Senin, 25 Agustus 2014

Mencintai atau Dicintai

Mencintai atau Dicintai


(Erabaru.or.id) - Mencintai orang atau dicintai, manakah yang lebih memiliki harga diri? menurutku adalah mencintai orang. Jika orang yang anda cintai ada setitik menyukai anda, atau orang yang mencintai anda, anda juga ada setetes menyukainya, maka harus berterimakasih kepada ilahi.

Namun jika orang yang anda cintai, tidak ada tanggapan lebih lanjut, atau anda sedikitpun tidak menyukai orang yang mencintai anda (maksud disini tidak sampai hingga pada tahap rasa benci ). Jika demikian halnya, maka sedikit berinisiatif terhadap orang yang anda cintai, di bandingkan dengan menerima cinta orang yang mencintai anda lebih memiliki harga diri.

Terhadap orang yang kita cintai sendiri, setiap kata setiap sikap, maupun setiap gerak-gerik atau tindakannya (baik laki-laki maupun perempuan), maka terhadapmu pasti memiliki makna yang tidak seperti biasanya. Sepatah ucapannya, sebuah ekspresi pada matanya pasti akan membuatmu untuk menebaknya, membuat anda menjadi bergairah. Sebenarnya anda menginginkan agar setiap hari bertemu dengannya, mendengarkan suaranya setiap hari.

Namun anda telah menjajakinya beberap kali, dan mengetahui bahwa pihak kedua tidak ada sambutan yang antusias, kemudian menghentikan langkah kaki, agar jangan sampai ada orang mengatakan tidak memiliki harga diri. Harga diri adalah alasan bagi orang yang tidak bernyali.

Di karenakan dia tidak berani mencari cinta sejati, lantas mengatakan bahwa di dunia ini banyak sekali gadis-gadis (laki-laki), mengapa aku harus menunggumu, aku masih harus menjaga harga diriku, jika tidak demikian, maka cintanya masih belum cukup mendalam, atau dia adalah orang yang rendah diri.

Coba perhatikan saja hari ini berapa orang yang mengatakan secara berulang-kali bahwa : �gTidak peduli akankah kekal abadi selamanya, yang penting pernah memiliki�h, begitu mantap dan gagahnya!

Sebetulnya adalah karena tidak percaya diri terhadap cinta, diri sendiri tidak memiliki tekad pengorbanan, dan juga tidak percaya terhadap pihak kedua.

Ada lagi orang yang menjadikan samen leven sebagai kebanggaan, suatu budaya lelucon, bukankah seks? Menjadikan diri sendiri bagaikan hewan, malah masih mengancam kepada kekasihnya dengan mengatakan bahwa jika memang mencintaiku, maka berikanlah (kegadisanmu) kepadaku, beranikah? Maka tidak perlu mengatakan kata yang muluk-muluklah, jika dia bukan ingin menyia-nyiakan dengan makan gratis, pasti orang yang tidak bernyali.

Pokok pembicaraan telah menjurus jauh, intinya, orang yang benar-benar gagah berani adalah tidak membohongi diri sendiri, tidak mengingkari hutang, dan tidak demi untuk menghindari penderitaan dikarenakan tidak dicintai lalu menerima curahan perhatian yang telah ada dari orang yang mencintaimu.

(Sumber: Dajiyuan)

Tidak ada komentar: