Oleh: Sardona Siliwangi
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ،
وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ
نَبِيَّ وَلاَ رَسُوْلَ بَعْدَهُ، قَدْ أَدَّى اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ
وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِهِ حَقَّ جِهَادِهِ.
اَلصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ
عَلَى نَبِيِّنَا الْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى
آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ سَلَكَ سَبِيْلَهُ وَاهْتَدَى بِهُدَاهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
رَبِّ اشْرَحْ لِيْ
صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْ أَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا
وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. وَقَالَ: وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
وَقَالَ النَّبِيُ n:
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ
النَّاسَ بَخُلُقٍ حَسَنٍ. (رواه الترمذي، حديث حسن).
Jamaah
Jum’at hamba Allah yang berbahagia
Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada Allah, yang telah memberikan
kita berbagai macam kenikmatan yang apabila kita ingin menghitungnya niscaya
kita tidak akan sanggup untuk menghitung kenikmatan tersebut, sebagaimana Allah
telah berfirman:
“Dan
jika kalian menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya”
(Ibrahim 34).
Dan
terlebih-lebih karena Allah masih mengkaruniakan kepada kita dua kenikmatan
yang besar yaitu nikmat Iman dan nikmat Islam, karena dengan kedua nikmat ini
merupakan satu bukti bahwa kita merupakan umat pilihan, yang dipilih oleh
Allah, sebagimana firman Allah:
“Dan
tidak seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah” (Yunus 100).
Shalawat
serta salam selalu terlimpah kepada nabi besar Muhammad beserta keluarga,
shahabat dan kepada orang-orang yang mengikuti jejak beliau dengan baik sampai
akhir zaman.
Jamaah
Jum’at arsyadakumullah
Allah
berfirman dalam Al-Qur’anul Karim surat An-Nur ayat 55:
“Dan
Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang
mengamalkan kebaikan bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikaan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhaiNya untuk mereka dan Dia benar-benar akan merubah keadaan mereka
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap
menyembahKu dan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa yang masih kafir setelah janji itu maka mereka itulah orang-orang
yang fasiq” (An-Nur 55).
Jama’ah
Jum’at yang dimuliakan Allah
Pada
kesempatan kali ini tidak ada salahnya kalau kita mengingat kembali pesan yang
telah Nabi Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam sampaikan ± 14 abad yang lalu,
tentang sebuah kondisi yang akan menimpa umat Islam, yang akan menimpa kaum
muslimin, dimana pada saat itu mereka akan dihinakan, direndahkan,
dinjak-injak. Padahal mereka sebelumnya adalah kelompok-kelompok yang mulia,
kelompok yang kuat dan kelompok yang dikenal keberaniannya, yang apabila
musuh-musuh mendengar nama-nama mereka maka timbullah rasa takut dalam hati
mereka.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia.
Namun,
apabila kita melihat kondisi kaum muslimin sekarang, maka kita akan bertanya,
dimanakah kemuliaan itu? yang telah Allah janjikan dalam firmanNya surat An-Nur
ayat 55 di atas, dan dimanakah kekuatan dan keberanian yang pernah ada? maka
jawabnya, semuanya sudah hilang, semuanya kini hanya menjadi sebuah kenangan
dan menjadi sebuah cerita. Kalau kita lihat sejarah yang telah berlalu, maka
kita akan mendapatkan bahwa kaum muslimin pada masa Rasulullah, shahabat, tabi’in,
dan tabi’ut tabi’in, mereka hidup dengan mulia dan terhormat, mereka menjadi
mulia dengan keislaman mereka.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia.
Setelah
kita melihat sekilas sejarah masa lampau, maka secara sadar atau tidak sadar
sebuah pertanyaan yang harus kita jawab yaitu: “Apa penyebab yang menjadikan
umat Islam pada saat sekarang ini dihinakan bahkan diinjak-injak?”. Untuk
menjawab pertanyaan tersebut marilah kita ingat-ingat kembali sabda Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Salam ± 14 abad yang silam:
يُوْشَكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمُ اْلأُمَمُ كَمَا تَدَاعَى
اْلأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا، فَقَالَ قَائِلٌ: أَوَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ؟
بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ، وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ، وَسَيَنْزِعَنَّ
اللهُ مِنْ صُدُوْرِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلْيَقْذِفَنَّ اللهُ فِيْ
قُلُوْبِكُمُ الْوَهَنُ. قَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَمَا الْوَهَنُ؟ قَالَ:
حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. (رواه البيهقي، حديث حسن).
“Hampir
tiba saatnya persatuan bangsa-bangsa mengerubut atas kamu sekalian seperti
bersatunya orang-orang mengerubut makanan yang ada di atas nampan. Ada sahabat
bertanya: apakah karena sedikitnya jumlah kita pada masa itu? Beliau bersabda:
Bahkan jumlah kalian pada masa itu banyak. Tetapi kalian pada saat itu bagaikan
buih seperti buih banjir. Dan Allah akan mencabut dari dada-dada musuh kalian
(rasa) ketakutan kepada kalian, dan Dia akan memasukkan ke dalam hati-hati
kalian al-wahan. Lalu shohabat bertanya: Ya Rasul apakah al-wahan itu? Beliau
bersabda: cinta dunia dan takut mati” (HR. Baihaqi, hadist hasan).
Dan
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِيْنَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ
وَرَضِيْتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرْكُتُم الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ
لاَ يَنْزِعُهُ عَنْكُمْ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ. (رواه أبو داود، حديث
صحيح).
“Jika
kalian berjual beli dengan cara ‘inah dan kalian mengambil ekor sapi (sibuk
dengan peternakan) dan kalian merasa lega dengan pertanian dan kalian
meninggalkan jihad, maka Allah akan menurunkan kehinaan bagi kalian. Dan Allah
sekali-kali tidak akan melepaskannya, kecuali jika kembali kepada agama kalian”.
(HR. Abu Dawud hadist shahih)
Jama’ah
Jum’at yang dimuliakan Allah
Pada
masa sekarang ini kita sering mendengar dan melihat slogan-slogan Islami yang
setidaknya dapat membesarkan hati kita sebagai umat Islam. Namun pada sisi lain
kita harus ingat bahwa memperjuangkan Islam itu tidak hanya sebatas
slogan-slogan yang dipampang dikeramaian umum, sehingga setiap orang dapat
melihat dan membaca, dan dalam memperjuangkan Islam ini tidak cukup hanya
dengan menulis spanduk-spanduk, selebaran-selebaran dan lain sebagainya. Kita
sebagai muslim harus sadar bahwa memperjuangkan Islam, untuk mengembalikan
kemuliaan Islam dan muslimin kita dituntut untuk memperjuangkan Islam dengan
perjuangan yang haqiqi, dengan mencurahkan tenaga yang ada, dengan mengorbankan
harta benda bahkan lebih besar dari itu kita dituntut juga untuk mengorbankan
jiwa kita, dengan kata lain kita dituntut untuk berjihad fii sabiilillah.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia.
Berjihad
di jalan Allah inilah yang dapat menjadikan umat Islam umat yang mulia, umat
yang dihormati, umat yang dikenal dengan keberanian yang ditakuti oleh lawan.
Dan inilah kunci mengapa pada generasi pertama Islam, kaum muslimin menjadi
umat yang kuat dan umat yang ditakuti, tidak lain jawabnya adalah bahwa
dikarenakan mereka menjadikan jihad sebagai jalan hidup mereka. Mereka sangat
cinta jihad dan mereka sangat merindukan gugur sebagai syuhada’, sehingga
dikarenakan kecintaan mereka yang sangat besar terhadap jihad, didapati di
antara mereka yang tidak mempunyai harta benda kecuali pedang dan seekor kuda
perang yang keduanya digunakan untuk berjihad di jalan Allah.
Jamaah
Jum’at yang berbahagia.
Dan
sebaliknya apabila kita sudah melupakan jihad, kita disibukkan dengan
masalah-masalah keduniaan, di antaranya kita sibuk dengan perdagangan dengan
peternakan dan dengan pertanian atau perkebunan, dan dengan kesibukan itu semua
kita meninggalkan jihad di jalan Allah, sehingga hari-hari kita habis atau
hanya diisi dengan kesibukan untuk menghitung-hitung kekayaan yang kita miliki.
Apabila semua ini ada pada diri kita, maka Allah akan menimpakan kehinaan
kepada kita, yang kehinaan itu tidak akan Allah cabut kecuali apabila kita
kembali kepada agama kita, dan Allah pun akan mencabut dari dada-dada
musuh-musuh kita rasa takut kepada kita, dan semua ini akan atau bahkan telah
terjadi sebagaimana yang telah disabdakan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Salam , sebagai pesan buat kita selaku umatnya:
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَالْعَصْرِ، إِنَّ
الإِنسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا
بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ.
Khutbah
Kedua
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى
وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ.
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
جَمَاعَةَ الْجُمُعَةِ، أَرْشَدَكُمُ اللهُ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا وَيَرْزُقُهُ
مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ، وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا.
Jama’ah
Jum’at yang dimuliakan Allah.
Allah
Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam surat At-Taubah ayat 24:
“Katakanlah
(Hai Muhammad) jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari pada Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalanNya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang fasiq”.
Jamaah
Jum’at yang dimuliakan Allah.
Dari
penjelasan khutbah yang pertama tadi, kemudian dari satu ayat yang kami bacakan
di atas, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa:
Pertama:
Kemuliaan kaum muslimin akan tetap ada apabila kaum muslimin mau kembali untuk
berpegang teguh kepada agamanya, dengan berjihad di jalan Allah membela agamaNya.
Kedua:
Kemuliaan tersebut akan hilang apabila kaum muslimin telah disibukkan dengan
kenikmatan dunia sehingga dengan gemerlapnya kenikmatan dunia ini menjadikan
mereka lalai untuk berjihad di jalan Allah lii i’la i kalimatillah.
Ketiga:
Dan apabila kaum muslimin sudah melupakan jihad, maka Allah akan menghinakan
mereka di hadapan umat yang lain dan Allah akan mencabut dari dada-dada musuh
kaum muslimin rasa takut kepada mereka.
Keempat:
Untuk mengembalikan kemuliaan tersebut adalah dengan kembali kepada Agama,
sehingga kaum muslimin dapat hidup dengan hidup yang mulia dan apabila mati,
matipun dalam keadaan mulia pula.
Kaum
Muslimin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah;
Akhir dari khutbah ini, kita
selalu berharap kepada Allah, agar Allah senantiasa memberikan kepada kita
keteguhan untuk selalu berjalan di atas dienNya, dan agar Allah selalu
memberikan kemuliaan kepada kaum muslimin kapan dan dimanapun kaum muslimin
berada.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعَوَاتِ.
اَللَّهُمَ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنِ فِيْ كُلِّ مَكَانٍ وَزَمَانٍ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا
إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَّسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا،
رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِن
قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا
وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ إِنَا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَجَنَّتَكَ وَنَسْأَلُكَ
شَهَادَةً فِيْ سَبِيْلِكَ.
اَللَّهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُبْتَدِعَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ
أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَزَلْزِلْ
أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِيْ قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ.
اَللَّهُمَّ عَذِّبْهُمْ عَذَابًا شَدِيْدًا وَحَسِّبْهُمْ حِسَابًا
ثَقِيْلاً.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ
عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar