jumlahnya melebihi seribu ayat yang kongkrit dan sejumlah ayat lain yang menyebutkan secara implisit. Fakta ilmiah ini tidak mungkin dipahami lewat pendekatan bahasa Arab semata, tapi harus pula menggunakan data ilmiah yang sesuai dan komplit.
Setelah semua itu terpenuhi, niscaya terlihat jelas keagungan al-Qur’an dalam petunuk tentang fakta ilmiah di alam semesta. Para ulama tafsir menyebut hal ini dengan “al-I’jaz al-I’lmi” atau mukjizat ilmiah dalam al-Qur’an.
El-Naggar sebagai salah satu akademisi terkemuka di dunia telah mencurahkan hidup dan potensi akademiknya untuk kitab suci yang mulia ini. Ia membuktikan kebenaran al-Qur’an melalui fakta-fakta ilmiah yang dikandungnya. Selama bebeerapa dekade, beliau menjadi salah satu pengusung perjuangan agama Islam lewat sains dan pengetahuan.
Semoga kita semua bisa meneladani beliau dan mengikuti jejak langkahnya sebagai pejuang meninggikan kalimat Allah di muka bumi ini. Amin.


DAFTAR PUSAKA
Buku:
Daly, M. W & Carl F. Petr, The Cambridge History of Egypt. Volume 2: Modern Egypt from 1517 to the End of the Twentieth Centutry., 1998, Cambridge: Cambridge University Press.
Fitriyani, Khoirotul, Manifestasi Tasbih Makhluk Menurut Al-Qur’an (Studi Tematis terhadap Ayat-ayat Tasbih dalam Al-Qur’an), Skripsi di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits, 2012, Semarang: IAIN Walisongo.
El-Naggar, Zaghloul, Al-Ardhu fi al-Qur’an al-Karim,  2008, Beirut, Dar el-Mareefah.
El-Naggar, Zaghloul,  Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim. Terjemah dari Mukhtarat min Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim. 2010, Jakarta: Shorouk International Bookshop.
Zar, Sirajuddin, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan al-Qur’an, 1997, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
------ A Dictionary of Science, 2010, Oxford: Oxford University Press.

Jurnal:
Ulumul Qur’an: Filsafat Fisika dalam al-Qur’an, Vol. 1 No.4, 1990. Jakarta: LSAF.
Islamia: Sejarah, Makna dan Agenda Sains Islam, Vol III No. 4, 2008, Jakarta: INSIST.  

Surat Kabar:
Al-Ahram Weekly, issue no 769,  17-23 November 2005, Cairo: al-Ahram Newspaper.

Website:


[1] Sirajuddin Zar, Konsep Penciptaan Alam dalam Pemikiran Islam, Sains dan al-Qur’an, 1997, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm 8.
[2] A. Rahman Djay, al-Qur’an dalam Fokus Kosmologi Modern, tulisan dimuat dalam jurnal Ulumul Qur’an, Vol. 1 No.4, 1990. Jakarta: LSAF. Hlm 14.
[3] Khoirotul Fitriyani, Manifestasi Tasbih Makhluk Menurut Al-Qur’an (Studi Tematis terhadap Ayat-ayat Tasbih dalam Al-Qur’an), Skripsi di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits, 2012, Semarang: IAIN Walisongo, pendahuluan.
[4] Mengutip perkataan KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, “Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama.”
[5] Mesir berada di bawah kendali Inggris bermula saat mereka mengalahkan angkatan bersenjata Mesir dalam pertempuran di Tel el-Kabir pada September 1882.  Sejak saat itu Mesir—yang berbentuk kesultanan lalu jadi kerajaan—adalah negara boneka di bawah kontrol Inggris. Revolusi Mesir tahun 1952 yang dibidani oleh Muhammad Najib dan Gamal Abdul Nasser memaksa orang-orang Inggris harus angkat kaki dari negeri Fir’aun. Lihat The Cambridge History of Egypt. Volume 2: Modern Egypt from 1517 to the End of the Twentieth Centutry. Editor: M. W. Daly & Carl F. Petr, 1998, Cambridge: Cambridge University Press, hlm 239.

[6]Gamal Nkrumah dalam artikel bertajuk Zaghloul el-Naggar: Scientific Being di harian mingguan berbahasa Inggris, al-Ahram Weekly, issue no 769,  17-23 November 2005, Cairo.
[7] Dirangkum dari Mukaddimah buku al-Ardhu fi al-Qur’an al-Karim, karya Zaghloul el-Naggar, 2008, Beirut, Dar el-Mareefah. Hlm 5.
[8] Sebagian dari daftar karya Zaghloul el-Naggar ini didapat dari toko online Amazon. http://www.amazon.com diakses 24 Desember 2013 dengan entri kunci: Dr Zaghloul el-Naggar.
[9] Dikutip dari buku Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al-Qur’an al-Karim. Terjemah dari Mukhtarat min Tafsir al-Ayat al-Kauniyah fi al-Qur’an al-Karim. 2010, Jakarta: Shorouk International Bookshop.
[10] Gamet: sel sperma atau sel telur, terutama yang matang dan sudah berfungsi dalam pembiakan secara seksual. Lihat Dictionary of Science, entri “gamete”, hlm  343.
[11] Kromosom: struktur di dalam sel berupa deret panjang molekul yang terdiri dari satu molekul DNA dan berbagai protein terkait yang merupakan informasi genetik suatu organisme. Lihat Dictionary of Science, entri “chromosome”, hlm 164.
[12] USG adalah singkatan dari Ultrasonografi, sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan suara ultra yang (ultrasonic). Teknik ini berguna untuk memeriksa organ dengan mencitrakan ukuran, struktur organ internal dan otot serta luka patologi. Sonografi yang digunakan untuk memeriksa kehamilan disebut sonografi obstetrik. Lihat situs fakultas kedokteran Universias Hasanuddin, Makassar http://unhas.ac.id/tahir/BAHAN-KULIAH/BIO-MEDICAL/TUGAS/Biomedik-Jan2011/NUR%20KHALIS%20SAAD-%20D41108351/USG.doc
[13] Mohammad Zaidi bin Ismail, Kosmos dalam Pandangan Hidup Islam dan Orientasi Sains Masyarakat Muslim, Jurnal Islamia Vol III No. 4, 2008 dengan tema Sejarah, Makna dan Agenda Sains Islam, Jakarta: Insist. Hlm 13.  

Tidak ada komentar: