Oleh: Tedy Haryono
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ الْمُؤْمِنِيْنَ بِالْمَعْرِفَةِ فَاطْمَأَنَّتْ قُلُوْبُهُمْ
بِالتَّوْحِيْدِ، أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ
وَمَا فِي اْلأَرْضِ وَهُوَ الرَّقِيْبُ الْمَجِيْدُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَنَارَ الْوُجُوْدَ بِنُوْرِ دِيْنِهِ وَشَرِيْعَتِهِ
إِلَى يَوْمِ الْوَعِيْدِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ إِلَى يَوْمِ الْمَوْعُوْدِ.
أَمَّا بَعْدُ؛
أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Segala puji bagi Allah Subhannahu wa Ta'ala yang telah
melimpahkan karunia dan rahmatNya sehingga kita dapat menjalankan salah satu
kewajiban yang diwajibkan kepada kaum Muslimin yaitu Shalat Jum’at berjama’ah.
Shalawat serta salam, semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam , sahabat, keluarga dan para pengikutnya
hingga akhir zaman.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Khatib berdiri di mimbar ini, ingin berwasiat kepada diri
khatib sendiri secara khusus dan kepada jama’ah secara umum, yaitu bersama-sama
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala . Bertaqwa kepada
Allah di mana saja kita berada sebagaimana sabda Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam :
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ
تَمْحُهَا. (رواه أحمد).
“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja
kamu berada, iringilah perbuatan jelek, dengan perbuatan baik niscaya akan
menghapuskannya.” (HR. Ahmad 5/153).
Hadits di atas menerangkan bahwa dosa-dosa kecil dapat
dihapus dengan mengerjakan amalan yang baik dan benar. Dosa yang sudah
berjangkit di kalangan masyarakat ini sangatlah banyak dan juga mereka
menganggapnya itu hal biasa dan lumrah.
Hal yang demikian tidak bisa ditinggalkan karena gunung
yang begitu besar terdiri dari kerikil-kerikil kecil, jika dosa kecil ditumpuk
maka akan menjadi besar seperti gunung.
Jama’ah Jum’at rahimakumullah
Banyak sekali amalan yang dapat menjerumuskan ke dalam
dosa dengan tidak terasa, tidak sengaja atau kita pernah menyaksikan atau
melakukannya.
Di antaranya adalah:
1. Meratapi Jenazah
Kematian pasti akan terjadi pada setiap makhluk yang
bernyawa, namun yang ditinggal mati apakah bisa bersabar ataukah tidak? Salah
satu kemungkinan besar yang dilakukan oleh manusia, jika ditinggal mati oleh
orang yang dicintainya adalah meratapi jenazah. Misalnya dengan menangis
sejadi-jadinya, berteriak-teriak sekeras-kerasnya, memukuli muka sendiri,
mengoyak-ngoyak baju, menggunduli rambut, menjambak-jambak atau memotongnya.
Semua perbuatan tersebut menunjukkan ketidakrelaan terhadap taqdir, disamping
menunjukkan tidak sabar terhadap musibah.
Nabi Muhamamad Shallallaahu alaihi wa Salam mengecam
orang yang melakukan ratapan berlebihan kepada mayit.
Dan Dari Abdullah bin Mas ‘ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُوْدَ وَشَقَّ الْجُيُوْبَ وَدَعَا
بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ. (رواه البخاري، انظر فتح الباري 3/163).
“Tidak termasuk golongan kami yang
menampar pipi, merobek-robek baju dan yang meratap dengan ratapan jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari, Fathul Bary 3/163).
Sedih dan berduka cita atas kepergian orang yang dicintai
adalah wajar namun tidak boleh berlebihan sebagaimana hal yang di atas tadi.
Bersabar dan menerima terhadap musibah adalah lebih baik dan lebih mulia karena
semuanya terjadi atas kehendak Allah Subhannahu wa Ta'ala . Dan ini semua telah
digariskan olehNya sehingga manusia tinggal menjalani apa yang sudah menjadi
ketentuannya.
2.Menginjak Dan Duduk Di atas Kuburan
Ketika mengiring jenazah atau berziarah kubur, sebagian
orang ada yang tidak memperhatikan jalan yang mesti dilaluinya, sehingga disana
sini menginjak-injak kuburan dengan tanpa rasa hormat sedikitpun kepada yang
sudah meninggal.
Dan yang menunggu pemakaman jenazah dengan seenaknya
duduk di atas kuburan, pemandangan seperti ini sering terlihat di masyarakat,
padahal Rasullah Shallallaahu alaihi wa Salam mengancam akan hal yang semacam
itu.
Abu Hurairah Radhiallaahu anha berkata, Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
لأَنْ يَجْلِسَ أَحَدُكُمْ عَلَى جَمْرَةٍ فَتَحْرِقُ ثِياَبَهُ
فَتَخَلَّصَ إِلَى جِلْدِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَجْلِسَ عَلَى قَبْرٍ. (رواه مسلم،
2/667).
“Sungguh seseorang dari kalian duduk di
atas bara api sehingga terbakar bajunya hingga tembus ke kulitnya, hal itu
lebih baik baginya daripada duduk di atas kuburan.” (HR. Muslim 2/667).
3.Mencari Berkah di Kuburan
Kepercayaan bahwa para wali yang telah meninggal dunia
dapat memenuhi hajat, serta membebaskan manusia dari berbagai kesulitan adalah
syirik. Karena kepercayan ini, mereka lalu meminta pertolongan dan bantuan
kepada para wali yang telah meninggal dunia. Padahal mereka meminta tolong
kepada Allah dalam setiap shalatnya namun dalam prakteknya mereka meminta
realisasinya kepada selain Allah.
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
“Hanya kepadaMu-lah kami menyembah dan
hanya kepadaMu-lah kami meminta pertolongan.” (Al-Fatihah:
5).
Termasuk dalam katagori menyembah kuburan adalah memohon
kepada orang-orang yang telah meninggal, baik para nabi, orang-oarng shalih
atau lainnya untuk mendapatkan syafa’at atau melepaskan diri dari berbagai
kesukaran hidup.
Sebagian mereka, bahkan membiasakan dan mentradisikan
menyebut nama syaikh atau wali tertentu, baik dalam keadaan berdiri maupun
duduk atau ketika ditimpa musibah atau kesukaran hidup.
Di antaranya ada yang menyeru: Wahai Muhammad “. Ada lagi
yang menyebut “Wahai Ali” Yang lainnya menebut: Wahai Syaikh” atau Wahai Syaikh
Abdul Qadir Jaelani”, Kemudian ada yang menyebut: “Wahai Syadzali”. Dan masih
banyak lagi sebutan lainnya.
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-A’raaf:
“Sesungguhnya orang-orang yang kamu seru
selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa dengan kamu”. (Al-A’raaf: 194).
Sebagian penyembah kuburan ada yang berthawaf
(menge-lilingi) kuburan tersebut, mencium setiap sudutnya ada juga yang mencium
pintu gerbang kuburan dan melumuri wajahnya dengan tanah dan debu dari kuburan
sebagian ada yang bersujud ketika memandangnya, berdiri didepannya dengan penuh
khusyu, merendahkan diri dan menghinakan diri seraya mengajukan permintaan dan
memohon hajat.
Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Mencari berkah di kuburan tidaklah asing bagi sebagian
orang lebih-lebih di masa sekarang ini dimana kebutuhan yang penting harus
dipenuhi namun jalan untuk mengaisnya sangatlah sulit kemudian mereka memakai
jalan pintas yaitu dengan bersemedi dan tafakur di kuburan dengan harapan akan
dibukakan jalan baginya. Kemudian ada yang meminta sembuh dari sakit,
mendapatkan keturunan, digam-pangkan urusannya dan tak jarang di antara mereka
yang menyeru: Ya Sayyidy aku datang kepadamu dari negeri yang jauh maka janganlah
engkau kecewakan aku “ Dan ada juga yang mengatakan “Ya Sayyidy aku ini adalah
hamba yang hina dina dan engkau hamba yang mulia maka sampaikanlah hajat hamba
kepada Tuhanmu”
Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada
orang yang menyem-bah sembahan-sembahan selain Allah yang tidak dapat
mengabulkan (do’a)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhati-kan
do’a mereka.” (Al- Ahqaf: 5).
Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam besabda:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَدْعُوْ مِنْ دُوْنِ اللهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ.
(رواه البخاري).
“Barangsiapa yang meninggal dalam keadaan
menyembah sesembahan selain Allah niscaya akan masuk kedalam Neraka” (HR. Al-Bukhari, 8/176).
Sebagian mereka, mencukur rambutnya di pekuburan dan ada
yang membawa buku yang berjudul: Manasikul Hajjil Masyahid” (Tata cara
Beribadah Haji di Kuburan Keramat), sebelum mereka menunaikan ibadah haji
ditanah suci Mekkah, mereka terlebih dahulu menunaikan haji di Tanah Pekuburan
Keramat.
jamaah Jum’at yang berbahagia
Berdasarkan uraian di atas maka dapat kita ambil
kesimpulan bahwa fitnah kuburan dan mayit telah menjadi tradisi dan adat bagi
masyarakat kita sekarang ini.
Dan oleh sebab itu kami mengajak saudara-saudara kaum
Muslimin untuk bersama-sama meninggalkan hal tersebut dengan penuh keikhlasan
kepada Allah. Dan kita meminta kepada Allah semoga saudara-saudara kita yang
masih melakukan hal itu dapat dibukakan pintu hatinya untuk menerima kebenaran.
Akhiru da’wana ‘anil hamdu lillahi
rabbil ‘alamin.
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِيْنَ
وَالآمِنِيْنَ وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاُكْم فِيْ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، وَقُلْ رَبِّ
اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar